By
hyyeye
Taehyung menangis dengan keras. Ia tersedu-sedu sementara orang-orang mulai menatapnya dengan iba. Wajahnya memerah dan matanya sembab. Rambut golden brown miliknya yang panjang juga sedikit berantakan.
"Sudah, Tae sayang. Eomma disini, jangan bersedih begini, ini sudah takdir, nak."
Ibunya datang dan memeluknya dengan erat. Taehyung juga merasakan sang ayah yang mengelus kepalanya sayang. Ia memperhatikan wajah tua keduanya, kondisi mereka sebenarnya tidak jauh berbeda dengannya, ada sisa air mata yang tertinggal di pipi keriput keduanya.
"T-tapi kakak-hiks, coba saja saat itu Tae tetap dirumah dan tidak pernah pergi ke luar."
"Bukan salahmu, sayang. Kau memang harus ke sekolah saat itu." ayahnya memberitahu. Pria itu nampak terpukul dua kali melihat kehilangan anak pertamanya dan kini ia melihat seberapa hancur putra bungsunya.
Di depan sana terdapat sulung keluarga Kim yang terbujur kaku dalam peti mati. Beberapa orang datang melayat dan juga tidak dapat membendung kesedihan mereka. Suasana suram itu kian menjadi saat adik kecil si sulung terus saja menangis dengan keras.
Mata Taehyung melirik pada sosok tinggi tegap yang kini menunduk sedih di dekat peti mati sang kakak. Putra sulung keluarg Jeon, sekaligus pria yang akan menjadi pasangan hidup kakaknya dalam waktu dekat. Pria itu sama terpukulnya dengan orangtuanya, disampingnya orangtua pria itu juga nampak menenangkannya.
Dalam pelukan ibunya, Taehyung diam-diam menyembunyikan senyum. Tidak sia-sia ia berdalih pergi ke sekolah setelah memastikan lantai tangga rumah mereka basah oleh minyak yang menyebabkan kakaknya tergelincir dan jatuh ke bawah.
Kini ia harus pintar mengatur agar acara pernikahan yang digembor-gemborkan dan akan dilaksanakan tiga hari lagi itu tidak batal, ia hanya perlu menempatkan posisi sebagai ganti kakaknya bagaimanapun juga.
Dia telah menempuh sejauh ini untuk mendapatkan Jungkook-pria yang disukainya saat pertama kali kakaknya memperkenalkan mereka, Jungkook hyungnya itu harus menjadi miliknya.
