Part 2

36.8K 2K 77
                                    

Tak terasa satu bulan sudah Binar dan Rigel menjadi suami istri. Selama itu, jangan harap hubungan mereka harmonis apalagi romantis layaknya pasangan baru lainnya. Setelah kepulangan mereka dari hotel, sikap Rigel tetaplah sama---dingin tak tersentuh, bahkan terkesan menjaga jarak. Tak ada acara honeymoon, padahal Indira sudah mempersiapkan tiket berlibur untuk mereka. Saat itu Rigel dengan tegas mengatakan ada pekerjaan yang harus ia tangani dan tidak bisa diwakilkan.

Layaknya seorang istri yang berbakti pada umumnya, Binar senantiasa menyiapkan segala keperluan untuk suaminya. Kendati memiliki seorang pekerja rumah tangga, wanita itu dengan senang mengerjakan pekerjaan rumah, apalagi saat ini ia hanya menghabiskan waktu di rumah. Meski pada awalnya maksud dia kuliah adalah untuk mengejar cita-citanya sekaligus membantu ayahnya mengurusi perusahaan. Namun, ayahnya tetap tak mau dibantu dirinya.

Lalu, bagaimana dengan Rigel? Pria itu sama sekali tak menjalankan tugasnya layaknya seorang suami yang baik. Pria itu terkesan menjauhi Binar layaknya sesuatu yang menjijikkan dan pantas dihindari, termasuk saat tidur.

Ketika di hotel, Rigel dan Binar memang tidur dalam ranjang yang sama. Tapi di rumah, Binar diam-diam membuka mata setelah pura-pura terlelap untuk memastikan kalau suaminya pergi meninggalkannya. Pria itu sering menghabiskan waktu dan terlelap di ruang kerjanya. Baru menjelang Subuh pria itu kembali merebahkan diri sambil membelakanginya. Tanpa pria itu sadari, tetes demi tetes air mata telah jatuh saat merasakan denyut nyeri yang senantiasa mencabik-cabik hatinya.

Sebegitu fatalkah apa yang dilakukan Binar hingga dia pantas diperlakukan seperti itu? Ah, rasanya tidak. Meski tak ada cinta di hati Rigel, setidaknya pria itu bisa menghargai kehadirannya atau memperlakukannya layaknya seorang manusia.

Di sela kegiatannya menyiapkan sarapan, tatapan Binar jatuh pada pria yang baru saja datang dengan pakaian kerjanya. "Ah, Kakak sudah siap. Ayo, kita makan. Aku sudah memasak masakan kesukaan Kakak," ucapnya lembut. Namun seperti biasa, pria itu hanya berdiri, mengambil segelas air, lalu meneguknya.

"Maaf, aku tidak bisa. Aku harus datang pagi hari ini," ucap Rigel seraya menaruh gelas di atas meja.

Hari ini? Binar tersenyum kecut dalam hati saat mendengarnya, karena nyatanya Rigel memberi alasan itu hampir setiap hari. Jelas pria itu beralasan untuk menghindarinya. Tapi, wanita itu tak bisa memrotes, hanya sebuah anggukan patuh yang dilakukannya.

"Kalau begitu, aku siapkan bekal agar Kakak bisa mengganjal perut Kakak. Perut kosong bisa membuat tidak konsentrasi, 'kan?" tawar Binar. Namun, suaminya menggeleng.

"Tidak perlu," tolak Rigel. Ia menghela napas kemudian berkata, "Aku berangkat dulu. Assalamu'alaikum," pamitnya.

Binar meraih tangan kanan Rigel, mengecupnya, lalu membalas salam. Di saat suaminya membalikkan tubuh untuk segera berangkat, sebelah tangannya mencekal tangan kiri suaminya, menghentaknya pelan hingga suaminya berbalik. Setelah itu, ia membenarkan letak dasi suaminya. "Selesai, sekarang Kakak boleh pergi," ucapnya seraya memperlihatkan senyum kecil.

"Terima kasih," ucap Rigel. Pria itu pada akhirnya melenggang pergi begitu saja, meninggalkan istrinya tanpa memberi kecupan terlebih dahulu.

Binar menghela napas berat. Kedua netranya memanas. Di minggu pertama air mata yang sedari tadi ditahannya perlahan meluncur sudah di pipinya. Namun kini, ia bisa lebih tegar, kendati rasa sesak di dada tetap ada. Ia tidak mau terlihat menyedihkan.

"Mbok, sebaiknya makanan ini Mbok kasih pada satpam cluster," ucap Binar pada wanita paruh baya berstatus pekerja rumah tangga di rumahnya.

Mbok Jum---pekerja rumah tangga---yang sudah paham akan situasi rumah tangga tuannya mengangguk paham. Wanita paruh baya itu segera memasukkan sarapan yang dibuat istri majikannya dengan penuh cinta ke dalam kotak makan untuk diberikan kepada satpam penjaga cluster. Sejujurnya, ia merasa prihatin atas apa yang menimpa nyonya-nya. Namun, ia juga tak bisa berbuat apa-apa. Sementara itu, Binar lebih memilih masuk kamar daripada sarapan. Perutnya jadi kenyang ketika memakan tatapan dingin suaminya.

Don't Kill My BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang