Part 27

17.6K 1K 132
                                    

Seperti malam-malam sebelumnya, malam ini Binar terbangun karena menginginkan sesuatu. Jadi, ini yang dinamakan ngidam. Dulu, ia tidak percaya atas hal itu. Menurutnya, itu hanya keinginan sang ibu hamil, tetapi mengingat apa yang tengah dirasakannya, kini ia yakin kalau itu bawaan sang janin.

Seulas senyum terbit di wajah Binar. Dengan pandangan yang menatap perutnya yang belum membuncit, dengan hati-hati ia mengelus perutnya. Di sana, ada buah cintanya yang sedang berjuang untuk tumbuh hingga bisa terlahir ke dunia.

"Jadi, kau pelaku yang membuat Ibu bangun tengah malam, hmm? Baiklah, tidak apa-apa. Dengan begitu sehabis memenuhi permintaanmu, Ibu bisa sholat malam," monolog Binar pada janinnya. Sejenak ia melihat sang suami yang tertidur dengan lengan kiri yang menutup matanya, kentara sekali lelah di wajah tampan suaminya itu.

Oh Tuhan ... Binar tak bisa mendeskripsikan betapa buncahan bahagia dirasakan saat ia menyebut dirinya sendiri ibu. Apakah Rigel juga akan senang mendapat panggilan ayah? Ah, tentu saja, 'kan? Bukankah pria itu yang sejak awal berantusias akan kehadiran sosok mungil itu?

"Ayah pasti lelah. Kau tahu 'kan sepulang dari rumah Kak Naima, Ayah langsung pergi ke ruang kerja? Dia bahkan membiarkan kita tidur duluan. Jadi, sebaiknya kita tidak usah membangunkannya." Setelah mengatakan itu, Binar turun dari ranjang dengan pelan-pelan---takut membangunkan sang suami. Setelah itu, ia bergegas ke dapur. Malam ini ia hanya ngidam makan roti isi es krim. Untunglah, makanan itu tersedia di dalam kulkas.

Di sela gigitannya, perasaan asing menyergap, membuat Binar menaruh roti isi es krim itu di atas piring. Tiba-tiba rasanya sesak dan pikirannya terlempar pada raut sang suami yang tiba-tiba muram setelah meminta izin mengangkat panggilan saat di rumah Elis. Ingin ia bertanya, tetapi urung ia lakukan. Pikirannya mencoba positif, mungkin suaminya sedang banyak kerjaan. Terbukti saat mereka sampai di rumah, gawai sang suami terus berdering, lalu pria itu meminta izin untuk mengerjakan tugas di ruang kerja pria itu.

Binar menghela napas panjang, lalu mengusap perutnya---sebuah kebiasaan baru yang menurutnya menyenangkan setelah tahu ada malaikat kecilnya di sana. Setelah itu, ia kembali menghabiskan sisa rotinya. Sebaiknya, sehabis ini ia bermunajat pada Sang Maha Kuasa agar semua baik-baik saja.

***

Sayup suhu AC bergerilya membelai lengan si putri tidur. Tanpa terasa, wanita yang bergelung dalam mimpi---setelah sholat Subuh---melewatkan sang mentari yang mengendap-endap merangkak naik ke atas langit. Tanpa permisi, kemilau jingga keemasannya mengintip lewat celah-celah gorden yang terhalang kaca, membuat bulu mata lentik wanita itu mengerjap-ngerjap. Selama beberapa detik, iris coklat terangnya menyipit sebelum akhirnya perlahan terbuka, meski sesekali netranya terpejam kembali.

Perlahan Binar beringsut, kemudian menyandarkan punggung di kepala ranjang. Sebanyak tiga kali ia mengusap bekas kantuk di wajahnya, lalu membaca doa bangun tidur.

"Kak, bangun, sudah siang." Namun, tak ada sahutan dari sang lawan. Di saat pandangannya dijatuhkan pada sisi ranjang tempat suaminya tidur, ia tak mendapati sosok itu. "Apa Kak Rigel sedang mandi? Ah, ngomong-ngomong pukul berapa ini?" gumamnya. Pandangannya pun beralih pada mesin penunjuk waktu yang menempel di dinding. Tersentak, netranya pun terbelalak saat jarum pendek menunjuk angka 9, sedangkan jarum panjang menunjuk angka 2. Astaga, ia kira ini pukul 6 pagi, ternyata ia benar-benar kesiangan.

Binar beranjak dari ranjang, mencoba mencari Rigel di kamar mandi, tetapi pria itu tak ada di sana. Setelah membasuh wajah dan menggosok gigi, ia keluar kamar, lalu bergegas menuju ruang makan. Siapa tahu suaminya berada di sana, pikirnya.

"Kak Rigel ke mana, Mbok?" tanya Binar pada saat tak mendapati Rigel di ruang makan, yang ada hanya Mbok Jum yang sedang mengelap meja makan.

"Tuan sudah berangkat dari pukul setengah tujuh tadi, Nona." Jawaban Mbok Jum membuat Binar mengernyit. Pasalnya, biasanya Rigel berangkat pukul setengah delapan.

Don't Kill My BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang