Part 34

17.5K 1.2K 302
                                    

Kedua telapak tangan Rigel terkepal erat hingga menampilkan urat-urat yang membiru dan buku-buku jari yang memutih. Rahangnya tampak tegas. Aura dingin kentara menyelimuti paras pria yang baru saja resmi menjadi seorang ayah. Pun, iris coklat gelapnya seakan mematik api amarah pada wanita yang berhasil selamat dari maut beberapa waktu yang lalu.

Binar, wanita yang menyandang status ibu baru itu kini hanya bisa terbaring pasrah di atas ranjang pesakitan dengan segala macam alat yang menempel pada tubuhnya. Wanita itu mengalami koma, yaitu situasi darurat di mana tubuh tidak sadar karena menurunnya aktivitas otak karena kondisi tertentu.

Selepas dari ruang NICU Akhtar, Rigel bergegas pergi ke ruang dokter yang memanggilkan. Hanya satu yang di pikirannya, yaitu kondisi sang putra. Masih tampak jelas di ingatannya bagaimana tubuh Binar terguling melewati setiap undakan anak tangga, sehingga menyebabkan ceceran darah keluar dari bagian vital istrinya itu. Ia tak bisa membayangkan bagaimana sakitnya Akhtar kala itu sampai harus dilahirkan sebelum waktunya. Binar memang wanita sialan. Bisa-bisanya wanita itu seceroboh itu.

Dulu, Binar mati-matian ingin mempertahankan calon anaknya, tetapi apa? Menuruni anak tangga saja tidak becus. Tidak tahukah wanita itu dampaknya bisa membahayakan nyawa calon anaknya? Dan lihatlah sekarang! Tubuh mungil Akhtar harus ditopang dengan berbagai alat penunjang kehidupan. Paru-paru bayi itu bahkan belum matang.

Rigel benar-benar tidak peduli saat dokter mengatakan perihal keadaan sang istri. Ia pikir wanita itu telah tiada, tetapi ternyata hanya koma. Kondisi Binar sejak awal kehamilan sudah berisiko dan pendarahan yang dialaminya semakin memperparah.

Saat operasi berlangsung, Binar mengalami komplikasi akibat perdarahan yang banyak, menyebabkan perubahan mekanisme kerja tubuh dan volume cairan di dalam tubuh terus berkurang, sehingga terjadi gagal ginjal yang diikuti dengan gangguan sirkulasi ke jantung. Jantungnya bahkan sempat berhenti berdetak, membuat para dokter mempercepat mengeluarkan sang bayi dari perut yang terkoyak akibat tujuh lapis kulit yang disayat.

Beberapa saat setelah bayi mungil itu memekik gendang telinga orang di sekitarnya seakan memberitahukan bahwa ia telah terlahir ke dunia, jantung Binar masih tak merespons segala upaya yang dilakukan tim medis, membuat ketua tim menyerah. Namun siapa sangka, sesaat setelah dokter menjawab pertanyaan Bi Jum dengan gelengan, seorang perawat memberi tahu tiba-tiba saja jantung ibu muda itu kembali berdetak. Sayang, akibat suplai darah dan oksigen ke otak terganggu, wanita itu harus koma.


Dokter bilang, Rigel harus berada di samping Binar, memantau kondisinya dan menyemangati agar segera pulih. Rigel mendengus kesal. Menyusahkan! Kalau saja Bi Jum tidak memberi tahu Indira sang mama bahwa Binar sudah melahirkan, ia pun tidak akan sudi berada di ruang ICU tempat istrinya dirawat. Tangannya terasa gatal ingin melepaskan semua alat penopang hidup Binar. Ah, apa lebih baik dia menyuruh dokter saja untuk melakukan euthanasia pada Binar, ya?

"Binar!" Suara parau orang yang memasuki ruangan mengagetkan Rigel dengan segala lamunannya. Matanya mendelik tajam sosok pria paruh baya yang ia benci. Napasnya memburu, ingin sekali ia melayangkan satu bogeman kepada pembunuh ayahnya, tetapi ia tahan kuat-kuat. Pria paruh baya itu bermain cantik, maka tunggu saja permainannya yang jauh lebih cantik.

"Bazla ... hiks ... aku tidak tega melihat menantuku seperti ini. Kapan dia akan sadar?" Indira tersedu seraya menggenggam sebelah tangan Binar yang tidak dipasang infus.

Bazla, pria paruh baya yang turut andil dalam hadirnya Binar ke dunia ini hanya bergeming. Batinnya terasa tersayat. Ayah mana di dunia ini yang rela putrinya menderita? Seharusnya kelahiran adalah moment bahagia, menyambut suka cita anggota baru dalam keluarga. Ia tahu kalau dirinya adalah seorang pendosa. Namun, tidak adakah kesempatan bahagia untuknya? Ia telah kehilangan istri dan putranya, kini ia dihadapkan bahwa putrinya berada di antara jembatan kematian. Tidak! Demi Tuhan, ia tidak ingin merasakan kehilangan lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 13, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Don't Kill My BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang