Waktu terus bergulir, mentari berganti rembulan, hari berganti hari, dan minggu berganti minggu. Setelah malam di mana fakta menyakitkan kalau Rigel selalu mengigaukan Naresha terbongkar, Rigel tak pernah putus asa untuk meyakinkan Binar, kendati wanita itu hingga detik ini masih diselimuti keraguan. Bagaimana tidak ragu? Bagi Binar, cinta Rigel terkesan begitu mendadak di saat ia tahu kalau cinta suaminya pada Naresha sangatlah besar. Buktinya, dulu mantan sepasang kekasih itu masih menjalin hubungan di belakangnya. Tiap kali disindir perihal Naresha pun manik mata pria itu masih menyimpan cinta dan kerinduan yang teramat besar, terlebih igauan pria itu.
Bukankah omongan orang tidur merupakan sebuah kejujuran? Di saat seseorang memimpikan seseorang, bukankah itu berarti orang itu sedang merindukan atau memikirkan terlalu dalam orang tersebut hingga mempengaruhi pusat alam bawah sadarnya?
Binar tak menampik bahwa memang takkan mudah melupakan dan berpaling ke lain hati di saat ribuan kupu-kupu mengepakkan sayap dan menari indah dalam kehidupan dua insan yang sedang terbuai cinta. Maka dari itu, wajar jika ia tak percaya bahkan menganggap mustahil ungkapan cinta suaminya.
Binar tak bisa dikatakan sebagai perempuan munafik, karena sok jual mahal menolak perjuangan Rigel padahal dalam hati wanita itu masih menyimpan cinta pada pria itu. Hei! Katakan, istri mana yang rela diselingkuhi dan mendengar suaminya menyebut nama wanita lain di setiap tidurnya---ah, mungkin juga menyebut di setiap doanya?
Masih ada kesakitan yang Rigel berikan untuk Binar. Kala itu---empat bulan yang lalu---ketika saat Binar berkunjung ke kantor suaminya untuk mengantar makan siang, Rigel tak terlihat di ruang kerjanya. Ia mendesah pelan, mungkin suaminya sedang berada di dalam kamar mandi, karena kata Nira suaminya tidak ke mana-mana. Hendak menghempaskan bokong di kursi seberang meja kebesaran suaminya, tiba-tiba layar laptop yang terlihat menyala di atas meja menarik hatinya. Ia pun mencondongkan tubuhnya ke depan agar rasa penasaran atas apa yang sedang suaminya kerjakan terbayar. Sepersekian detik selanjutnya, matanya membelalak saat mengetahui ternyata suaminya sedang stalking akun sosial media mantan kekasih suaminya. Dengan tubuh yang tiba-tiba melemas dan hampir roboh, pintu ruang pribadi suaminya terbuka hingga kedua matanya dan suaminya saling beradu selama beberapa detik.
"Bi-nar ...." Saat itu, rasa kaget kentara di wajah Rigel. Pria itu lantas berlari ke arah Binar, menutup layar laptop dan menampilkan gelagat seperti maling yang tertangkap basah. "Se---sejak kapan kau di sini?" tanyanya seraya menampilkan raut pucat pasi dan salah tingkah. Melihat hal itu, Binar merasa sebilah belati sedang menyayat-nyayat hatinya, padahal saat itu ia ingin memaafkan dan mencoba membuka hati untuk suaminya. Ia benar-benar kecewa. Sekali lagi suaminya telah mematahkannya menjadi hancur berkeping-keping. Bukankah pria itu bilang sudah melupakan mantan kekasihnya? Tapi buktinya?
Lantas di saat itu, apakah Binar meluapkan emosinya? Tidak. Yang dilakukan wanita itu hanya menebar senyum teduh dan bersikap pura-pura tidak tahu.
"Baru saja," sahut Binar seraya mengendalikan emosinya. Ia lalu menyerahkan kantung tempat makan yang dibawanya kepada Rigel. "Aku membuat masakan kesukaan Kakak. Ayo, kita makan," ajaknya dan ia mendesah lega karena Rigel tak curiga pada gelagatnya.
Bukan hanya Rigel yang lelah dan ingin menyerah menghadapi tingkah Binar, Binar pun lelah dan ingin menyerah menghadapi tingkah Rigel. Pria itu senantiasa menghanyutkannya dalam tangis yang kian melimpah ruah. Bersama Rigel, masa depan pernikahan mereka terlihat abu-abu. Wajar jika Binar sampai detik ini tak mau menyerahkan hak pria itu sebagai suami. Lagi pula ia tak pernah melalaikan kewajiban lainnya sebagai istri, contohnya seperti saat ini, kendati harus tertatih menaiki berpuluh anak tangga, ia tetap tak mengeluh mengantar coklat panas untuk sang suami yang sedang bergelung dengan berkas-berkas di ruang kerja rumah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Kill My Baby
RomanceBinar bersimpuh dengan kesepuluh jarinya yang saling bertaut di depan dada. "Bunuh aku," lirihnya bersama bulir-bulir kepahitan yang membasahi wajahnya. "Tidak sekarang, aku masih ingin bermain-main denganmu," bisik Rigel di telinga Binar dengan pos...