Part 30

26.7K 1.3K 460
                                    

Ternyata 1000 komen itu lama, ya. Semoga Mbak Marimar n Mas Ferguso pada sabar seperti Hayati yang selalu sabar menanti.

Pokoknya makasih banyak buat kakak-kakak yang semangat ngasih Voment. I luv ya, guys 🤧
Terus semangat ya.

Buat yg siders. Tenang, gak akan aku santet online, apalagi pelet biar cinta. Krn cinta krn paksaan itu gak enak, guys. Gak berkah juga. Kudu tulus biar hasilnya bagus. Jangan kaya Bang Ri yg ngebet bikin tekdung krn obsesi, tp ujungnya malah dibikin mati. Ups, sop iler 🙊
Cukup aku Yassinin kalian biar say goodbye. Baek kan aku?

Yuk ah, cekidot 👇🏻
Eits, udh pada siapin bunga, kan?

Belum!!!

What!? Hmm, baiklah, Hayati kasih nie 🥀🥀🥀💐💐💐

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Buat yang kepotong silakan refresh WPnya.
Silakan baca lagi dari awal.
Jangan sampe ada yang kelewat.
Ada yang aku revisi juga

✌️✌️✌️🤧

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Di saat matahari berada di antara waktu Dzuhur dan Maghrib---Ashar---di mana panjang bayang-bayang melebihi panjang benda itu sendiri, lantunan ayat suci Al-Quran yang keluar dari bibir Binar sayup-sayup terdengar. Tak seperti biasanya, kali ini wanita berbadan dua itu tak ber-tilawah, pun tidak tartil. Getar dan isak menyusup dalam setiap bacaannya. Sesekali wanita itu berhenti sambil menajamkan indra penglihatannya. Kabur. Kabut itu seakan menebal hingga mengikis jarak pandangnya, membuat rintik hujan air mata tak sengaja jatuh mengenai kitab suci yang dipegangnya.

"Hal jazā'ul-iḥsāni illal-iḥsān ...." Bersama berakhirnya Ar-Rahman ayat 60 yang artinya, "Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula)." rintik hujan air mata Binar semakin deras. Kepala wanita itu semakin menunduk dan bahu ringkihnya bergetar hebat mendapat serangan hebat yang menikam jantungnya. Rasanya, kenapa begitu perih?

Tanpa wanita itu sadari, Rigel yang sedari pulang kerja bersandar di daun pintu sambil memerhatikannya karena tak ingin mengganggu sang istri yang sedang mengaji kini tampak mengernyit. Awalnya, calon ayah itu kira sang istri hanyut dalam utaian ayat yang memiliki arti mendalam. Bagaimana tidak? Ayat-ayat dalam surat Ar-Rahman mengajarkan kita akan rasa syukur. Namun, rupanya ia salah. Istrinya memiliki alasan lain dalam memecahkan kristal bening itu. Air mukanya seketika memucat, ia pun bergegas menghampiri sang istri.

"Sunshine," lirih Rigel seraya menyentuh sebelah pundak Binar.

Kepala Binar perlahan terangkat, lantas wanita itu berhambur ke pelukan sang suami. "Kakak ...."

"Sayang ... katakan, ada apa, hmm? Katakan, mana yang sakit?" tanya Rigel seraya mengusap punggung sang istri yang terhalang mukena.

Binar menggeleng dan isak tangisnya semakin terdengar memilukan. Hal itu jelas membuat Rigel semakin berkecambuk. Namun, pria tampan itu tak lagi bertanya, yang dilakukannya adalah mendekap dengan erat sambil sesekali mengecup puncak kepala sang istri.

Beberapa menit berlalu, Binar perlahan melepaskan rengkuhannya. Wanita itu lantas memejamkan kedua netranya, sedangkan kedua tangannya terulur menyentuh setiap pahatan maha karya Sang Pencipta pada wajah suaminya---mata, hidung, pipi. Wanita itu tak melewatkan seinchi apa pun.

Seperti inikah wajah Kakak? Bisakah aku meminta pada Tuhan agar selalu bisa melihat pahatan indah ini? Hiks ... Ya Tuhan, gelap. Leherku terasa tercekik dan dadaku terasa sesak, batin Binar berucap pilu. Tanpa sadar ia menggigit bibir ranumnya saat gejolak takut semakin membara.

Don't Kill My BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang