"Baru seneng, masa sedih lagi sih"

3.5K 242 2
                                    

8. Angka yang Jimin lihat di jam dinding saat ia terbangun dari tidurnya.

Tidurnya terasa sesak, kasurnya juga jadi sempit. Jimin bingung.

Dengan perlahan ia mengubah posisi nya menghadap samping, dan....

JUNGKOOK MEMELUKNYA?! Jimin kuat, Jimin ga boleh meleleh, Jimin bisa, jantung Jimin kenapa ini??  Begitulah kira kira batin Jimin saat menemukan seonggok daging bergigi kelinci tengah memeluknya dengan erat.

Dipandangi wajah terlelap itu dengan seksama, ternyata wajahnya tak semengesalkan yang Jimin lihat setiap hari. Dengan sekali pandangan,
Ia menyadari bahwa Namja di sampingnya ini masih menggunakan seragam sekolah.

Jadi dengan hati hati ia bangun dan menuju kekamar ayah nya untuk meminjam baju yang kira kira pas untuk Jungkook.

"Yah, punya baju yang pas gak buat Kookie, kasian itu masih pake baju sekolah gerah banget pasti."

"Oh iya, tadi katanya si Jungkook mau nginep di sini. Udah izin mamanya kata dia. Tunggu ayah cariin dulu bajunya. Kirain bawa tadi"

Jimin masuk kepelukan Yoongi yang sedang berbaring di atas ranjang sambil menunggu Taehyung mencari baju.

"Ji, kamu belum makan,kan? Nanti bangunin aja si Jungkook. Makan sama dia, jangan sampe gak makan. Sakit lagi nanti" ucap Yoongi sambil menyisir surai lembut Jimin dengan jari mungilnya.

"eh, ini Ji. Celana nya ada juga tuh."

"oke,Yah.makasih"Jimin langsung ke kamarnya.

Sampai dikamar, Jimin disambut oleh gerakan gelisah Jungkook di atas ranjang. Jimin panik.

"Kookie? Bangun. Kook, hei bangun." tepukan halus diberikan Jimin dipipi Jungkook agar pemuda itu terbangun.

Panggilan kelima barulah Jungkook terbangun dengan muka terkejut juga napas terengah. Setelah meminum air putih yang Jimin berikan baru napas nya teratur lagi.

"Kamu mimpi apa? Sampe kaya gitu."Jimin dengan suara selembut kapasnya bertanya pada Jungkook agar namja itu tak terkejut.

"uh- mm..  Ji, kamu gak marah lagi?" tanya Jungkook mengalihkan pembicaraan.

"Ngga, kan udah aku maafin dari kemaren. Aku tuh cuma kecewa, gak marah. Ayo bangun. Kita makan."

🐣🐇

Hari ini Jimin terlihat sangat antusias dengan acara jalan-jalannya bersama Jungkook.

Sebenarnya tidak ada yang istimewa, tapi bagi Jimin berdua dengan Jungkook saja, bisa melebihi bahagianya ketika ia bertemu BTS.

Hari sudah memasuki jam makan siang ketika Jimin dan Jungkook masuk kedalam cafe yang tidak jauh dari tempat mereka berdua duduk tadi.

"kimbab dan jus jeruknya 2" baru saja Jimin ingin membuka buku menu, Jungkook sudah menyebutkan makanan yang ingin dipesan kepada pelayan yang sudah berdiri di samping meja dengan sebuah note kecil juga pena.

"Ish kookie, kok tau sih Ji lagi mau makan itu. Kookie bisa baca pikiran Ji ya? " terka Jimin dengan bibir yang dipoutkan, menambah kesan imut yang tak disegaja.

"Aku juga mau itu kok, emangnya kamu aja" balas Jungkook santai tanpa tau segala jenis makian sudah Jimin keluarkan di dalam hatinya.

Makanan yang dipesan sudah datang beberapa saat lalu, Saat pemesan sedang beradu tatap, tatapan kesal juga mengejek. Sampai sang pelayan membuat mereka sadar karena ucapannya yang membuat kedua pipi Jimin langsung memerah sempurna. Kata "pasangan serasi" yang diucapkan oleh pelayan tersebut terus berputar  di kepala Jimin hingga rona kemerahan itu tak ingin pergi dari pipi gembilnya.

"Udah dulu meronanya, makan dulu, nanti lanjut lagi" jahat,  itu yang langsung Jimin katakan saat Jungkook selesai menyindir dirinya. Demi apa pun itu, Jimin malu sekali saat ini.

🐣🐇

Senja ini, Jimin habiskan berdua bersama Jungkook. Di tepi sungai sambil bercanda ringan, sesekali menjahili sang lawan bicara. Hingga lelah, dan berakhir mengabadikan detik detik sang surya akan menghilang, berpindah ke belahan bumi yang lain.

Tanpa aba-aba, tanpa perkiraan, Jimin tiba-tiba saja ditarik Jungkook untuk duduk dipangkuannya. Sambil mengamati yang lebih muda mengambil foto, tangannya memegang dada kirinya sambil merasakan detakan kuat yang berasal dari jantungnya.

🐣🐣

"Ji, kalo misalkan aku pergi, kamu mau nunggu aku gak?" lirih Jungkook memecah keheningan sejak dirinya dan Jimin duduk di balkon kamarnya.

"Kookie ngomong apa sih?! Siapa yang pergi. Ji gamau ya Kookie jauh-jauh. Awas aja"

"Kookie cuma tanya Ji, yaampun nge gas banget. Minggu depan, Kookie mau ke Busan. Tapi--"

"Ih, gak boleh ya! Ji gamau. Kookie ngapain disana?! Nanti Ji disini sama siapa? Kookie jangan pergi ya? " suara Jimin memotong ucapan Jungkook yang bahkan belum selesai. Entah kenapa, kenal dengan Jungkook selama hampir 4 bulan membuat Jimin tak ingin jauh dari Jungkook,walau hanya berjarak 100 meter.

Jungkook pun semakin bingung, padahal ia sudah di ajak oleh orang tuanya sejak 5 hari yang lalu. Tapi melihat Jimin yang selalu ingin ada disampingnya membuat ia bingung harus bagaimana.

Dan, respon Jimin yang seperti ini lah yang dia hindari. Karena demi apapun, ia juga tidak mau berjauhan dengan Jimin selama itu. Entah dengan motif apa sang appa meminta ia tinggal dengan neneknya disana.

Jadi dengan lembut, ia memeluk tubuh namja mungil yang sedang menangis di pangkuannya saat ini. Mengusap lembut punggung yang dilapisi sweater kesukaannya. Mengecup pelipis yang akhir-akhir ini menjadi tempat favorit untuk ia kecup. Sampai tangisannya mereda, Jungkook menghadapkan si mungil ke arahnya , menghapus air mata yang masih mengalir di pipi chubby nya.

"Kookie janji, Kookie ga bakal lama. Kookie juga gak tau kenapa harus disana sampe dua minggu." baru Jimin membuka mulut ingin protes,langsung di tutup opeh Jungkook dengan tangannya.  "Jangan motong, dengerin dulu.oke? . Kookie juga gak mau pisah sejauh itu sampe segitu lamanya. Papa gak ngasih tau juga, kenapa aku harus kesana. Kamu bisa gak, tanpa aku, dua minggu aja. Bisa kan?. Kata papa, kalo aku mau, ntar aku di bolehin berdua terus sama kamu. Kalo ditolak sayang. Gimana?" jelas Jungkook dengan nada yang lembut agar Jimin bisa mengerti.

"Tapi dua minggu itu lama, Kookie.  Ji ga bisa. Kalo seminggu aja gimana?.Kookie baru aja buat Ji seneng, masa iya dibikin sedih lagi? Seminggu aja Ya ya ya ya ya? " aegyo Jimin yang  tak bisa di kalahkan, akhirnya membuat Jungkook berpikir, kenapa gak dari kemaren aja aku nawarnya ya?  , sekiranya begitu isi hati Jungkook saat Jimin berkata demikian.

"Coba nanti aku tanya papa ya. Mau ikut bujuk gak, mana tau hati tuh orang bisa luluh liat bidadari ngomong." dan obrolan malam ini berakhir dengan Jimin yang memukul pelan dada bidang Jungkook dan kembali menyembunyikan rona merah nya di ceruk leher yang lebih muda.

TBC

HAII HAI HAII
AKU KEMBALII

KANGEN GAK?

GAK KAN?? AKU TAU KOK.

Sebenarnya,nih chap udah bakal di pub sekitar dua minggu yang lalu.

Tapi malah ujian, mager juga sih:v

Jangan lupa tinggalin jejak habis baca

Aku butuh vote biar semangat:)

Dah, selamat malam

Salam cinta dari anak kookmin, 


10-06-2020, Edit.

-Zar

Satu «km«  [ complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang