Coba kalian bayangkan bagaimana rasanya jika Kim Wooseok menjadi kekasihmu?
Namanya Kim Wooseok, dan aku sudah bekerja sebagai sekretarisnya selama 2 tahun, dan dia adalah atasanku. Single? Wooseok bahkan sudah menikah beberapa bulan yang lalu, dan istrinya benar-benar menakjubkan seolah mereka memang ditakdirkan bersama.
Dia dingin, dan selalu bertindak semaunya. Dia bahkan sangat susah untuk ditebak.
Sebuah senyuman bisa mengartikan banyak hal. Dia bisa tersenyum menandakan hasil kerjamu bagus, atau bahkan dia bisa tersenyum menandakan dia sedang meremehkanmu atau hasil kerjamu benar-benar payah.
"(y/n) bisa ke ruangan saya sekarang?" Wooseok meneleponku dari dalam ruangannya, menyuruhku untuk masuk. Mejaku memang kebetulan ada diluar ruang kerja lelaki itu.
"Ada yang bisa saya bantu sir?" tanyaku begitu aku berhasil menampakkan wajahku di depannya.
"Kamu bisa memesan kue?" tanyanya.
Aku mengernyit bingung "Kue apa sir?"
"Kue tart, dan cari yang paling enak" suruhnya yang membuatku mengangguk sebagai balasan.
Aku kemudian berlari kecil kearah mejaku dan mengambil handphoneku lantas memesan kue di tempat langgananku.
"Maaf sir, rasa kue apa yang kau inginkan? Cokelat? Vanila?" tanyaku kemudian seraya menyembulkan kepalaku di balik pintu ruangan Wooseok.
"Menurutmu?"
Aku kembali mengernyit heran "Aku tidak bisa menjawabnya sir, ini kue pesanannmu" timpalku.
"Kau bisa memesannya sesuka hatimu, apapun itu" timpal Wooseok dengan mata yang masih terpaku dengan beberapa berkas di mejanya.
"Kenapa harus sesuka hati saya, sir?"
"Atau kau bisa memesannya sesuai seleramu" timpalnya.
"Kenapa harus sesuai selera saya? Bukankah kue ini untukmu?"
"Untuk seseorang, dan saya tidak mengerti apa yang orang itu inginkan" jawabnya tanpa menoleh sedikit pun kearahku dan masih fokus dengan berkas-berkasnya.
"Apakah untuk istrimu, sir?"
Pria itu kemudian menatapku dengan tatapan mengerikannya, seakan ingin menerkamku saat itu juga. Apa? Apa yang salah?
"Banyak tanya sekali. Lakukan apa yang saya perintahkan, kau terlalu banyak mengaturku" cibirnya seraya mendengus.
"Maafkan saya sir. Saya hanya takut salah pesan" jawabku pelan lantas menggaruk tengkukku yang tiba-tiba terasa gatal. Pria itu kemudian memutar kedua bola matanya lantas kembali mendengus kesal.
"Jika kamu berada di posisi istri saya, kira0kira kue tart rasa apa yang akan kamu pesan?"
"Kenapa saya lagi, sir?" dan satu tatapan mengerikan pria itu lagi-lagi layangkan kearahku- membuatku langsung meneguk ludah dan menjawab pertanyaan sebelumnya.
"Everyone loves chocolate" jawabku cepat.
"Salah satunya kamu?" tanyanya sekali lagi. Ingin rasanya melayangkan sebuah pertanyaan lagi, kenapa aku? Namun untuk menghindari tatapan mengerikan itu, pada akhirnya aku mengangguk mengiyakan.
"Baiklah, kamu bisa memesan itu"
"Baik sir" dan aku benar-benar memesan kue tart cokelat yang Wooseok inginkan. Setelah itu aku kemudian membungkukkan sedikit tubuhku, berniat keluar dari ruangan Wooseok dan kembali ke meja kerjaku. Mungkin butuh waktu beberapa jam lamanya hingga pada akhirnya kue itu datang, membuatku langsung membawanya masuk ke dalam ruang kerja Wooseok.
"Kuenya sudah datang, sir"
"Coba saya lihat" ucapnya. Aku berjalan mendekati meja kerja pria itu dan meletakkan sekotak kue itu di atas mejanya.
"Menurut kamu apakah ia akan menyukainya?" timpal pria itu seraya mengamati kotak kue transparan yang memperlihatkan sebuah kue tart cokelat dengan hiasan strawberry diatasnya. Terlihat sangat menggugah selera.
Aku mengeryitkan dahiku mendengar pertanyaan dari pria di depanku "Kenapa menurut saya lagi?" dan tentu saja, tatapan mengerikan itu lagi.
"Suka! Tentu saja ia akan menyukainya, sir" jawabku mantap dan itu berhasil membuatnya tersenyum tipis.
"Baiklah, keluar" dan mendengar itu membuatku menatap pria itu dengan bingung.
"Urusan kamu sudah selesai, bukan? Kamu tidak berniat keluar dari ruangan saya?"
Lihat? Sesuka hatinya.
***
Jam tanganku sudah menunjukkan pukul 7 malam, dan ini saatnya untuk pulang. Aku merenggangkan kaki dan tanganku lantas meneguk habis air yang ada di dalam botol air minumku. Bersamaan dengan aku yang sedang membereskan beberapa berkas yang sudah ku selesaikan, Wooseok tiba-tiba saja keluar dari dalam ruangannya dan itu membuatku terkejut.
Pria itu tampak sangat terburu-buru dengan sekotak kue tart yang dipegangnya.
"Tidak jadi" Wooseok menghampiriku dan meletakkan kue tart yang ku pesan tadi diatas mejaku.
"Tidak jadi bagaimana, sir?" tanyaku heran.
"Kue ini untuk kamu. Saya tidak jadi membawanya"
"Kenapa, sir?"
"Kuenya tidak enak" ucapnya.
Aku mengerutkan dahiku "Kau bahkan belum mencobanya sama sekali, sir" timpalku seraya memperhatikan kue tart yang masih utuh itu dibalik kotak transparan yang menutupinya.
Pria itu kemudian mendengus. "Hari ini kamu terlalu banyak membantah saya. Kamu mau saya pecat atau bagaimana? Just do what i said"
Aku meneguk ludahku lantas segera menggeleng pelan, dan itu berhasil membuat pria itu tersenyum. Hebat! Kim Wooseok bahkan tersenyum 2 kali dalam hari ini, sungguh peristiwa yang sangat langka.
Di detik berikutnya pria itu beranjak pergi begitu saja, terlihat sangat terburu-buru layaknya sedang dikejar oleh sesuatu.
Aku melihat diatas kotak kue transparan itu terpampang semua post it berwarna kuning, membuatku mengerutkan dahiku seraya membaca isinya.
Happy birthday (y/n), semoga kamu terus betah kerja dengan saya.
Astaga itu benar! Bagaimana bisa aku melupakan hari ulang tahunku sendiri??
Tunggu.
Jadi kue ini untukku?
Tidak heran kenapa pria itu terus menanyakan pendapatku.
Beberapa detik kemudian Wooseok kembali datang menghampiri meja kerjaku, dan pria itu terlihat sangat gelisah.
"Kamu mau pulang sekarang?"
Aku mengangguk pelan, masih kurang percaya dengan apa yang terjadi saat ini.
"Saya dengar di dekat rumah kamu ada restoran ayam yang enak, dan kebetulan saya ingin membeli itu, jadi-"
Aku tersenyum mendengarnya "Kau mencoba menawarkan tumpangan untukku, sir?" potongku. Mendengar perkataanku mampu membuat Wooseok berdeham "Kalau kamu keberatan tidak perlu"
"Tentu sir, dengan senang hati. Saya tidak perlu mengeluarkan uang untuk menggunakan taxi hari ini" ucapku dengan maksud mengiyakan.
Setelah menerima jawaban dariku, Wooseok kembali melangkahkan kakinya, berjalan mendahuluiku dengan cepat.
Tunggu.
Seketika aku teringat akan satu hal. Satu hal yang membuat pikiranku mendadak menjadi liar. Liar memikirkan banyak kemungkinan dan pertanyaan.
Aku baru menyadari di dekat rumahku tidak ada restoran ayam.
***
Imajinasi dari cerita ini benar-benar terinspirasi dari perform wooseok di loveshot dan disitu aku melihat si wooseok benar-benar boss material banget, sooo hope you like it <3
KAMU SEDANG MEMBACA
daydreamin' | produce x 101
FanfictionSelamat datang ke dalam sebuah buku yang membuatmu tersenyum dan berhalusinasi bersama semua pria impianmu ©2019 by deeongg