Aku menatap kebawah, memperhatikan setiap langkahku dan tidak berani menatap punggung seorang lelaki yang kini berjalan di depanku.
Tentu saja itu Song Yuvin.
Aku sangat ingin memberitahukan soal kepergianku kepada lelaki itu. Tapi kenapa sesusah ini?
Aku menghela nafas. Kurasa sebentar lagi ibu dan ayahku akan sampai di tempat ini.
"Yuvin" panggilku.
Lelaki itu membalikkan tubuhnya, menatapku dengan mengernyitkan dahinya.
"Kenapa?"
Aku meneguk ludahku. Kenapa mulutku sangat susah untuk mengatakan ini?
"Sebentar lagi aku harus pergi" ucapku sedikit terbata.
"Kemana?" tanyanya. Lelaki itu kemudian berjalan mendekatiku.
Yuvin kemudian tersenyum "Mau aku antar?" lanjutnya.
Sekali lagi aku meneguk ludahku. Aku tidak tahu harus memulainya dari mana.
Yuvin kemudian mengulurkan tangannya untuk merangkul bahuku. Lelaki itu memegang kepalaku dengan tangan yang ia gunakan untuk merangkul bahuku.
Tinggal beberapa meter lagi dan rumah Yuvin sudah di depan mata.
Aku semakin gelisah, berharap kedua orang tuaku belum datang.
Aku menghentikan langkahku, membuat Yuvin ikut menghentikan langkahnya dan menatapku aneh.
"Kau kenapa?"
Aku menggeleng "Aku benar-benar akan pergi"
"(y/n)"
Oh tidak. Aku mengenal suara ini.
Itu suara ibuku dan ini sangat buruk.
Yuvin membalikkan tubuhnya. Sebuah senyuman tersirat di wajahnya. Lelaki itu kemudian menghampiri kedua orang tuaku yang baru saja keluar dari taxi.
"Tante sama om kenapa tidak memberitahu Yuvin terlebih dahulu kalau mau kesini?" tanya Yuvin lantas membantu ayahku untuk menurunkan kopernya dari dalam bagasi.
"Tante kemarin sudah menelepon (y/n)" timpal ibuku.
Ini buruk. Sangat buruk.
Mendengar itu membuat Yuvin mendengus dan menatapku kesal.
Ibuku berjalan bersama Yuvin sementara aku dan ayahku berjalan di depan mereka. Aku bahkan bisa melihat ibu Yuvin sudah menunggu kedatangan kedua orang tuaku di depan pintu rumahnya.
Pada akhirnya mereka saling melepas rindu dan saling berpelukan satu sama lain. Kedua orang tuaku kemudian masuk bersama ibu Yuvin ke dalam ruang tengah, sementara aku mencegat lengan Yuvin, menghalanginya untuk masuk.
"Kenapa?" lelaki itu mengernyit.
"Apapun yang terjadi aku mohon jangan marah" ucapku pelan.
"Marah kenapa?"
Yuvin kemudian mengulurkan tangannya untuk mengacak rambutku. Lelaki itu membawaku masuk ke dalam ruang tengah, menyusul ibunya dan kedua orang tuaku yang sedang berbincang disana.
"Yuvin kemarilah" panggil ibu Yuvin lantas menepuk tempat disebelahnya, menyuruh Yuvin untuk duduk disana, sementara aku duduk disebelah ayahku.
Aku menatap ayahku khwatir, membuat pria itu kemudian memegang tanganku, seakan mengatakan semuanya akan baik-baik saja. Ayahku sangat mengerti betapa beratnya untuk Yuvin jika ia mengetahui soal kepindahaku ini.
"(y/n) akan segera pergi bersama kedua orang tuanya ke Sydney" ucap ibu Yuvin.
Aku melihat Song Yuvin mengernyit. Lelaki itu kemudian menatapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
daydreamin' | produce x 101
FanfictionSelamat datang ke dalam sebuah buku yang membuatmu tersenyum dan berhalusinasi bersama semua pria impianmu ©2019 by deeongg