Coba kalian bayangkan bagaimana rasanya jika Cha Junho menjadi kekasihmu?
Sebenarnya aku tidak tahu persis bagaimana seorang outsider itu. Tapi mereka menyebut Cha Junho sebagai seorang outsider.
Aku mencari tahu apa arti kata outsider itu di internet, dan disitu mengatakan seorang outsider adalah orang yang tidak termasuk, atau bahkan orang yang tidak dianggap dalam suatu kelompok tertentu.
Tidak dianggap? Mungkin itu yang membuat mereka menyebut Cha Junho sebagai seorang ousider.
Mereka bilang Cha Junho itu tidak tahu diri, menyusahkan, dan selalu melakukan apapun yang lelaki itu inginkan.
Entalah. Junho memang selalu pergi atau bahkan tidak hadir sama sekali dalam diskusi kelompok, apabila kami di tugaskan untuk kerja kelompok. Bahkan setiap ada acara kelas atau bahkan acara sekolah, lelaki itu tidak pernah ikut.
Biar ku perjelas. Sebenarnya Cha Junho adalah seorang yang sangat pemalu. Dan dari rasa malunya itulah yang membuat lelaki itu sangat susah untuk berinteraksi dengan orang-orang yang ada disekitarnya.
Begitulah apa yang kulihat dari lelaki itu. Aku selalu berpikir Cha Junho tidak seburuk itu.
Cha Junho hanya tidak tahu cara untuk berteman. Dia kesepian. Terlihat sangat jelas dikedua matanya.
Aku ingin membantunya. Aku ingin berteman dengannya. Aku ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa Cha Junho tidak seburuk itu.
Itu yang membuat beberapa temanku menyebutku tidak waras. Tidak waras karena aku sendiri tahu bahwa mendekati seorang Cha Junho tidak semudah itu.
Kuakui itu memang benar.
"Pergi"
"Kau menggangguku"
"Urus aja urusanmu sendiri"
Begitulah perkataan Cha Junho yang selalu ia terlontarkan kepadaku ketika aku selalu berusaha untuk mendekatinya.
Aku segera keluar dari ruang rapat begitu rapat sudah selesai, membuatku harus pulang lebih lama dari sebelumnya.
Dengan sekotak apple juice yang menemaniku, aku berjalan kearah gerbang sekolahku, berniat untuk pulang.
Hingga suatu pemandangan yang sangat langka mencuri perhatianku.
Aku melihat Cha Junho sedang bermain basket, sendiran, begitu aku melewati lapangan basket.
Kenapa aku menyebutnya pemandangan yang langka? Maksudku lihat dia. Cha Junho bermain sangat baik, dan tidak ada seorang pun yang tahu bahwa ia sangat lihai bermain basket.
Melihat pemandangan itu membuatku menghampiri lelaki itu.
"Junho" panggilku.
Lelaki itu terkejut, membuat sebuah umpatan keluar dari mulutnya "Fuck!"
Aku terkekeh pelan. Lucu. Bukan karena umpatan yang lelaki itu telontarkan, tetapi karena ekspresi terkejut lelaki itu.
"Bisa tidak, kau berhenti menggangguku, sehari saja?" timpal lelaki itu. Junho melempar dengan asal bola basket yang dipegangnya lantas berjalan untuk mengambil tas ransel yang lelaki itu simpan di sudut lapangan.
"Aku baru tahu kau bisa bermain basket" ucapku, mengabaikan perkataannya.
Aku melihat lelaki itu mendengus. Ia bahkan tidak berniat untuk menanggapi ucapanku.
Dan sebuah ide cemerlang terlintas begitu saja dibenakku. Bagaimana jika Cha Junho berpartisipasi dalam sebuah pertandingan basket yang sebentar lagi diadakan oleh sekolahku?
Bukankah itu bagus?
Ini bukan pertandingan besar seperti yang kalian bayangkan. Ini hanya pertandingan antar kelas, yang selalu diadakan sekali setahun.
Aku berlari kecil, mencegat tangan lelaki itu, sebelum lelaki itu benar-benar pergi meninggalkan lapangan basket ini.
"Apa lagi?" timpalnya kesal.
"Kau akan ikut lomba basket mewakili kelas kita, okay?" tawarku spontan.
Lelaki itu menaikkan sebelah alisnya "Apa gunanya?" dan Junho menghempaskan tanganku yang mencengkram tangannya.
"Memangnya kau tidak lelah dengan panggilan outsider-mu?" timpalku, sekali lagi dengan spontan.
Lagi-lagi lelaki itu mendengus "Aku tidak peduli"
Aku kembali mencegat tangannya begitu lelaki itu beniat untuk pergi "Sebenarnya apa yang kau inginkan" ujarnya tidak suka.
"Lupakan tentang outsider. Kau tidak berniat membantu teman kelasmu sendiri?" tanyaku seraya memamerkan wajah memelasku. Kalian bisa menyebut itu sebagai puppy face.
Lelaki itu kemudian mengulurkan tangannya, mendorong pelan kepalaku dengan jari telunjuknya "Menjijikkan" timpalnya.
Sialan.
Aku melihat Cha Junho tampak berpikir, dan aku benar-benar berharap lelaki itu mempertimbangkan tawaranku.
"Aku akan ikut, jika kau berhenti menggangguku" ucapnya kemudian.
Apa-apaan itu.
"Aku akan berhenti mengganggumu setelah pertandingan basket itu selesai" jawabku, membuat lelaki itu tersenyum tipis.
"Great!" balasnya.
"Tapi dengan syarat" timpalku.
"Kelas kita harus menang" lanjutku.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
daydreamin' | produce x 101
FanfictionSelamat datang ke dalam sebuah buku yang membuatmu tersenyum dan berhalusinasi bersama semua pria impianmu ©2019 by deeongg