Aku menghela nafasku entah sudah berapa kali dalam hari ini.
"Sepertinya Yuvin benar-benar marah padaku" ucapku.
David menatapku. Sedari tadi lelaki itu mendengarkan curhatan hatiku.
Ini bahkan sudah 2 hari setelah kejadian itu, dan Yuvin terus menghindariku.
Tidak ada keusilan, tidak ada omelan, tidak ada sapaan, dan bahkan tidak ada lagi senyuman darinya.
Lelaki itu bahkan selalu meninggalkanku ketika kami hendak pergi ke sekolah. Yang awalnya ia duduk sebangku denganku, kini ia berpindah tempat dan duduk di bangku David, membiarkan David duduk disebelahku. Pertama kali dalam sejarah Song Yuvin membiarkanku duduk bersama orang lain selain dirinya.
Ini sangat menyakitkan, melihatnya seperti itu.
David mengulurkan tangannya untuk mengelus rambutku "Percayalah, anak itu tidak akan pernah bisa marah kepadamu" ucap David.
"Dia hanya belum siap menerima fakta bahwa sebentar lagi kau akan pergi meninggalkannya" lanjutnya.
"Lagipula kenapa kau tidak menceritakan hal ini dari jauh hari?" tanya David.
Aku mendesah "Aku bahkan baru menerima kabar sehari sebelum kedua orang tuaku datang kesini. Semuanya terjadi secara mendadak, kau tahu" jawabku.
David kembali mengelus kepalaku. Lelaki itu kemudian tersenyum lantas menyodorkan sekotak apple juice kepadaku.
"Aku turun, okay?" ucapnya sebelum lelaki itu pergi meninggalkanku.
Penasaran dimana aku sekarang? Aku berada di lantai teratas gedung sekolah kami, dan ini selalu masuk ke dalam daftar tempat favoritku.
Aku kembali menghela nafas. Aku menutup kedua mataku, membiarkan angin menerpa wajahku. Aku kemudian membuka sekotak apple juice itu dan meneguknya hingga habis, sambil menikmati lembutnya angin di siang hari.
Hatiku berdesir. Jantungku bahkan berdegup sangat kencang saat ini.
Aku meneguk ludahku begitu aroma yang begitu familiar tercium di penciumanku. Kedua tangannya ia gunakan untuk memeluk tubuhku dari belakang. Ia menyandarkan kepalanya di lekungan leherku dan menghirup aroma rambutku dalam-dalam, yang selalu menjadi kesukaannya.
Itu Song Yuvin.
"Yuvin" panggilku pelan. Kali ini aku tidak bisa mengelak atau bahkan memarahinya, karena dengan seenaknya ia datang dan memelukku. Karena jujur, aku merindukan pelukan ini. Sangat. Baru 2 hari dia menjauh dariku dan rasanya seperti berminggu-minggu. Sangat menyakitkan. Aku merindukan Song Yuvin.
"Kamu serius ingin pergi dari sini?" tanyanya pelan. Lelaki itu semakin mengeratkan pelukannya.
Aku mengangguk "Orang tuaku membutuhkanku" jawabku.
"Maaf"
"Maaf" ucap kami bersamaan. Di detik berikutnya kami tertawa.
Aku membalikkan tubuhku, melingkarkan kedua tanganku pada pinggang Yuvin dan menenggelamkan wajahku pada dada bidangnya.
Yuvin kini menyandarkan kepalanya diatas kepalaku, masih senantiasa memeluk tubuhku yang bahkan lebih pendek darinya.
"Jangan merindukanku" timpalku lantas mendongkak, menatap kedua matanya.
Lelaki itu mendengus "Never" dan satu pukulan keras mendarat di dada bidang lelaki itu, membuatnya terkekeh pelan.
Song Yuvin kembali memelukku "Tidak bisa. Tentu saja aku akan merindukanmu." timpalnya kemudian. Mendengar itu mampu membuatku tersenyum.
Seandainya saja Yuvin tahu bagaimana perasaanku. Seandainya saja Yuvin bukan sahabatku. Aku sangat menyukainya. Hubungan ini sangat membunuhku.
"Aku menyayangimu, kau tahu itu bukan?" Yuvin kemudian melepas pelukannya. Tangan lelaki itu kini terulur untuk merapikan rambutku yang agak berantakan akibat terpaan angin.
Sebagai sahabat tentu saja. Aku selalu tahu soal itu.
Aku tersenyum "Aku tahu" jawabku.
"But not as a friend" ucapnya seakan mengerti dengan apa yang ada di pikiranku.
Aku meneguk ludahku. Perutku seketika terasa geli. Jantungku semakin menggila.
Benarkah itu?
Song Yuvin kemudian mencodongkan tubuhnya, membuat punggungku menabrak pagar pembatas yang ada dibelakangku. Lelaki itu menahan kedua tubuhku dengan meletakkan kedua tangannya pada sisi kanan dan kiri tubuhku, lebih tepatnya lelaki itu meletakkan kedua tangannya pada pagar pembatas yang ada dibelakangku.
Aku memejamkan kedua mataku, merasakan wajah Yuvin yang semakin dekat dengan wajahku.
Dan satu kecupan yang lembut mendarat tepat di bibirku. Lelaki itu bahkan meninggalkan lumatan kecil disana, membuat perutku terasa semakin geli.
"I love you" bisiknya begitu ciuman itu berakhir.
***
Song Yuvin tidak berhenti memelukku sedari tadi. Lelaki itu bahkan mendaratkan kecupan kecil pada wajahku bertubi-tubi, tidak mempedulikan kedua orang tua kami yang memandang kami dengan geli.
"Menjijikkan" timpal David.
Tentu saja David ada. Ini adalah hari keberangkatanku ke Sydney, dan itu menjadi alasan kenapa Song Yuvin tidak berhenti untuk memelukku.
Aku tidak tahu apakah kisah kami bisa dibilang berakhir bahagia atau tidak. Pertama, friendzone itu tidak berlaku lagi. Kedua, Song Yuvin memang resmi menjadi kekasihku, namun sebentar lagi jarak akan memisahkan kami.
"Sana pulang" timpalku seraya berusaha melepaskan tubuhku dari pelukan Yuvin, merasa malu dengan kedua orang tua kami yang senantiasa menatap kami dengan geli.
Yuvin tidak mempedulikan ucapanku lantas menggelengkan kepalanya kuat.
"Can you just stayI" tanyanya seraya mengerucutkan bibirnya.
Aku mendengus. Lihat itu. Sifat kekanakannya kembali lagi.
"I can't" balasku.
Dengan terpaksa akhirnya lelaki itu melepaskan pelukannya dariku. Ia bahkan menghela nafasnya berkali-kali.
"Jangan nakal disana, mengerti?" kini giliran David yang memelukku, membuatku membalas pelukannya. Sudah pasti aku akan merindukan lelaki yang satu ini.
Aku terkekeh seraya melepaskan pelukannya "Tenang saja" balasku kepada David.
"Kau harus mengabariku segera setelah kau tiba, okay?" timpal Yuvin. Lelaki itu tersenyum, kedua tangannya terulur untuk mengacak-ngacak rambutku.
Aku mengangguk kuat lantas tersenyum. Dan satu kecupan lagi-lagi mendarat dikeningku.
Setelah kedua orang tuaku sudah saling berpelukan dengan kedua orang tua Yuvin, mereka berdua langsung berjalan mendahuluiku memasuki bandara.
Aku merongoh saku jaketku dan mengeluarkan dua gantungan panda yang sengaja ku beli 2 hari yang lalu.
Aku menyodorkan gantungan itu kepada dua lelaki yang ada dihadapanku. Satu untuk David dan satunya lagi untuk Yuvin.
Kenapa panda? Karena panda adalah salah satu simbol persahabatan. Dan sebagai tambahan, panda sangat lucu.
"Jangan dihilangin" ucapku kepada kedua lelaki itu dan membawa mereka ke dalam pelukanku.
"I'll be back soon" lanjutku lantas melambaikan tanganku kearah ayah dan ibu Yuvin yang berada di belakang Yuvin dan juga David, sebelum aku benar-benar berlari kecil dan menyusul kedua orang tuaku.
Ini bukan sebuah akhir cerita, karena tentu saja aku akan kembali lagi dan menemui mereka.
Once again, i'll be back soon, for you Song Yuvin. Wait for me.
The End
:)
Diantara 4 cerita yang udah ada, cerita mana yang jadi kesukaan kalian? For me, it's Kim Yohan's story :)
Semoga kalian suka dan terus ngikutin cerita selanjutnya :))
KAMU SEDANG MEMBACA
daydreamin' | produce x 101
FanfictionSelamat datang ke dalam sebuah buku yang membuatmu tersenyum dan berhalusinasi bersama semua pria impianmu ©2019 by deeongg