Kim Wooseok tiba-tiba menjadi sangat aneh semenjak kejadian restoran ayam yang tidak pernah ada itu.
"(y/n) bisa masuk sebentar?" ini sudah ketiga kalinya pria itu menyuruhku untuk masuk ke dalam ruangannya, membuatku segera menutup sambungan teleponnya lantas masuk ke dalam ruang kerjanya itu.
"Ada yang bisa saya bantu lagi sir?" tanyaku begitu berhasil memasuki ruangan kerja pria itu.
Wooseok mengalihkan pandangannya dari laptopnya, melihat kedatanganku. Pria tu terdiam selama beberapa detik lantas menatap lurus kearahku dengan wajah datarnya, dan itu terlihat sangat mengerikan.
"Sir?" tanyaku berniat menyadarkan lelaki itu.
"Tidak jadi. Kamu bisa keluar sekarang" dan mendengar perkataan itu membuatku mengernyit bingung.
"Baik, sir" tentu saja aku benar-benar menuruti perkataannya, keluar dari dalam ruangannya saat itu juga. Baru beberapa detik aku berhasil mendaratkan tubuhku diatas kursi meja kerjaku, telepon itu berbunyi kembali.
Aku menggeram tertahan, sekarang apa lagi?
"(y/n) masuk" ucapnya dari ujung sana, menyuruhku untuk masuk ke dalam ruangannya untuk yang keempat kalinya. Jangan tanya lagi, tentu saja aku benar-benar kembali masuk ke dalam ruang kerjanya.
"Kenapa, sir?" tanyaku ketika kembali bertemu kedua mata lelaki itu.
Wooseok lagi-lagi menatapku dengan tatapan datarnya. Pria itu bahkan tidak mengeluarkan sepatah kata pun dari mulutnya, hanya melayangkan tatapan yang lurus kearahku. Itumembuat emosiku tiba-tiba memuncak. Sebenarnya apa yang diinginkan oleh pria aneh yang satu ini?
"Ada yang bisa saya bantu, sir?" tanyaku sekali lagi, berusaha menahan emosi yang sebentar lagi meluap itu.
Pria itu menggeleng.
"Keluar" ucapnya lantaran kembali fokus dengan laptop yang ada di depannya.
Yang benar saja.
Aku keluar dari dalam ruangannya dengan emosi yang benar-benar meluap. Jika pria itu memanggilku masuk ke dalam ruangannya sekali lagi, mungkin aku bisa meneriakinya. Seandainya bisa.
Belum sempat aku kembali duduk di kursiku, telepon itu kembali berbunyi.
Catat, ini sudah untuk yang kelima kalinya.
Tanpa menjawab telepon itu aku kembali masuk ke dalam ruangan Wooseok dan kali ini dengan penuh emosi.
"Sebenarnya kau kenapa? Apa yang kau inginkan" aku membuka pintu ruangannya dengan keras, membuatnya sedikit terkejut.
"Kau berusaha mempermainkanku?" aku bahkan bisa merasakann wajahku memanas sekarang. Persetan dengan fakta bahwa dia adalah atasanku. Setelah dipermainkan seperti ini, aku juga punya hak untuk marah, bukan?
Wooseok menatapku dengan pandangan yang sama seperti sebelumnya. Wajah datar itu lagi.
"Bisa tolong ambil celana saya dari dalam lemari itu?" pinta pria itu kemudian, tanpa mengubris pertanyaanku. Jari telunjuknya menunjuk sebuah lemari kecil di sudut ruangan.
Aku menghela nafas panjang, berusaha meredam emosiku, namun di detik berikutnya aku melakukan apa yang pria itu minta.
"Sekarang ganti rok kamu dengan celana itu" ucapnya lantaran melirik kearah jam tangannya.
"15 menit lagi saya ada rapat dan kamu harus ikut. Saya tidak mau kamu menggunakan rok seperti itu ke dalam ruangan rapat nanti" ucap Wooseok dan ia kembali fokus kepada laptop yang ada di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
daydreamin' | produce x 101
FanfictionSelamat datang ke dalam sebuah buku yang membuatmu tersenyum dan berhalusinasi bersama semua pria impianmu ©2019 by deeongg