Beberapa hari belakangan ini benar-benar berbeda dari hari-hariku yang sebelumnya. Ini berbicara soal kejadian di depan toilet wanita seminggu yang lalu. Tentu saja Kim Yohan masih sama dengan kebiasaan yang lelaki itu lakukan kepadaku. Tapi, aku menghindar. Berusaha sekuat mungkin untuk tidak menampakkan wajahku kepada lelaki itu.
Ini bukan berbicara soal betapa malunya aku, tapi berbicara betapa takutnya aku menghadapi kenyataan bahwa Kim Yohan benar-benar geli padaku. Maksudku, lihat aku. Aku hanyalah seorang gadis gendut yang terlihat tidak menarik sama sekali, yang dengan tidak sengaja menyukai seseorang seperti Kim Yohan.
Aku menghela nafas, mendapati lelaki itu menunggu di depan pintu kelasku. Kim Yohan kemudian menghampiri mejaku, membuatku berdiri dari dudukku.
Dan tatapanku bertemu dengan kedua bola matanya itu.
Aku meneguk ludahku, menyadari beberapa teman kelasku yang kini sedang menatap kami aneh.
Belum sempat lelaki itu mencegatku, aku langsung berlari keluar kelas, menyambar tubuhnya yang bahkan hampir membuatnya terjatuh.
Bersamaan dengan aksi melarikan diriku, bell sekolah berbunyi, menandakan jam makan siang telah berakhir.
Persetan dengan mata pelajaran selanjutnya. Intinya aku hanya ingin melarikan diri dari sini.
Sebut aku kekanakan, karena memang seperti itu. Maafkan aku.
Aku memutuskan untuk bersembunyi di gedung belakang sekolahku, tempat dimana aku biasanya menghabiskan waktu makan siangku ketika aku tidak ingin diganggu oleh siapapun.
Aku mengatur nafasku begitu aku berhasil sampai ke tempat pelarianku. Aku menyandarkan tubuhku pada dinding yang ada dibelakangku lantas perlahan mengambil posisi duduk. Kenapa aku menjadi seperti ini? Aku bahkan melewati jam pelajaran Biologiku demi melarikan diri dari Kim Yohan.
Aku tersentak kaget kemudian.
Seseorang datang dan menyentuh kepalaku, membuatku mengumpat dalam hati.
Sialan, itu Kim Yohan.
Lelaki itu mendengus, melemparkan tas ranselku kearahku, dan ikut duduk disebelahku dengan memeluk tas ranselnya.
"Kalau ingin bersembunyi jangan disini, kau bisa ketahuan" timpalnya.
Aku meneguk ludahku, berusaha mengatur detak jantungku yang mulai menggila.
"Aku salah apa?" lanjutnya.
Aku kembali meneguk ludahku, tidak berniat untuk merespon sedikit pun dari perkataannya.
"Kenapa menghindariku seperti itu?" lanjutnya lagi.
Pada akhirnya aku menggeleng pelan.
"Ini semua salahku" jawabku.
"Aku terlalu berlebihan, terlalu kekanakan-"
"Memang. Sangat kekanakan" sindirnya, memotong perkataanku.
Kim Yohan kemudian menghela nafasnya.
"Berbicara soal berlebihan, yang kau katakan seminggu yang lalu di depan toilet. Sebenarnya aku tidak pernah menganggap itu berlebihan"
"Itu semua apa adanya" jelasnya.
Aku melirik lelaki itu, mendapatinya sedang tersenyum tipis.
"Believe or not, i like you"
"A lot" lanjut lelaki itu.
Jantungku semakin menggila dari sebelumnya. Aku merasakan perutku mulai bereaksi lagi, bahkan lebih parah dari sebelumnya. Sangat geli.
Aku menggeleng "Jangan bercanda"
"Aku serius" dan tangan lelaki itu lagi-lagi menyentuh kepalaku, mengusapnya pelan.
Aku menggigit bibir bawahku begitu Kim Yohan beralih menatapku dengan tatapannya yang begitu membunuh. Tatapan yang sangat lembut, yang mampu membuat semua gadis yang melihatnya akan meleleh. Sudah pasti.
"Kenapa harus aku?" tanyaku.
"Sebenarnya dari aku juga mempertanyakan hal itu. Kalau aku ingin memandang fisik, diluar sana bahkan banyak gadis cantik yang lebih menarik darimu. Aku selalu berusaha melawan semuanya, melawan perasaan ini. Tapi aku tidak bisa. Aku terlanjur menyukaimu sedalam itu, benar-benar menyukaimu" jelasnya.
Sialan Kim Yohan.
"Kau lucu. Apa adanya. Dan bagian terbaiknya aku senang melihatmu saat sedang kesal, menjadi alasan kenapa aku selalu mengganggumu"
Kedua mata itu masih menatapku lembut. Lelaki itu kini tersenyum.
"Sekarang sudah jelas, bukan?" lanjutnya.
"Aku berani menjamin kau hanya bertahan sehari jika bersamaku" timpalku, membuat lelaki itu tertawa.
"Kenapa? Kau berpikir aku malu memiliki seorang kekasih sepertimu?" tanyanya.
"Pasti malu. Mustahil jika tidak"
Dan satu jitakan pelan mendarat tepat di kepalaku "Sok tahu" ucapnya.
"Cantik itu relatif" lanjutnya.
Kedua tangan Kim Yohan kemudian terulur untuk mencubit kedua pipiku, membuatku mengeluh kesakitan. Lelaki itu hanya bisa tertawa melihat reaksiku.
"Aku tidak menerima pertanyaan lagi" ucapnya penuh penekanan.
Jantungku benar-benar akan keluar dari tempatnya. Dengan gerakan cepat lelaki itu mendaratkan sebuah kecupan di hidungku, membuatku kemudian memukul lengannya bertubi-tubi.
Sekali lagi. Kim Yohan sialan.
"So it's official?" tanyanya lantas mengacak rambutku.
Aku mendengus "Resmi jika kau mentraktirku makan setelah ini" dan aku terkekeh pelan akan tawaranku sendiri.
"Deal" dan hari itu Kim Yohan membuatku harus membolos dari sekolah, membawaku untuk menepati janjinya.
Aku mendapat traktiran tentu saja.
Kim Yohan memang adalah sosok yang paling menyebalkan yang pernah ada dimuka bumi ini, membuatku harus mendengar berbagai ejekannya setiap hari.
Tapi siapa yang menyangka, aku bahkan menjalin hubungan dengannya sekarang?
The End
***
Untuk kalian yang tertarik membaca long version dari cerita Kim Yohan ini, silahkan mampir ke profile aku yah :)
KAMU SEDANG MEMBACA
daydreamin' | produce x 101
Fiksi PenggemarSelamat datang ke dalam sebuah buku yang membuatmu tersenyum dan berhalusinasi bersama semua pria impianmu ©2019 by deeongg