han seungwoo : the bartender

4.7K 549 30
                                    

Coba kalian bayangkan bagaimana rasanya jika Han Seungwoo menjadi kekasihmu?

Kejadian hari ini membuatku merasa bahwa diriku benar-benar menyedihkan. Pertama, aku baru saja mendapati tunanganku sedang berkencan dengan gadis lain. Kedua, begitu aku menghampirinya, lelaki itu langsung memutuskanku begitu saja, persis di depan gadis selingkuhannya itu.

Sialan.

Dan disinilah aku sekarang, sedang meratapi nasibku dengan segelas jus jeruk yang menemaniku, di dalam sebuah club.

Sebut itu menggelikan. Memangnya siapa yang datang dan meminum segelas jus jeruk di sebuah club? Maaf. Tapi itu aku.

Mereka bilang alkohol benar-benar membantumu melupakan masalahmu untuk sesaat. Aku tidak yakin. Entalah, sebenarnya aku hanya sedikit takut. Menjadi alasan kenapa aku memesan segelas jus jeruk.

Keramaian cukup membuatku merasa lebih baik. Membuatku merasa tidak kesepian. Itu sudah cukup bagiku.

"Hei" aku mendongkak ketika seorang bartender datang menghampiriku yang memang duduk di meja bartender yang ada di club ini.

"Kau membawa kartu pengenalmu?" timpalnya.

Aku menaikkan sebelah alisku "Maaf?"

"Anak kecil dilarang masuk kesini" jawabnya seraya tersenyum, masih dengan sebelah tangannya yang terulur untuk menagih ktpku.

Hello sir? I'm 23. Seharusnya aku yang meminta maaf. Kau mencari masalah dengan orang yang salah.

"Anak kecil?"

"Tidak perlu repot mencari masalah denganku, sir" lanjutku lantas memutar kedua bola mataku.

"Just give me your id card, miss" jawabnya tidak mau kalah.

"Or you just don't have one?" bartender itu menaikkan sebelah alisnya, menatapku dengan senyuman miring yang menemaninya.

Aku membalas tatapan itu dengan kesal, segera merongoh tasku dan mengambil dompetku dari dalam.

"Puas?" timpalku seraya memamerkan kartu pengenalku.

Lelaki itu kembali menatapku, masih dengan tatapan mengejeknya. Sekarang apa lagi? Aku melirik nametag yang lelaki itu kenakan.

Namanya Han Seungwoo, dan dia benar-benar berhasil menghancurkan malamku.

"Kau terlalu payah dengan minuman itu. Menjadi alasan kenapa aku menganggapmu dibawah umur" lanjutnya seraya menunjuk jus jerukku dengan dagunya.

"Kau meremehkanku?" dan lelaki itu merespon pertanyaanku dengan menaikkan kedua bahunya, masih tersenyum miring.

Benar-benar menyebalkan.

Masih dengan senyuman mengejeknya, lelaki bernama Han Seungwoo itu kemudian beranjak pergi menghampiri pelanggan yang memanggilnya.

Aku mendengus kesal lantaran mengangkat sebelah tanganku "Saya pesan semua jenis alkohol yang ada disini" teriakku seraya memanggil bartender lain.

Mendengarku berteriak seperti itu membuat beberapa orang yang melewatiku mungkin berpikir bahwa aku sudah gila.

Kurasa iya.

Lelaki itu menoleh, melihat kearahku yang sedang meminta untuk dilayani oleh bartender lain.

Lihat dia. Masih dengan senyuman mengejek menyebalkan itu.

Pada akhirnya mereka membawakanku beberapa botol alkohol, membuatku meneguk ludah. Aku bahkan belum pernah meminum alkohol sebelumnya.

Aku kembali melirik lelaki bernama Han Seungwoo itu. Lelaki itu kini duduk di sudut meja bar, menatapku seraya memangku dagunya. Dagunya kemudian bergerak, menyuruhku untuk segera meminum alkohol yang ku pesan.

Aku mendengus lantaran langsung meneguk sebotol alkohol yang ada di depan mataku. Rasanya sangat pahit, bahkan membuat perutmu menghangat, namun benar-benar membuatmu ketagihan.

Alkohol itu meninggalkan perasaan nyaman pada dirimu.

Jadi seperti ini rasanya alkohol? Tidak heran kenapa banyak yang menyukainya.

Botol kedua.

Botol ketiga.

Botol keempat dan itu benar-benar membuat kepalaku sangat sakit.

Aku terkekeh kecil ketika melihat Han Seungwoo kembali menghampiriku. Lelaki itu kemudian duduk berhadapan denganku.

"Bagaimana?"

"Aku hebat bukan?" timpalku seraya menunjuk diriku lantas mengacungkan jempolku.

"Tadi siapa yang menyebutku anak kecil?" lanjutku, berusaha menyindir lelaki itu.

Aku mendengus "Kata orang wajahku terlihat lebih muda dari usiaku"

Aku terkekeh pelan "Bagus bukan?"

"Saya pikir kamu masih 18 tahun" jawab lelaki itu.

Lelaki itu kemudian tersenyum. Senyuman yang tiba-tiba mengingatkanku dengan kejadian beberapa jam lalu. Senyuman seorang lelaki yang meninggalkan luka yang sangat dalam. Bahkan tanpa merasa bersalah sedikit pun lelaki itu masih bisa tersenyum seraya menggandeng gadisnya.

Sebut dia sebagai mantan tunanganku.

"Aku membencinya"

"Aku membenci senyuman itu" lanjutku, sekarang menunjuk wajahnya..

Lelaki itu menaikkan sebelah alisnya, terlihat bingung dengan perkataanku.

Aku kembali terkekeh, namun di detik berikutnya aku merasakan air mata membasahi pipiku.

Aku langsung menelungkupkan kepalaku diatas meja, menangis disana.

"Jahat"

"2 bulan lagi kamu akan melangsungkan pernikahan, dan dia bahkan memilih untuk menjalin hubungan dengan gadis lain" ucapku pelan dalam tangisanku.

Aku mendongkak, menatap lelaki yang masih menatapku bingung.

"Lihat" timpalku seraya memamerkan sebuah cincin yang masih melekat manis pada jariku.

"Semuanya omong kosong"

"Semua lelaki sama saja" lanjutku seraya melepas cincin itu dan melemparnya ke sembarang arah.

"Tidak semuanya seperti itu" timpal lelaki itu.

Aku mendengus "Lalu kau menilai dirimu baik?" timpalku meremehkan.

Lelaki tersenyum miring "Mungkin"

Aku tertawa mendengarnya berkata seperti itu.

"Omong kosong" ucapku lantas berusaha untuk bangkit berdiri, berniat untuk segera meninggalkan tempat ini.

Kepalaku benar-benar sangat sakit, membuatku tidak mampu lagi untuk menahan tubuhku.

Semuanya mendadak jadi gelap.

***

daydreamin' | produce x 101Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang