Cha Junho benar-benar kembali menjadi sosok Cha Junho yang dulu. Dingin, dan selalu berusaha untuk mengacuhkanku ketika aku mencoba untuk mendekatinya. Kurasa lelaki itu benar-benar marah dengan ucapanku beberapa hari yang lalu.
Ayolah Cha Junho, itu tidak seperti yang kau pikirkan.
"Junho" aku menghampiri lelaki itu, melepas headset yang ia kenakan, membuatnya menatapku dengan tatapan tidak suka. Tatapan itu lagi. Tatapan yang Cha Junho selalu berikan padaku sebelum kami dekat.
"Kau masih marah?" tanyaku, berusaha tidak mempedulikan tatapan tidak suka itu.
"Marah kenapa?" balasnya.
"Soal yang kemarin aku-"
"Aku tidak ingin diganggu" ucapnya, memotong perkataanku. Lelaki itu kemudian merampas sebelah earphone yang kupegang lantas kembali memasangnya pada telinganya.
Aku menggigit bibir bahwaku, masih tidak menyangka lelaki itu terlihat sangat serius dengan apa yang ia ucapkan.
Cha Junho menaikkan sebelah alisnya, menatapku yang masih berdiri di hadapannya, berharap perkataan lelaki itu hanya sebuah candaan.
"Sudah jelas, bukan?" timpalnya.
"Pergi, kau menggangguku" lanjutnya lantas memainkan handphonenya, benar-benar berusaha untuk tidak mempedulikanku.
"Maafkan" aku menghela nafas, kembali ke bangkuku begitu wali kelasku memasuki kelas.
Setidaknya aku sudah berusaha untuk meminta maaf, berusaha untuk memperbaiki keadaan.
Aku hanya takut. Takut menerima kenyataan bahwa Cha Junho memang tidak pernah menyukaiku, atau bahkan tidak ingin berteman denganku.
***
Aku menghembuskan nafasku kasar. Kurasa setelah ini kedua orang tuaku akan memarahiku habis-habisan.
Hari ini pelajaran olahraga, membuat kami harus bermain bola, tidak peduli kau seorang lelaki atau seorang perempuan.
Aku mendapat giliran untuk menendang bola. Aku menendang bola itu tentu saja, namun bola itu tidak mengenai gawang, melainkan mengenai kepala teman kelasku yang bertugas untuk menjaga gawang.
Jangan bertanya seberapa keras tendangan bolaku, karena itu benar-benar keras. Gadis itu bahkan terjatuh pingsan setelah bola itu mengenai kepalanya.
Dan disinilah aku sekarang. Baru saja keluar dari UKS, berkali-kali meminta maaf kepada teman kelasku dengan perasaan yang sangat bersalah dan setelah itu aku harus menerima ceramahan dari wali kelasku dan disusul dengan ceramahan dari guru olahragaku. Aku bahkan menerima ancaman mendapat nilai C jika di pelajaran olahraga selanjutnya aku tidak berhati-hati.
Kelasku sudah sepi, hanya beberapa dari mereka yang harus ikut rapat saja lah yang tinggal di kelasku, mengingat olahraga memang menjadi pelajaran terakhir untuk hari ini.
Aku meraih ranselku dan memutuskan untuk segera pergi dari tempat ini.
Aku berjalan dengan gontai sambil sesekali menendang dengan kesal batu kerikil yang ada di bawah kakiku begitu aku keluar dari gedung sekolah.
Benar-benar hari yang sangat panjang.
Hingga sebuah hantaman yang sangat keras mengenai kepalaku. Itu sebuah basket, mendarat begitu saja diatas kepalaku.
"(y/n)! Kau baik-baik saja?" seseorang berteriak dari lapangan, membuatku harus memicingkan mataku untuk melihat orang itu, karena pandanganku benar-benar mendadak kabur.
Basket sialan.
Aku mengangkat sebelah tanganku, memberikan mengacungkan jempolku, seakan mengatakan bahwa aku baik-baik saja, tanpa berniat mengetahui siapa sosok yang melemparkan bola basket kearahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
daydreamin' | produce x 101
FanfictionSelamat datang ke dalam sebuah buku yang membuatmu tersenyum dan berhalusinasi bersama semua pria impianmu ©2019 by deeongg