Perkataan Lee Jinhyuk beberapa hari yang lalu di rumah pohon itu benar-benar mengganggu pikiranku. Bukankah sudah jelas lelaki itu menolakku secara halus? Bahwa ia benar-benar tidak tertarik untuk berpacaran dengan gadis di bawah umur seperti ku?
Aku menidurkan kepalaku diatas meja belajarku, mulai tidak fokus dengan tugas sekolah yang tengah ku kerjakan saat ini.
Aku sudah menyukai lelaki itu cukup lama, dan tidak semudah itu untuk melupakan semua perasaanku padanya.
Ini membuatku berpikir, seandainya saja aku lebih tua dari ini, apakah Lee Jinhyuk akan menyukaiku?
Jika aku lebih dewasa dari ini, apakah ia akan menerimaku?
Aku menghela nafasku dengan kasar lantas memukul meja belajarku bertubi-tubi, merasa kesal dengan semua kenyataan ini. Maafkan aku meja belajar.
Karena pukulan dariku, membuat segelas susu cokelat buatan ibuku menumpahi meja belajarku dan mengenai bajuku.
Aku memekik, semakin kesal dengan kebodohanku sendiri. Untung saja susu cokelat itu tidak membasahi buku-bukuku.
Aku kembali menghela nafasku kasar. Untuk kalian yang sedang menyukai seseorang, aku tahu rasanya sangat menyenangkan dan begitu mendebarkan. Namun ketika kau sudah berada di titik dimana kau menyadari kemungkinan cintamu tidak akan terbalas, itu benar-benar akan mengacaukan pikiranmu.
Aku bangkit dari dudukku, mengambil beberapa helai tissue dan membersihkan kekacauan yang kubuat.
Aku membuka bajuku, berniat untuk menggantinya dengan yang lebih bersih. Hingga seseorang datang begitu saja dan membuka pintu kaca balkon kamarku.
Itu Lee Jinhyuk.
Tentu saja aku berteriak, melihat kedatangannya yang kini dengan santainya menatapku yang hanya mengenakan pakaian dalamku saja.
"Lee Jinhyuk!" teriakku lantas segera memakai bajuku kembali.
Lelaki itu terkekeh geli lantas merebahkan tubuhnya diatas kasurku. Ingat dengan fakta bahwa lelaki itu adalah tetanggaku? Itu membuatnya lebih mudah untuk memanjat dari balkon kamarnya ke balkon kamarku, mengingat kamar kami memang persis bersebelahan.
Dari dulu Lee Jinhyuk selalu melakukan itu.
"Apa?" tanyanya tanpa rasa bersalah.
"Kalau mau masuk kau bisa mengetuk terlebih dahulu, bukan?" timpalku kesal.
Aku bahkan merasakan wajahku sangat memanas sekarang, kembali membayangkan bagaimana lelaki itu melihatku yang tadinya hanya menggunakan pakaian dalam saja.
"Lagipula aku sudah sering melihatnya" timpalnya seraya memeluk bantal.
Apa-apaan itu.
"Waktu kita masih kecil, maaf" balasku.
"Apa bedanya?"
"Tentu saja beda!" dan aku melempar sandal kamar yang kukenakan kearah lelaki itu, membuatnya tertawa puas.
"Beda karena sekarang lebih berisi?" timpalnya.
Sialan kau Lee Jinhyuk.
Aku kembali melempar sandal kamarku yang satunya kearah lelaki itu. Aku berani menebak wajahku sangat memerah saat ini.
Aku segera mengambil baju bersihku dari dalam lemari dan berlari kearah kamar mandi, berniat untuk mengganti bajuku.
Dengar itu. Lelaki itu bahkan masih setia menertawaiku. Menyebalkan.
"Mesum" timpalku begitu aku selesai mengganti bajuku.
"Kenapa? Kamu kepanasan? Wajah kamu memerah" godanya.
Ada yang ingin membantuku untuk melempar lelaki itu dari lantai dua kamarku?
Lelaki itu masih tertawa.
"Sudah puas ketawanya?" tanyaku kesal.
Jinhyuk mengangguk semangat "Puas"
Aku mendengus dan duduk di sudut kasurku "Apa yang membawamu kemari?"
"Kau melarangku?"
Kini giliranku yang menganggukkan kepalaku.
"Aku merindukanmu" lanjutnya.
Baiklah (y/n) lelaki itu hanya berusaha untuk menggodamu, tidak lebih. Jangan memikirkan sesuatu yang aneh atau bahkan berharap lebih darinya.
Lihat itu. Lelaki itu kini tersenyum kearahku, membuatku langsung membuang wajahku, berusaha untuk menyembunyikan wajahku yang mulai memerah lagi.
"Jinhyuk"
"Apa?"
"Tipe gadis yang kau suka seperti apa?" tanyaku tiba-tiba, membuat lelaki itu menaikkan sebelah alisnya.
"Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?" tanyanya balik.
"Hanya penasaran" aku menggaruk tengkukku lantas menyengir kearahnya.
"Tidak pasti sebenarnya"
"Apakah Agatha termasuk dalam tipemu?"
"Tidak juga" dan lelaki itu lagi-lagi menatapku. Menatapku dengan sebuah senyuman manis yang menghiasi bibirnya. Senyuman manis yang aku yakin memiliki sebuah arti.
Aku menenguk ludahku, mungkin kalian bisa menyebutku salah tingkah karena senyuman manis itu.
Aku terdiam untuk beberapa saat, mulai memikirkan pertanyaan aneh yang terbesit begitu saja dibenakku.
"Seseorang dengan umurmu saat ini, memangnya harus melakukan itu?" tanyaku.
"Huh?"
"Kalau aku bisa melakukan itu, kau akan menerimaku?"
Sebut aku gila.
Aku tidak tahu apa yang terjadi pada diriku, membuatku mendekat kearah Lee Jinhyuk dan mencodongkan wajahku kearahnya.
Astaga, apa yang terjadi padaku. Aku bahkan tidak bisa mengontrol tubuhku.
"(y/n)"
"I like you" ucapku pelan. Lee Jinhyuk menatapku dengan tatapan yang tidak bisa ku mengerti. Aku bahkan bisa merasakan deru nafasnya menerpa wajahku.
Dan lelaki itu mendorong pelan tubuhku yang berusaha mendekatinya, berusaha untuk meninggalkan sebuah ciuman pada bibirnya.
Lee Jinhyuk terdiam, masih menatapku.
"Jangan seperti ini"
"Menjijikkan kau tahu" lanjutnya.
Aku tercengang mendengarnya berkata seperti itu. Apa yang telah kau lakukan (y/n)?
Lelaki itu kemudian bangkit berdiri, segera beranjak meninggalkan kamarku dan kembali ke kamarnya dengan memanjat pagar balkon kamarku.
Apa yang sebenarnya terjadi padamu?
Lihat? Lee Jinhyuk memang tidak pernah memandangmu lebih dari seorang adik baginya.
Bodoh.
***
Aduhhh sumpah ceritanya gak jelas banget yah? :')
Semoga kalian masih suka :')
KAMU SEDANG MEMBACA
daydreamin' | produce x 101
Hayran KurguSelamat datang ke dalam sebuah buku yang membuatmu tersenyum dan berhalusinasi bersama semua pria impianmu ©2019 by deeongg