♤ 8,0

2K 386 134
                                    

• Now playing :

Love shot
-EXO.

●●●●



Makan malam berlansung tanpa kehadiran Taehyun dan Seokjin. Walau Jisoo berusaha terlihat biasa, semua orang yakin ia merindukan dua sosok berharga dalam hidupnya itu, namun keduanya justru tidak ada di sana. Paman Nam mengatakan Seokjin tengah mengikuti sebuah rapat penting dan Taehyun sedang mengikuti pelatihan ketat menjelang lomba panahannya.

Saat ini, Haneul baru saja selesai mandi. Setelah mengenakan pakaian rumahannya, ia pun duduk di tepi kasur sembari memijat pelan pundak dan betisnya yang nyeri, sehabis memotong rumput-rumput liar bersama para pelayan lain di taman belakang selama kurang lebih satu setengay jam, kakinya kebas.

Haneul merebahkan dirinya di kasur sambil menatap langit-langit ruangan.

Besok, Haneul berencana menjenguk ibunya di rumah sakit. Ia harap kondisi ibunya membaik. Dua hari yang lalu, Haneul mendapat kabar dari ayahnya bahwa sang ibu masih harus bergantung pada selang oksigen dan masih lemah. Ayahnya juga menyebutkan bahwa Hera tidak ada kabar sama sekali.

Kejadian tadi siang mendadak saja kembali berputar. Haneul menghela napas kasar. Karena seragamnya yang rusak, ia mendapat satu set seragam yang baru lagi.

Bukannya meringankan beban keluarga Kang, Haneul merasa jauh lebih merugikan mereka sekarang ini.

Payah sekali bukan?

Haneul sadar ia selalu merugikan di manapun ia berada.

Tok... Tok....

Haneul menoleh ke arah pintu. Baru saja ia akan beranjak dari kasur untuk melihat siapa yang mengetuk, pintu sudah lebih dulu terbuka dan batang hidung mancung seseorang muncul sedikit.

Haneul sontak terperanjat di posisinya dan buru-buru berdiri tegak.

Kenapa Taehyun ada ke sini? Batin Haneul seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Hm, aku datang ke sini hanya untuk memberikanmu ini," ujar Taehyun masih berdiri di ambang pintu.

Sebuah kotak putih yang lumayan panjang--didepannya terdapat gambar benda pipih yang rasanya familiar sekali--ponsel?

Taehyun mendengus melihat reaksi Haneul yang justru malah bengong. Ia pun menarik telapak tangan gadis itu dan meletakkan kotak tersebut di sana.

"Simpan dan jaga baik-baik. Jangan sampai hilang. Mulai sekarang, dalam kondisi tertentu yang sangat genting atau mendesak. Kau bisa menelepon paman Nam untuk minta bantuan atau--aku, tapi--jangan telepon jika itu tidak penting. Ingat?" Taehyun sengaja menekankan kata 'tidak penting.'

Haneul menatap Taehyun bingung. Ia tidak tahu harus melakukan apa sekarang ini.

"Ya... kau mengerti tidak sih?" Tanya Taehyun mulai ketus lagi.

Haneul menggigit bibir bawahnya dan berbalik hendak mengambil buku notes. Tapi ia dicegah oleh Taehyun.

"Dan mulai sekarang, kau tak perlu repot-repot menuliskan apa yang mau kau katakan lagi. Kau bisa menuliskannya di ponsel," ujar Taehyun seraya mengeluarkan sebuah ponsel dari dalam kotak yang tadi ia berikan pada Haneul.

Ia menekan sebuah tombol dan layar ponsel tersebut menyala. Gambar ladang bunga lavender lantas menyambut indera pengelihatan Haneul.

Taehyun melirik Haneul, "perhatikan baik-baik. Tekan aplikasi bergambar buku merah ini. Di sini, kau bisa menuliskan atau mengetikkan apa yang ingin kau katakan. Jadi kau tak perlu repot menuliskannya lagi di buku notes. Mengerti?"

Dream;TaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang