♤ 29,0

1.7K 296 105
                                        

• Now playing :

If we have each other
-Alec Benjamin

+ × +

Angin menerbangkan helain-helaian poni rambut Beomgyu yang terus memanjang tiap harinya. Lelaki itu menarik napas dalam-dalam kemudian mengembuskannya perlahan, sudut bibirnya lantas tertarik. Malam ini ada begitu banyak bintang bertaburan di atas sana, Beomgyu sangat bahagia.

"Beomgyu."

Beomgyu segera menghapus bulir air mata yang sempat lolos dari pelupuknya dan menoleh.

"Apa kau tidak bisa tidur? Kau kedinginan?" Tanya wanita yang tidak lain adalah ibunda Beomgyu.

Beomgyu lagi-lagi tersenyum tipis, "mungkin."

Ibu Beomgyu, Choi Yuji berjalan menghampiri anak semata wayangnya itu dan memberikan sebuah pelukan erat yang bisa saja menjadi pelukan terakhir mereka.

Wanita itu memejamkan matanya, terdengar suara isakan pelan. Padahal ia sudah susah payah terlihat tegar namun pada akhirnya ia tetap tidak kuasa menahan diri untuk tak menangis.

"Eomma."

Suara Beomgyu terdengar pelan. Tangannya tanpa sadar menggenggam pakaian Yuji dengan cukup kuat, "aku ... aku ... aku ingin berterima kasih atas semua yang telah eomma lakukan sejak aku lahir sampai sekarang. Aku tidak tahu sudah berapa kali aku membuatmu cemas dan juga merepotkanmu."

"Sebenarnya, aku ini selalu ingin sehat seperti orang lain di luar sana ... tapi eomma, bukan salahmu karena aku terlahir seperti ini. Aku sangat senang memilikimu sebagai ibuku dan lagi, aku merasa harus mengatakan ini...,"

"Aku, Choi Beomgyu berjanji akan membalas segala budimu di kehidupan selanjutnya. Semoga di kehidupan selanjutnya kita adalah orang tua dan anak lagi ...."

Kalimat Beomgyu terhenti sampai disitu, ia menggigit bibir bawahnya terlalu keras dan terluka.

Yuji mengusap air mata Beomgyu dan mengecup kening lelaki itu dengan penuh kasih sayang. Ia sangat bangga memiliki Beomgyu sebagai anaknya. Selama bertahun-tahun, lelaki itu telah berjuang melawan segala rasa sakit di sekujur tubuhnya.

"Jangan berkata seolah kau tak akan melihat hari esok. Aku sangat menyayangimu, Beomgyu. Aku bahagia memilikimu sebagai anakku. Satu hal yang perlu kau ketahui adalah aku sangat amat bangga padamu. Kau sangat sabar dan penyayang, kau juga pengertian."

Beomgyu menunduk dan menghapus air mata yang tak henti-hentinya mengalir. Hatinya sangat sakit ketika ia tak sengaja mendengar perkataan dokter bahwa hidupnya akan segera berakhir sebab organnya sudah rusak total.

"Terima kasih banyak ... Eomma. Aku sangat mencintaimu, terima kasih banyak dan jangan lupa--"

"Jangan katakan itu ... seorang ibu tak akan mungkin melupakan anaknya." Yuji menggeleng kuat dan kembali memeluk Beomgyu dengan erat.

Tiba-tiba saja terdengar bunyi denyutan panjang dari monitor pasien yang terletak tak jauh dari kasur. Yuji melirik monitor yang menunjukkan sebuah garis panjang, ia menatap Beomgyu yang berada di pelukannya dengan tatapan nanar. Mata lelaki itu tertutup rapat dan bibirnya melengkung damai.

Yuji buru-buru menekan tombol darurat dan tak lama kemudian dokter serta suster yang berjaga pun tiba. Mereka segera memeriksa Beomgyu namun pada akhirnya sang dokter berhenti melakukan upaya dan menggeleng pelan.

"Pasien Beomgyu telah meninggal dunia."

Yuji tertegun, ia memperhatikan sosok Beomgyu yang terbujur kaku di atas kasur. Ia menggenggam tangan dingin lelaki itu dan mengusap surai rambut hitam legam yang selalu ia sukai itu. Dengan ini, Yuji sudah kehilangan Beomgyu untuk selama-lamanya. Tak ada lagi suara penuh semangat dan senyuman jahil yang selalu menyambut kedatangan Yuji setiap kali ia berkunjung.

Dream;TaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang