♤ 20,0

1.9K 307 28
                                    

• Now playing :

Kina-Can We Kiss Forever

● ○ ●

"Jihoon."

Lelaki berkulit pucat itu tersenyum kecil seraya mendekati Taehyun yang terduduk di lantai sanking kagetnya.

"Apa kabar?" Tanya Jihoon pelan.

Taehyun masih menatap Jihoon tak percaya seolah keberadaan Jihoon sangat tak terduga.

Lelaki berparas tampan itu berucap lirih, "kau kembali."

Jihoon kembali menyunggingkan senyuman, "kau tak berubah sama sekali ya. Masih mudah kaget."

Taehyun beranjak dari posisinya dan berdeham pelan. Ia berusaha mencerna keadaan dan mencari kalimat yang cocok untuk ia ucapkan saat ini.

"Kudengar kau memenangkan lomba panahan beberapa waktu lalu. Kau mulai menekuni bidang tersebut ya." Lagi-lagi Jihoon yang berbincang.

"Iya, aku melakukannya karena ayah memintaku selagi kau belajar di Perancis," jelas Taehyun seolah meluruskan suatu hal, "sekarang kau sudah kembali--"

"Aku tidak akan kembali memanah."

Taehyun terdiam, ia menatap Jihoon tak percaya. Jihoon adalah seorang pemanah yang amat berbakat. Ia sungguh-sungguh berbakat, ia jauh lebih berbakat dari Taehyun. Taehyun ingat saat dulu Jihoon terus berkata bahwa dirinya akan menjadi atlet panahan yang jaya dan terkenal sampai ke luar negeri.

Jihoon sudah menekuni bidang panahan sejak ia masih kecil tanpa dipaksa oleh siapapun. Taehyun tahu Jihoon sungguh mencintai bidangnya. Tapi kenapa sekarang ia ingin berhenti?

"Jihoon jangan menyerah," seru Taehyun seperti memohon.

"Ini keputusanku. Aku sudah tidak melakukan hal apapun yang berbau memanah sejak aku meninggalkan Korea."

Taehyun menunduk, tangannya terkepal kuat. "Semua ini karena aku. Maaf ...," lirihnya.

"Bukan," Jihoon menggeleng, "ini bukan salahmu. Bukan salah siapapun, jadi berhenti menyalahkan dirimu, Taehyun-ah. Yang berlalu biarlah berlalu. Aku sudah melupakannya, aku juga sudah memaafkanmu."

Taehyun tidak menjawab, ia hanya mendengus untuk sesaat.

Angin malam yang berhembus membuat ruang tengah terasa sangat dingin. Keduanya masih diselimuti keheningan, mereka tengah berperang dengan pikiran masing-masing.

"Taehyun, kembalilah dan temui ibumu," pekik Jihoon berusaha mengejar Taehyun yang berlari mendahuluinya.

"Taehyun! Ini semua bisa dibicarakan baik-baik," bujuk Jihoon masih mengejar.

"Berhentilah mengejarku, Jihoon-ah. Aku perlu waktu sendiri," ujar Taehyun.

"Kumohon jangan seperti ini. Kembalilah dan kita bicarakan baik-baik di rumah, ibumu pasti sangat cemas," Jihoon terus berjalan dan ikut menyebrangi jalan.

Namun, bodohnya ia justru melupakan perhatian terhadap sekitarnya dan tidak menyadari bahwa ada sebuah mobil yang melaju kencang ke arahnya. Dalam sekejap, tubuh Jihoon lansung terlempar beberapa meter ke depan sebelum mobil tersebut akhirnya berhenti.

"Astaga," pekik pria paruh baya yang kelihatan amat kaget.

Jihoon sudah tak sadarkan diri, tubuhnya menghantam jalan dengan cukup kuat sehingga kepalanya mulai mengeluarkan darah.

Pria paruh baya tersebut lantas panik dan hendak menginjak gas.

"Tunggu!"

Taehyun berdiri di depan mobil tersebut dengan tubuh yang bergetar hebat, "tolong bawa temanku ke rumah sakit sekarang," pintanya setengah berteriak.

Dream;TaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang