♤ 32

962 139 27
                                    

• Now playing :

20 cm
-TXT

+ × +

Akhirnya Haneul bisa bernapas lega, ia mulai meregangkan otot-ototnya yang terasa begitu pegal seraya melirik jam dinding. Pukul sebelas malam lewat empat puluh menit. Pantas saja kantor begitu sepi dan senyap, tentu para karyawan sudah pulang ke rumah mereka masing-masing.

Yap, Haneul lembur bagai kuda. Ada beberapa hal yang perlu ia selesaikan menjelang peluncuran event baru dalam game yang perusahaannya kembangkan selama dua tahun belakangan.

Sesaat Haneul menyadari fakta bahwa saat ini ia sendirian disana, ia sontak bergidik ngeri. Segera setela membereskan barang-barangnya, Haneul berjalan menuju lift.

Haneul menahan napas, tepat ketika sebuah tangan mendadak muncul di antara cela-cela pintu lift yang hampir menutup. Rasanya jantung Haneul hampir saja melompat keluar.

Sosok pria bersetelan rapi muncul dengan ekspresi yang tidak kalah kaget. Ia menoleh ke arah arloji emas yang melingkari pergelangan tangannya, "Jung Haneul, kau masih disini?" Tanyanya heran, "jam sebelas malam?"

Haneul berusaha untuk menetralkan detak jantungnya dan membungkuk hormat, "selamat malam, Pak. Saya baru menyelesaikan pekerjaan saya."

"Semua orang memang begitu sibuk. Tapi jangan lupa untuk menjaga kesehatan. Kau tak perlu sampai lembur begini di saat seperti ini."

Haneul mengangguk sekali. Setelah itu hening. Haneul hanyut dalam lamunan.

Jaemin berdeham. "Di malam tahun baru ... Bukankah seharusnya kau sedang menghabiskan waktu bersama keluarga atau teman-temanmu? Ya, seperti minum-minum sambil menunggu pergantian tahun ...."

Pria itu menoleh sekilas pada Haneul. Namun pikiran gadis itu tampaknya masih asik berkelana.

Jaemin lagi-lagi berdeham, "jika demikian, bagaimana kalau kita makan bersama—"

Ting!

Pintu lift terbuka, mereka telah tiba di lantai dasar. Kali ini Haneul berhasil disadarkan oleh bunyi nyaring tersebut. Gadis itu menoleh pada Jaemin dan membungkuk hormat sekali lagi sebelum akhirnya melangkah keluar dari lift.

Jaemin menarik napas dalam-dalam, kemudian mengembuskannya perlahan. Sudah ia putuskan, malam ini ia harus menyampaikan perasaannya pada Haneul. Sejujurnya ia sudah sangat sering menunjukkan rasa sukanya pada gadis manis itu, namun entah kenapa Haneul seolah tidaak pernah menyadarinya atau mungkin sengaja menghiraukannya.

"Ha—"

Seseorang berjalan mendekati Haneul. Dilihat dari tingginya, itu merupakan seorang laki-laki. Wajahnya tak terlihat jelas sebab dihalangi oleh masker yang dikenakan.

 Wajahnya tak terlihat jelas sebab dihalangi oleh masker yang dikenakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dream;TaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang