♤ 18,0

1.8K 310 12
                                        

Now playing :

Someone you love
-Lewis Capaldi

● ○ ●

Haneul menghela napas berat untuk yang kesekian kalinya. Ia benar-benar tidak tahu sedang berada dimana. Pencahayaan ruangan remang membuat Haneul sulit melihat sekitarnya. Sudah lebih kurang satu jam ia mendekam di ruangan asing itu tanpa bisa bergerak sedikitpun dari kursi kayu tempatnya terikat.

Haneul sontak terpatung saat mendengar bunyi gagang pintu yang berdecit pelan menandakan seseorang berusaha masuk ke dalam ruangan. Cahaya terang mulai mencuat masuk bersamaan dengan pintu yang perlahan terbuka.

Haneul lantas memicingkan matanya, ternyata si kulit pucat--Jihoon. Lelaki itu berjalan mendekat.

Tiba-tiba saja dagu Haneul tertarik, ia tersentak kaget. Keduanya beradu tatap. Haneul menelan ludahnya susah payah.

Sebenarnya Jihoon tidak tampak menakutkan sama sekali. Ia terlihat seperti seorang remaja laki-laki normal yang manis dan murah senyum, hanya saja auranya dingin, terlebih lagi tatapannya yang mengintimidasi.

Sekarang ini Haneul merasa seperti seorang sandera yang disekap sementara Jihoon lah si penculiknya. Lelaki itu menggerakkan dagu Haneul ke kanan dan kiri seolah-olah sedang meneliti sesuatu tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Kenapa kau ketakutan? Wajahku kan sangat manis," ucap Jihoon setelah sekian lama diam. Haneul merinding, nada suara lelaki itu terdengar seperti pembunuh berdarah dingin.

Jihoon menghela napas pelan, "kau tidak seharusnya terjebak dalam urusan keluarga yang rumit ini."

Kening Haneul berkerut bingung.

"Kau tidak seharusnya kembali ke Seoul ... kau jauh lebih aman di Busan."

Haneul terpaku mendengar ucapan Jihoon.

"Aku tidak ingin ayah menyingkirkanmu. Aku akan biarkan kau pergi dari sini, tapi berjanjilah untuk pergi sejauh mungkin dan jangan pernah kembali. Jangan temui Taehyun untuk sementara waktu. Ini demi kebaikan kalian berdua."

Haneul mengerjap.

Tunggu, ia tidak mengerti maksud Jihoon. Ia harus pergi? Pergi kemana? Sejauh apa? Dan jangan pernah kembali, apa maksudnya?

Jihoon melirik ke arah pintu, ia mulai cemas. Buru-buru ia melepas tali yang sejak tadi mengikat tangan Haneul, "cepat pergi lewat jendela itu," pintanya menunjuk ke arah jendela yang terbuka.

Haneul bingung.

"Pergilah cepat, ayah akan segera kesini," ujarnya menarik Haneul ke arah jendela dan memintanya segera turun.

Haneul menggeleng, bagaimana caranya turun dengan selamat ke bawah sana? Itu sangat tinggi. Bukannya selamat, bisa-bisa ia kehilangan nyawanya.

"Jangan khawatir, lompatlah ke situ," Jihoon menunjuk sebuah matras hitam yang entah untuk apa diletakkan di sana. Tampaknya Jihoon sudah merencanakannya sejak tadi.

Pintu perlahan terbuka dan Haneul sudah tidak berada di sana lagi. Ia sudah melompat ke bawah dan mendarat tepat di martras, sementara Jihoon bersembunyi di dekat lemari.

Alangkah kesalnya Seokjin saat itu juga. Ia mengepalkan tangan dan menelepon seseorang dengan ponselnya. Matanya berkilat marah dengan dagu mengeras. Di sisi lain, Haneul berusaha keluar dari rumah tersebut dan mengendap-ngendap menghindari penjaga.

Dream;TaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang