♤ 1,0

4.6K 516 70
                                    

Now playing :

Eyes, Nose, Lips.
-Taeyang.

-Taeyang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

+ × +

Downpour.

Rintik demi rintik air hujan terus saja turun dari atas sana. Haneul menghela napas kasar, tampaknya awan sangat terluka kali ini sampai-sampai tangisnya tidak kunjung memperlihatkan tanda-tanda akan berhenti meski sudah genap satu jam mengguyur bumi.

"Haneul."

Gadis berambut pendek itu sudah siap untuk berlari menerobos hujan deras, namun langkahnya tertahan oleh panggilan seseorang bernada dingin.

Ia segera berbalik tanpa mengucapkan kata sahutan.

"Ini. Bawa tasku pulang dan katakan pada eomma dan appa aku akan pulang terlambat hari ini," ucap gadis bermata coklat terang di depannya menyodorkan tas ransel dan paper bag putihnya dengan kesal pada Haneul.

Haneul terpaksa menerimanya. Ia menggigit bibir bawahnya pelan seraya meremas jari-jarinya dengan gelisah. Akhir-akhir ini, Hera, saudara perempuannya sering sekali pulang larut malam. Gadis berparas cantik itu akan pulang pukul dua belas malam dan bahkan terkadang Haneul mendapatinya pulang pukul tiga pagi melewati jendela kamarnya yang sengaja tidak ia kunci.

Namun Hera masih saja bersikap tenang seolah-olah tidak ada yang salah dengan hal itu. Bukankah seharusnya Hera merasa bersalah atas segala kecemasan dan kekhawatiran orang tuanya yang menunggu dirinya pulang tanpa kabar yang jelas. Haneul masih mencoba untuk diam kemarin, namun kali ini ia akan bertanya.

Dengan cepat, Haneul menahan tangan saudara perempuannya yang sudah akan melenggang pergi itu. Hera pun lantas menoleh dan menyentak tangan Haneul yang menyentuhnya sembarangan. Ia mengusap-ngusapi tangannya seakan-akan Haneul adalah kotoran yang menjijikkan.

"Apa-apaan sih kau ini!" Pekiknya.

Bibir Haneul bergetar, dengan susah payah ia menahan dirinya untuk tidak menangis diperlakukan seperti orang asing oleh saudaranya sendiri. Hatinya sungguh sangat terluka.

Hera mencebik geram.

Haneul menarik napasnya, kemudian cepat-cepat mengeluarkan buku notes kecil dari dalam tasnya dan menuliskan sesuatu di sana dengan pulpen kelincinya.

Kenapa kau terus pulang larut malam akhir-akhir ini? Apa kau tidak tahu eomma dan appa menunggumu sampai ketiduran? Mereka sangat mengkhawatirkanmu.

Itulah yang Haneul tuliskan di salah satu lembaran kosong buku notes-nya.

Hera membacanya, lalu memutar bola mata malas. Lagi-lagi ia mencebik, "kalau begitu, bilang pada mereka untuk tidak khawatir. Mereka selalu saja berlebihan, aku ini kan sudah dewasa. Dan jika mereka ingin mengekangku, maka suruh saja mereka melupakan bahwa aku pernah jadi anak mereka."

Dream;TaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang