• Now playing :
If we have each other
-Alec Benjamin.● ○ ●
Taehyun melangkahkan kakinya menuju suatu tempat. Saat mendekati ruangan ia tuju, samar-samar Taehyun mendengar suara makian seseorang dari balik pintu besi tersebut, langkahnya sontak tertahan.
Ditariknya napas dalam-dalam kemudian mengembuskannya perlahan seolah tak lama lagi ia akan menghadapi masalah besar. Tak lama setelahnya, ia pun segera masuk ke dalam ruangan tersebut.
Manik hitam legam milik seseorang menyambut kedatangan Taehyun dengan mimik tak bersahabat, "kau sungguh lambat."
"Maaf. Tadi ada perbaikan di jalan sehingga arus kendaraan menjadi sedikit terhambat," jawab Taehyun pelan.
"Ya, kau kan selalu saja punya alasan untuk menghindar," lirih Seokjin sembari melirik seseorang berpakaian serba hitam di dekatnya dan seolah memberi sebuah isyarat.
Lantas saja seseorang berpakaian serba hitam itu menahan kedua tangan Taehyun dan menyeretnya ke suatu tempat. Tapi anehnya, Taehyun tak memberontak sedikitpun dan hanya menghela napas pasrah. Tangannya ditahan pada sebuah palang hingga punggungnya lansung menempel dengan dinding.
Seokjin membuka laci sebuah meja dan mengeluarkan sebuah cambuk. Tatapannya tertuju pada sosok yang sangat ia benci itu. Bocah laki-laki lemah yang menghancurkan kebahagiannya, orang yang menjadi dinding pembatas antara dirinya dan orang yang begitu ia cintai, orang yang menghancurkan segala harapan dan mimpinya untuk hidup bahagia bersama orang yang ia cintai.
Dengan kuat, ia melesatkan sebuah cambukan di bahu Taehyun membuat lelaki itu memejamkan matanya kuat-kuat. Bibirnya bergetar menahan perih yang menjalar kemana-mana. Tak lama, untuk kedua kalinya Seokjin melesatkan cambukannya, kali ini di bagian lengan kanan atas Taehyun dan membuat garis kebiru-biruan di sana.
"Kau sudah tidak berkepentingan lagi disini, pergilah." Seseorang berpakaian serba hitam itupun lansung membungkuk dan segera meninggalkan Seokjin.
Kondisi Taehyun cukup mengenaskan, tubuhnya dipenuhi luka dan lebam dimana-mana. Bibirnya terkatup rapat, ia masih enggan berkutik.
Jika ditanya apakah ia menangis, jawabannya adalah tidak. Air matanya sudah habis, mungkin.
"Jangan pernah membantah perintahku jika kau tidak ingin hukuman lagi. Sekarang, tulislah surat permohonan maafmu 20 lembar dan sampaikan padaku malam ini juga," pinta Seokjin melempar cambuknya sembarang dan melepaskan tali yang mengikat pergelangan tangan Taehyun, kemudian melenggang pergi begitu saja.
Taehyun terdiam, matanya memerah dengan rahang mengeras. Tanpa sadar ia mengepalkan tangan dan melontarkan sebuah tinjuan di dinding dan alhasil membuat tangannya mengeluarkan banyak darah.
● ○ ●
Sambil menahan rasa sakit di tangannya, Taehyun berusaha keras agar tetap menulis surat permohonan maafnya yang ke delapan. Ya, masih ada dua belas surat lagi yang perlu ia tulis. Sungguh sebuah penyiksaan.
Taehyun rasanya hampir mati, sekujur tubuhnya sakit semua.
"Aku yakin kau berselingkuh dengan Nayeon. Kau sungguh bajingan, Seokjin!"
"Perlu kubilang berapa kali, aku tidak berselingkuh dengan siapapun!"
"Aku ingin kita bercerai!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Dream;Taehyun
Fiksi PenggemarBACA DULU, NANTI JATUH CINTA "Bagaimana jika kubilang aku mencintaimu? Apa itu terdengar aneh?" ---- Yuk, dibaca yaa!