---
Jatuh Cinta padanya? Kenapa bisa?
-Rayhan Martianto-
---
Tante, Isyan ada?"
Fani mengangguk pelan, "Iya Ray.. Dia kenapa ya kok pulang-pulang nangis? Kok jam segini kalian udah pulang?"
"Isyan kayaknya tadi di gangguin orang gila deh tan pas jalan pulang, Iya kita udah pulang, semua guru katanya ada rapat mendadak." Jelas Rayhan berbohong agar Fani tidak Khawatir dengan anak sematawayangnya itu.
"Oh yaudah kalo gitu, masuk Ray.. Isyan dikamar."
Rayhan mengangguk dan melangkahkan kakinya untuk memasuki rumah Isyana, "Makasih tante."
Didepan pintu kamar Isyana Rayhan sekarang berdiri, tangannya terangkat untuk kengetuk pintu kamar Isyana.
"Isyan..."
Namun tak ada jawaban dari balik pintu.
"Syan?"
Lagi-lagi tidak ada jawaban.
Tangan Rayhan beralih memegang hendle pintu kamar Isyana, dan ternyata tidak dikunci. "Syan, gue masuk ya."
Saat Rayhan masuk kamar Isyana, Pemandangan yang pertama ia lihat adalah Isyana yang sedang duduk di karpet di depan kasurnya. Ia menutupi tubuhnya dengan selimut.
Rayhan berjalan berlahan ke arah Isyana, dan Rayhan dapat mendengar suara Isakan tangis dari gadis itu.
Saat jarak Rayhan kurang dari satu tigapuluh senti dari Isyana, Rayhan menjongkokan dirinya. "Syan?"
Yang terdengar di telinga Rayhan hanyalah Isakan tangis, bukan jawaban dari mulut Isyana.
Rayhan menarik selimut itu dari atas kepala Isyana, Namun selimut itu ditahan oleh Isyana. "ja.. Jangan!" Pinta Isyana dengan intonasi yang tidak jelas krena nafasnya terpenggal-penggal oleh isakan tangis.
"Syan.. Jangan gini.. Please buka ga selimutnya?"
Isyana menggeleng di dalam selimut yang dapat dilihat oleh Rayhan saat selimut itu ikut bergarak mengikuti kepala Isyana.
"Lo gak mau cerita sama gue?"
Lagi-lagi Isyana menggeleng.
"Yakin?"
Kali ini Isyana mengangguk.
"Yaudah.. Gue pergi aja, deh kalo gitu.."
Isyana menggeleng dengan cepat, "jangan..."
"tapi buka ya selimutnya?"
Isyana terdiam, dan tak lama menganggukan kepalanya.
Rayhan berlahan menyingkirkan selimut itu dari wajah Isyana. Di balik selimut itu Rayhan menemukan Isyana yang amat berantakan, matanya sembab, rambutnya acak-acakan, dan mascaranya luntur membuat matanya hitam.
Rayhan yang melihatnya langsung mengambil tissue di meja belajar Isyana, dan memberikannya ke Isyana. Namun nampaknya Isyana lebih memilih mengelap air matanya dengan punggung tangannya daripada tissue, akhirnya Rayhan memgambil tissue dan mengelap air mata Isyana pelan.
Melihat perlakuan Rayhan kepadanya, Isyana semakin tidak bisa menahann tangisannya, ia langsung memeluk Rayhan kencang.
Deg.
Seketika Rayhan membeku dan mematung, jantungnya bedegub kencang. Matanya menyorot kebawah, melihat Isyana menangis di atas dadanya dan memeluknya erat.
Tangan Rayhan bergerak kaku, mengelus punggung Isyana pelan.
"Syan.. Udah ya nangisnya?"
Isyana masih fokus dengan tangisannya.
"Syan."
Isyana menggeleng kecil, "Air matanya ga bisa berhenti turun Ray...."
Rayhan tertawa mendengar jawaban dari Isyana.
Isyana mengangkat wajahnya sedikit untuk menatap Rayhan, "kok ketawa si!"
Rayhan tak menjawab, ia tetap asik tertawa.
Isyana yang kesal terus di tertawakan Rayhan melepas pelukannya dan mencubit pinggang Rayhan.
"Sakiiittt!"
Isyana menyilangkan kedua tangannya di dada, "makanya berhenti ketawa!"
Rayhan menhelus pinggangnya yang perih karena Isyana, "Lagian lo lucu banget sih."
Isyana menatap Rayhan bingung "HAH?! Apa lo bilang?"
Rayhan menggeleng cepat menyadari kalau dirinya sudah salah bicara, "nggak, gue ga ngomong apa-apa!"
Isyana tersenyum usil, sambil menatap Rayhan. "Gue denger kok, gue emang lucu"
"dih. Amit-amit."
Isyana mendekatkan wajahnya ke Rayhan, hingga hangat nafas Isyana bisa Rayhan rasakan.
Jantung Rayhan sudah tak karuan, Isyana terlihat sangat cantik dari jarak sedekat ini walau dengan mukanya yang sembab.
Isyana mulai berbisik, "masa gue ga lucu? Coba perhatiin muka gue baik-baik."
Sungguh, Isyana sebenarnya sudah gila ya?! Rayhan sudah benar-benar tidak bisa menahan detak jantungnya. Kedua tangannya bergerak menyentuh bahu Isyana, dan mendorongnya berlahan agar menjaga jarak dengannya.
Isyana lagi-lagi tersenyum usil," Cie.. Deg degan ya?"
Rayhan hanya terdiam, ia sedang mengatur detak jantungnya agar setabil seperti semula.
"Nggak! Muka lo sembab, mata item, dimana lucunya?!"
Isyana yang mendengar kata-kata Rayhan langsung berlari mencari kaca, dan saat sudah menemukan dirinya di depan kaca Isyana berteriak, "JELEK BANGETT GUEE!"
"nggak.. Lo tetep cantik." Batin Rayhan.
Namun kata-kata yang dikeluarkan Rayhan berbeda dengan kata-kata yang ia pikirkan. "Ya emang jelekk!!"
Lagi-lagi Isyana mencubit pinggang Rayhan.
"AW-AW-AW LO KENAPA SIH HOBI BANGET NYUBIT! BIRU-BIRU INU PINGGANG GUE!" Keluh Rayhan.
"Abis lo nyebelin!!"
Rayhan tertawa. "Lah kan emang bener.." Seketika Rayhan tersenyum, karena baru menyadari bahwa Isyana sudah tidak menangis lagi. "nah jangan nangis lagi ya."
Isyanapun juga baru menyadari, Ia sudah berhenti menangis. Air matanya sudah mau berhenti mengalir.
Isyana tersenyum lebar, "Makasih ya Ray.. Gara-gara lo, gue jadi bisa berhentiin air mata gue."
Rayhan tertawa dan mencubit pipi Isyana singkat, "Sama-Sama"
"Tapi beneran lo tadi ga deg-degan ya sedeket itu sama gue?"
Rayhan kembali kaku saat ditanya seperti itu, "Nggak..." Jawab Rayhan dengan kaku.
"bagus deh.. Berarti lo ga suka sama gue."
Rayhan terdiam, "emang kalau deg-degan berarti suka ya?"
Isyana mengangguk pelan, "Seharusnya gitu..."
"Masa Iya gue suka suka sama Isyan? Kok bisa?"
"Emm.. Syan.." Rayhan mulai berusaha untuk mengalihkan topik pembicaraan.
"Kenapa Ray?"
"Mau ikut gue ntar malem ke bukit?"
Isyana tersenyum lebar dan menjawab dengan semangat, "MAUUUU!!!"
"nampaknya memang gue jatuh cinta dengan dia , karena senyumannya adalah senyuman yang paling indah yang pernah gue temui."

KAMU SEDANG MEMBACA
NEVER LET GO
Ficção AdolescenteRayhan dan Isyana yang bersahabat dari Sekolah Dasar sampai menginjak Sekolah Menengah Atas. Awalnya mereka saling menyayangi sebagai teman, Namun takdir berkata lain. Isyana selalu ada di hati Rayhan, dan begitu sebaliknya. Akankah mereka bisa sela...