---
Selama apapun lo pergi, gue bakal nunggu lo kembali Ray, dan saat lo kembali, jangan harap lo bisa pergi lagi dari gue.
-Isyana Sarasvati Wardhana-
----
"Assalamu’alaikum Bi Neneng..."
Namun tak ada jawaban dari dalam rumah Rayhan.
Isyana menatap langit yang masih gelap, ia mengeluarkan handphonenya dari sakunya, di handphonenya menunjukan waktu pukul 4 pagi.
Pantas saja Bi Neneng tidak menjawab salamnya, karena mungkin Bi Neneng masih terlelap dalam tidurnya.
Hari ini tepat seminggu Rayhan menghilang, tak memberi kabar ia sama sekali, dan malam ini adalah malam ke-7 Rayhan datang ke mimpinya. Selama Seminggu Rayhan menghilang, Seminggu pula Rayhan ada di mimpinya.
Isyana sangat amat merindukan pria itu, sahabat sekaligus kekasihnya.
Isyana memutuskan kembali ke rumahnya, ia naik ke kamarnya, dan memilih duduk diluar balkonnya.
Udara pagi amat sangat menusuk hingga tulang Isyana, namun ia tak merasakan dingin itu, padahal ia hanya memakai lengan pendek. Mungkin karena rasa rindunya terhadap Rayhan lebih besar daripada rasa dingin ini.
Isyana mentap ke depan, Isyana menemukan pemandangan yang sama, Balkon kamar Rayhan gelap. Tak ada cahaya yang menerangi kamar itu dari seminggu yang lalu.
Isyana tersemyum memandang kamar itu, ingatannya terputar kembali saat Rayhan sedang duduk disebrang sana sambil memainkan gitarnya dan tersenyum ke arahnya,senyuman yang amat sangat ia rindukan.
Isyana memenjamkan matanya, ia ingin fokus menikmati kenangan itu.
Tittt! Titt!
Isyana membuka matanya saat mendengar suara itu, saat ia membuka matanya ia dapat merasakan sinar matahari yang langsung menusuk ke matanya, Isyana tertidur saat memejamkan matanya tadi.
Ia menengok ke bawah balkonnya, terdapat mobil berwarna hitam yang hendak memasuki pagar rumah Rayhan.
Sontak Isyana langsung berlari untuk menuju kesana.
Tak membutuhkan waktu sampai 5 Menit Isyana sudah sampai di depan pagar rumah Rayhan, Isyana mematung beberap dan tersenyum saat melihat seseorang keluar dari mobil hitam itu, orang yang amat sangat ia rindukan.
"RAYYY!"
Rayhan yang mendengar namanya dipanggil langsung menengok ke arah sumber suara, saat belum sempat menengok, Rayhan sudah merasakan pelukan yang tiba-tiba datang dari seorang gadis, dan ia Isyana.
Rayhan tersenyum melihat Isyana, sejujurnya ia amat sangat merindukan gadis mungilnya itu.
Isyana menangis di dalam pelukan Rayhan, Rayhan membalas pelukan itu dengan erat sambil mengelus rambut Isyana berlahan, "Hai.. Apa kabar, Sayang?"
Isyana menghiraukan pertanyaan Rayhan dan tetap terfokus dengan tangisannya.
Rayhan mendorong Isyana pelan dari pelukannya agar Isyana berhenti memeluknya, Rayhan tersenyum melihat mata Isyana yang basah, tangan Rayhan terangkat untuk mengusap air mata itu, dan tangan Rayhan beralih ke arah pipi Isyana, pipi lembut itu yang sudah lama tak ia sentuh, tangan itu bergerak untuk mengelus pipi Isyana, "Jangan nangis dong... Jelek, amit amit dih!"
Isyana menggerakan tangannya ke arah pinggang Rayhan, dan mencubitnya, cubitan yang pelan, tak seperti biasanya, karena Isyana tidak mau menambah rasa sakit yang Rayhan sedang rasakan saat ini, "LO BARU PULANG UDAH NYEBELIN YA?!"
Rayhan tertawa kecil melihat tingkah Isyana, tangan Rayhan bergerak untuk mengelus puncak kepala Isyana gemas.
"Lo kemana aja?"
Seketika senyuman Rayhan hilang saat Isyana bertanya tentang itu kepadanya, "Eh kamu belom mandi ya Syan?"
"Jangan alaihin pertanyaan gue, lo kemana?"
Rayhan menarik nafasnya dalam dan tersenyum kaku ke arah Isyana, tangan Rayhan bergerak untuk menggandeng tangan Isyana. "Ikut aku yuk ke taman komplek?"
Isyana mengangguk pelan, mengikuti kemana Rayhan menarik tangannya.
Tampa mereka sadari, Herman memperhatikan mereka sedari tadi, Herman tersenyum dengan raut wajah yang sedih, "Semoga Isyana bisa membahagiakan Rayhan di sisa-sisa hidupnya." Batin Herman.
Tak membutuhkan waktu lama akhirnya mereka sampai ke taman Kompleks, Rayhan mengajak Isyana untuk duduk di ayunan, dan Rayhan duduk di Ayunan yang berada disamping Ayunan Isyana,
"Gimana kabar kamu selama aku tinggal Syan? Nggak nakal kan kamu?"
Isyana menatap Rayhan tajam tanpa menjawab pertanyaan Rayhan, "Jawab pertanyaan gue tadi."
Rayhan lagi-lagi menarik nafasnya kasar, ia tersenyum ke arah Isyana, senyuman yang amat sangat kaku, "Kerumah sakit.."
"Ngapain? Lo kenapa?!"
Rayhan tertawa kecil, "aku gapapa, syan.."
"Jangan bohongin gue Ray! Lo ngapain kerumah sakit?!"
Rayhan menundukkan kepalanya, menatap ke arah rumput hijau, "apa gue harus cerita?"
"kalo lo anggap gue pacar lo, tolong kasih tau gue, Ray"
Rayhan mengangguk pelan, ia mengangkat kepalanya untuk menatap Isyana yang sedaritadi menatapnya, "aku.. Dirawat Syan."
Isyana gemetar mendengar jawaban Rayhan, "Lo.. Lo sakit apa?"
Rayhan terdiam, mata mereka sekarang hanya saling menatap, Isyana dapat melihat kesedihan dimata Rayhan, dan Rayhan dapat melihat pula kesedihan dimata Isyana.
Namun tak lama Rayhan tersenyum kepada Isyana, "Aku sakit jantung."
Hati Isyana terasa dibanting mendengar jawaban Rayhan, Sontak air matanya langsung membasahi pipi Isyana, Isyana menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya.
Rayhan yang melihat kekasihnya menangis langsung menghampirinya, Rayhan berjongkok di depan Isyana, "Syan.. Jangan nangis... Aku nggak papa kok serius."
"BERHENTI NGOMONG KALO LO NGGAK KENAPA-KENAPA!"
Rayhan menarik tangan Isyana yang Isyana gunakan untuk menutup wajahnya, "Hei.. Jangan nangis.."
"Gimana gue nggak nangis, gue gak mau lo kenapa-kenapa Ray..."
Rayhan tersenyum melihat Isyana yang amat mengkhawatirkannya, "Janji, aku bakal sembuh kok Syan setelah ntar aku pulang dari Jerman."
Seketika Isyana menghentikan tangisannya, "Jerman?"
Rayhan mengangguk, "Iya.. 2 Minggu lagi aku ke Jerman, buat jalanin pengobatan, aku bakal sembuh Syan."
Isyana mengusap air mata yang masih tersksa di wajahnya menggunakan punggung tangannya, "Sampe kapan lo di Jerman?"
"Sampai sembuh."
Isyana terdiam, ia harus merasakan hubungan jarak jauh dengan Rayhan dengan keadaan Rayhan yang sedang sakit parah?! Apakah dia mampu.
"Aku janji aku sembuhnya cepet, biar cepet pulang buat ketemu kamu, Sayang."
Isyana tersenyum kecil mendengar jawaban Rayhan yang amat menggemaskan, Isyana menggerakkan kedua tangannya ke arah pipi Rayhan dan tangannya menangkup Pipi Rayhan, "Selama apapun lo pergi, gue bakal nunggu lo kembali Ray, dan saat lo kembali, jangan harap lo bisa pergi lagi dari gue."
Rayhan tertawa mendengar ucapan Isyana, tangan Rayhan meraik sebelah tangan Isyana yang berada di Pipinya dan Rayhan mengecup tangan itu, "Love you, Syan."
"I love you more, More than my self, Ray."
KAMU SEDANG MEMBACA
NEVER LET GO
Fiksi RemajaRayhan dan Isyana yang bersahabat dari Sekolah Dasar sampai menginjak Sekolah Menengah Atas. Awalnya mereka saling menyayangi sebagai teman, Namun takdir berkata lain. Isyana selalu ada di hati Rayhan, dan begitu sebaliknya. Akankah mereka bisa sela...