---
Kenapa perasaan itu untuknya? Bukan untukku?
-Rayhan Marianto-
---
"Sampeeeee"
Rayhan memberhentikan motornya di sebuah area yang Isyana tidak pernah datangi. Isyana turun berlahan dari motor Rayhan, matanya berkeliling melihat keramaian yang ada disini.
"ada pasar malam di bukit?" Tanya Isyana polos melihat sekelilingnya banyak yang berjualan, mulai berjalan Baju, makanan, lampu dan masih banyak lagi.
"Mau liat-liat?"
Isyana mengangguk dengan antusias.
Saat mereka berjalan, Isyana memberhentikan langkahnya saat melihat sebuah bola kecil yang bisa menyala dengan lampu-lampu didalamnya. Terlihat lucu dan unik menurutnya.
"berapa bu?" Tanya Isyana kepada Ibu-ibu yang menjual bola lampu tersebut.
"ceban neng"
Isyana segera menengok ke arah Rayhan yang berada disampingnya, "ceban?"
Rayhan tertawa singkat melihat tatapan kebingungan Isyana, ia segera mengeluarkan uangnya dari dompet dan memberinya ke sang ibu penjual.
"oh ceban itu sepuluh ribu" Batin Isyana sambil mengangguk-menagngguk pelan tanpa ia sadari.
"Makasih mas, neng"
Isyana dan Rayhan tersenyum kepada ibu sang penjual.
"Yah kok bolanya mati?" Tanya Isyana kebingungan.
"Itu bolanya di--"
Omongan sang Ibu penjual terhenti saat melihat Rayhan mengambil bola itu dari tangan Isyana dan menjatuhkan bola itu.
bola itu memantul dan kembali mengeluarkan lampu warna-warninya karena terbentur.
Isyana mengangguk paham, "oh gitu cara mainnya..."
Sang Ibu penjual terkekeh kecil melihat kepolosan Isyana, "Duh neng.. Kaga pernah main bola gituan ya pas kecil?"
Isyana menggeleng pelan dan tekekeh kaku.
"dia pas kecil mainannya semen sama batako bu, jadi mana ngerti."
Isyana menyubit pinggang Rayhan, "emang gue kuli?!"
Rayhan dan ibu penjual tertawa karena melihat wajah Isyana yang kesal.
"yang langgeng ya neng, mas. Semoga sampe pelaminan..." Ucap Ibu penjual sambil tersenyum manis dan penuh harap.
Isyana menggeleng cepat, "tapi bu kita ga pa---"
"ini berapa yaa bu?"
Ucapan Isyana terpotong saat ada pembeli lain yang datang ke stand Ibu penjual.
"Kita duluan ya bu.." Pamit Rayhan sambil menarik tangan Isyana untuk kembali berjalan.
"iya hati-hati neng, Mas."
Perjalanan mereka terhenti lagi saat Rayhan melihat-lihat Kembang Api.
"mau beli kembang api?"
Rayhan mengangguk sambil tetap memilih kembang api yang akan ia beli.
"ngapain beli kembang Api?" Tanya Isyana dengan penuh penasaran dan ikut melihat - lihat kembang api setelah ia sedaritadi hanya berdiri dibelakang Rayhan.
"buat dipasang dibukit nanti, pasti indah." Jelas Rayhan sambil tersenyum ke arah Isyana.
Dan Isyana mengangguk sebagai jawaban.
Setelah selesai membeli, Rayhan menarik tangan Isyana lagi dan mereka melanjutkan perjalanan mereka.
Sekitar lima belas menit berjalan, mereka sampai di Bukit paling tinggi.
"Liat deh Syan!" Rayhan menunjuk ke arah depan sambil tersenyum lebar.
Sedangkan Isyana memgangi kedua lututnya sambil mengatur nafasnya, "bentar... Gue capek."
Rayhan tertawa melihat Isyana yang ngos-ngosan, Rayhan memberikan sebotol air mineral yang mereka beli dibawah tadi ke Isyana.
"makanya olahraga, biar ga gampamg capek"
"enak aja! Gue olahraga yaa!"
"apa?"
"main PS!"
Seketika Rayhan tertawa kencang, "Main PS? Apa olahraganya?!"
Isyana mengangkat tangannya, "liat nih, jari-jari gue pada sixpack"
Rayhan menarik nafasnya dalam, "bodo amat"
Saat ia rasanya ia hilang dari kehausan Isyana mendekat ke arah Rayhan, ia melihat ke arah depan.
Mata Isyana tak bisa berkedip, bola matanya memancarkan cahaya cahaya dari depan, cahaya cahaya yang berasal dari rumah-rumah yang dari atas terlihat sangat indah.
Rayhan melihat Isyana yang tak berkedip dan terlihat takjub itu melengkungkan bibirnya ke atas.
"dia secantik itu ya..." batin Rayhan melihat Isyana yang masih takjub dengan apa yang ia lihat.
"Syan.. Nyalain kembang api yuk?"
Isyana mengangguk dengan antusias.
Rayhan menyuruh Isyana memegang kembang apinya, dan Rayhan berusaha menghidupkan menggunakan korek. Dan tak lama kemudian kembang api menyala.
"Ray! Ray! Gue takuttt!!" Ucap Isyana sambil menutup sebelah telinganya dengan tangan kiri dan memejamkan keduatangannya, sedangkan tangan kanannya masih memegang kembang api dengan sedikit gemetar.
Rayhanpun memegang tangan kanan Isyana, untuk membantu memegangi petasannya.
Tstttt.. Duarr
Isyana mencoba membuka matanya berlahan, ia melihat kembang apinya sangat indah di atas langit dan senyuman Isyana mengembang melihatnya.
Rayhan yang melihat Isyana tersenyum ikut tersenyum.
Beberapa kembang api sudah dinyalakan, Isyana duduk di atas rerumputan yang disusul oleh Rayhan.
"Makasih ya Ray..." Ucap Isyana sambik tersenyum ke arah Rayhan.
Rayhan tersenyum balik dan mengangguk,
"Gue seneng liat lo senyum kayak gini syan... Seneng banget." Batin Rayhan.
"Gue mau cerita sesuatu Ray, tentang perasaan gue."
Deg.
Jantung Rayhan seketika berdegub kencang.
"gue... Hmm.." Isyana nampak ragu untuk melanjutkan kata-katanya.
"Ke.. Kenapa syan?"
"Gue kayaknya suka sama Nino deh."
Rayhan mendengarnya tersenyum simpul, dia merasa udara di sekitarnya habis. Hatinya terasa sakit. Ia menundukan kepalanya menatap rerumputan.
"Tapi.. Gue takut untuk suka sama dia"
Tak ada respon dari Rayhan.
Isyanapun menengok ke arah Rayhan dan melihat Rayhan yang menundukan kepalanya.
"Ray?"
Tak ada jawaban dari Rayhan, "Ray lo kenapa?" Isyana menggeserkan badannya untuk makin mendekati Rayhan.
Rayhan mengangkat kepalanya, "Gakpapa Syan, cuma sedikit pusing aja." Jawab Rayhan dengan senyum kecilnya.
"Mata lo merah.. Yaudah yuk pulang aja." Pinta Isyana yang di jawab anggukan kecil oleh Rayhan.
"Di balik ceritamu, ada jiwa yang tersakiti, Syan."

KAMU SEDANG MEMBACA
NEVER LET GO
Ficção AdolescenteRayhan dan Isyana yang bersahabat dari Sekolah Dasar sampai menginjak Sekolah Menengah Atas. Awalnya mereka saling menyayangi sebagai teman, Namun takdir berkata lain. Isyana selalu ada di hati Rayhan, dan begitu sebaliknya. Akankah mereka bisa sela...