BAGIAN KESEPULUH.

173 14 12
                                    

---

Maaf...

-Isyana Sarasvati Wardhana-

---

"TERIMA! TERIMA! TERIMA!"

Tangan Isyana gemetar, ia mengigit bibir bawahnya dengan kencang. Kakinya sudah sangat lemas saat ini.

Rayhan menundukkan langkahnya, tangannya memegangi dadanya yang terasa amat perih saat itu, ia teringkat kata kata Isyana saat di bukit kemarin," "Isyan pasti nerima Nino."

Tak terasa setetes air mata turun dari mata Rayhan, Rayhan segera melangkahkan kakinya keluar kelas, meninggalkan kelas yang sedang ramai menyorakan kata 'Terima'

Sedangkan Isyana masih gemetar, Mulutnya mulai terbuka,

"A...Aku..."

Isyana memejamkan matanya, seketika bayangan ia mendapat teror teror itu kembali memasuki ingatannya. Isyana segera kembali membuka matanya. Setetes air mata juga turun dari mata Isyana, Isyana menggigit bibir bawahnya lagi.

"Maaf No... Aku nggak bisa."

Seketika senyum Nino luntur, Dan kelas menjadi hening.

"Ke..kenapa?"

Isyana hanya menggeleng kecil dengan air mata yang terus mengalir, "Maaf.."

"Kamu nggak suka sama aku?"

Lagi-lagi Isyana menggeleng, "gue suka banget sama lo.. No.."

"Terus kenapa?"

Isyana diam tak menjawab, ia lebih memilih berlari untuk meninggalkan kelas.

Isyana berlari ke arah kamar mandi, Ia duduk diatas closet kamar mandi.

Isyana tak bisa lagi menahan tangisannya.

"Maafin aku No.. Maafin aku..."

Berkali-kali Isyana meminta Maaf.

"Syannnn!!!!!"

Suara gedoran pintu terdengar dari luar bersamaan dengan suara Audrey yang memanggilnya.

"Keluar Yuk..."

Isyana diam, mulutnya terasa kaku tak bisa menjawab Audrey.

"Syan please buka! Jangan buat kita panik syan!"

Isyana menggeleng kepalanya cepat. Ingatano teror itu kembali memasuki kepalanya, kepalanya benar-benar terasa ingin pecah.

"Syan.. Pleaseeeee keluar!!!"

Isyana tetap tak menjawab.

Audrey berjalan keluar menemui Gamal, Dikta, Reza, dan Vidi  yang menunggu sedaritadi didepan kamar mandi, mengkhawatirkan keadaan Isyana. "Cariin Ray dong!!"

"Buat apa?" Tanya Gamal.

"Siapa tau kalau ada Rayhan, Isyan mau keluar. Soalnya kan Isyan deket banget sama Rayhan." Jelas Audrey.

Gamal dan lainnya mengangguk, "Yuk!" Ajak Gamal sambil menarik Reza bersamanya.

Langkah Gamal dan Reza terhenti tak jauh dari kursi taman sekolah. Mereka melihat Rayhan yang sedang terduduk dan menunduk kebawah.

"Ray?" Sapa Gamal.

Rayhan mengangkat kepalanya menatap Reza dan Gamal, "Hei.. Kenapa?"

"Lo gakpapa Ray?" tanya Reza sambil memegang pundak kanan Rayhan.

"Gakpapa.. Cuma sedikit pusing." Jawab Rayhan dengan senyum kecilnya. "Kalian kok disini? Pasti lagi pada pesta kan dikelas? Isyan nerima Nino..."

Gamal dan Reza menggeleng kompak, "Nggak... Ray."

Rayhan menatap keduanya bingung, "Nggak apa?"

"Isyan ga nerima Nino.." Jelas Reza dengan ekspresi sedihnya.

"Hah?" Rayhan cukup terkejut dengan jawaban Reza dan Gamal.

"Sekarang Isyan lagi dikamar mandi ga berhenti nangis.. Kita minta lo sam--"

Belum selesai Gamal menjelaskan namun Rayhan sudah berlari kencang meninggalkan Reza dan Gamal.

Sampai di depan toilet kamar mandi, Rayhan langsung masuk dan menghampiri Audrey yang sedaritadi menggedor pintu Isyana.

" AAAAAAAAAA!!!! "

Teriak siswi-siswi yang berada di kamar mandi ketika melihat Rayhan masuk,

"TOLONG PADA KELUAR DULU DONG!! LAGI ADA EKSEKUSI NIHH!!" Teriak Vidi dari luar.

Audreypun mendorong pelan beberapa siswi perempuan untuk keluar darikamar mandi "Sorry nih.. Bentar doang."

"ngerepotin aja si tuh drama queen!" Ucap salah satu siswi yang sudah ada diluar kamar mandi.

"Maksud lo?!" Tanya Audrey Sinis.

"Temen lo, si caper. Nyusahin. Sok paling catik banget pake nolak Nino."

Mata Audrey melotot, "SINI MULUT LU GUE STREPLES! Ga bisa jaga omongan banget si lo!"

Siswi itu memilih meninggalkan Audrey karena melihat Audrey yang berapi-api, ia takut tiba-tiba Audrey akan menonjoknya karena omongannya.

"SYAN???" Panggil Rayhan.

Isyana tidak menjawab.

"Gue harus dobrak nih!"

Rayhan memundurkan langkahnya. "Syan minggir yaaa!! Gue mau dobrak!!"

Saat Rayhan bersiap untuk maju, mendobrak pintu, Pintu itu malah terbuka. Isyana keluar dengan mata sembabnya dan air mata yang terus mengalir, mengingatkan Rayhan akan kejadian beberapa hari lalu.

Rayhan langsung membawa Isyana dalam pelukannya, dan Isyana menangis di pelukan Rayhan.

"Syan kita pulang aja ya?"

Isyana mengangguk dalam pelukan Rayhan. Dan Rayhan tersenyum kecil kemudian, "Makasih Syan udah buat gue lega.. Walaupun itu buat lo nangis. Tapi di lain hari gue akan ganti kesedihan lo dengan senyuman yang paling indah yang lo miliki, gue janji."

NEVER LET GOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang