BAGIAN KE-DELAPAN BELAS.

153 12 9
                                    

---

Gue tau, lo ga baik-baik aja.

-Isyana Sarasvati Wardhana-

---

"ISYAN BANGUN SUDAH JAM 6! KAMU TELAT NANTI, NAK!"

Suara teriakan Fani mampu membuat mata Isyana terbuka sempurna, ia langsung berlari menjuku kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Hanya membutuhkan waktu 15 menit untuk Isyana siap berangkat kesekolah, ia langsung memakan rotinya yang telah Fani siapkan untuknya. Tidak membutuhkan waktu lama, Roti itu telah habis Isyana lahap.

Isyana membuka pintu rumahnya, "Mi, Isyan berangkat ya!"

Fani mengangguk dan tersenyum kearah Anaknya yang sudah keluar dari rumah, "Iya hati-hati ya."

Saat Isyana keluar dari rumahnya, ia harus kecewa karena Rayhan tidak ada di luar rumah seperti biasa karena menunggunya.

Perasaan Isyana mulai tak enak, dengan ragu ia melangkahkan kakinya menuju rumah Rayhan.

Isyana memencet bell rumah Rayhan dengan perasaannya yang tak tenang, "Assalamu’alaikum"

Tak lama kemudia bi Neneng keluar dari rumah, "Neng Isyan..."

Isyana makin merasakan hati yang tak tenang ketika bi Neneng menghampirinya dengan wajah yang resah.

"Bi... Tolong bilang Rayhan baik-baik aja.."

Bi Neneng menggerakan tangannya untuk membuka gerbang rumah Rayhan, tak sengaja Isyana melihat air mata turun dari mata bi Neneng.

Isyana semakin khawatir, tangannya gemetar. "Bi..... Tolong."

Bi Neneng menutup mukanya, ia mengeluarkan tangisannya, Isyana sangat lemas saat ini, nafasnya berat, Air matanya menetes tanpa ia sadari.

Isyana hanya menunduk, mengepalkan tangannya kencang mencoba mengontrol perasaannya yang tak karuan, namun nampaknya ia tidak bisa.

Isyana mengeluarkan handphone dari kantongnya, ia mengetik sesuatu di handphonenya, dan meletakan handphone di telinganya, "Ray.. Angkat Ray.."

Suara tangisan Bi Neneng makin kencang melihat Isyana yang masih berharap bahwa Rayhan baik-baik saja.

Isyana merasakan benar-benar lemas saat tak ada jawaban telfon dari Rayhan, Isyana menjatuhkan dirinya di lantai, "Ray... Lo kenapa sih...."

Air mata Isyana terus mengalir, Ia masih sibum meremas tangannya. Bi Neneng merasa tak tega melihat Isyana yang terus meremas tangannya hingga kemerahan, Bi Neneng Menjongkan dirinya menyetarakan posisinya seperti posisi Isyana, Bi Neneng berusaha menguatkan dirinya walau suaranya masih gemetar dan air mata masih senang berada di matanya. Tangan Bi Neneng teragkat, mengelus bahu Isyana yang gemetar, mencoba menengkan Isyana, "Den Ray.. Neng.."

Isyana mengangkat kepalanya menatap Bi Neneng dengan penuh harap, "Ray baik-baik aja kan Bi?"

Bi Neneng menggeleng, dan gelengan tersebut mampu membuat Isyana makin meledakan tangisannya, "RAYHAN KENAPA BI?! KASIH TAU AKU!!"

"Den Rayhan.. Dia tadi kesakitan di dadanya, Ia sempet kejang-kejang.. Dan akhirnya pingsan." Jelas Bi Surti dengan tangisan dan suara gemetarnya.

Isyana menundukan kepalanya, kepalanya seperti ingin pecah saat ini, "lo kenapa selalu bilang lo baik-baik aja si Ray.. Gue tau lo kenapa-kenapa."

Bi Neneng berusaha memeluk Isyana, berusaha menguatkannya. Namun Isyana tak membalas pelukan Bi Neneng karena tangannya begitu lemas, pikirannya tak bisa terfokus saat ini.

"Rayhan.. Rayhan dibawa kerumah sakit ma..na?" Tanya Isyana dengan sekuat tenaga untuk menggerakan mulutnya agar bisa bertanya kepada Bi Neneng.

"Den Rayhan di bawa Pak Herman Neng.. Bibi nggak tau dibawa dikemana.."

Isyana cukup tersentak mendengar nama itu, Pak Herman, Ayah dari Rayhan selama ini selalu tinggal di singapore karena pekerjaannya, dan Rayhan hanya tinggal berdua dengan Bi Neneng. Karena Ibunda Rayhan terlah meninggal saat Rayhan berumur 12 tahun.

Rayhan memang selama ini anak piatu, begitupun dengan Isyana yang seorang yatim, Isyana harus kehilangan Ayahnya saat ia berumur 11 tahun, Ayah Isyana setahun lebih awal kembali kepada Tuhan setahun dari Ibunda Rayhan.

Isyana mengeluarkan handphonenya, ia mencoba menelfon Herman, namun handphonenya tidak dapat dihubungi.

Fani yang mendengar suara tangisan Isyana langsung keluar dari rumahnya, dan benar saja, anaknya itu belum berangkat kesekolah, Fani cukup terkejut melihat anaknya itu sedang menangis dengan keras dengan wajah yang memucat, "Syan.. Kamu kenapa Syan?"

Isyana hanya diam, menggeleng dengan pelan.

Pandangan Fani beralih kearah Bi Neneng, "Kenapa bi?"

Bi Neneng membuka suaranya lemas, "Den Rayhan bu.."

Fani memucat, "Rayhan kenapa bi?!"

"Den Rayhan sakit bu.. Dibawa kerumah sakit.. Tadi dadanya sakit dan sempat kejang kejang."

Fani sontak langsung memeluk Isyana saat mendengar penjelasan Bi Neneng, tak heran mengapa Isyana seperti ini, Fani mengetahui anaknya sudah menjalin hubungan dengan Rayhan beberapa hari ini, jadi Fani mengerti kalau Isyana pasti sangat khawatir dengan Rayhan.

Isyana hanya diam berada dipelukan Fani, Fani mengelus rambut Isyana berlahan, "Rayhan gakpapa sayang.. Doain aja.. Semoga Rayhan baik baik aja, ya."

Isyana mengangguk dalam pelukan Fani, walaupun masih dengan tangisannya dan tubuh gemetarnya.

"Kamu pulang dulu ya sayang kerumah, nanti kalau Rayhan pulang mami Minta bi Neneg ngabarin kita, ya?"

Isyana menggeleng, "Aku mau disini aja.. Mi.."

"Sayangg.. Jangan gitu, kasihan Rayhan.."

"Tapi Mi..." Isyana mencoba memohon kepada Fani.

"Syan.. Pulang dulu ya? Kamu lemas banget. Mama gak mau kamu kenapa-kenapa juga, tolong Syan.."

Isyana mengangguk dan ia mencoba menguatkan dirinya untuk kembali ke rumahnya walau tubuhnya amat sangat lemas dan tangisan yang tak kunjung berhenti.

"Tolong beri Kisah kita sedikit waktu lagi Ray.. Please, jangan kenapa-kenapa."

NEVER LET GOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang