BAGIAN KE-DUA PULUH.

156 12 24
                                        

---

Aku nggak bakal marah, kecuali misal kamu pergi ninggalin aku sekarang, mungkin aku bakal marah, tapi nggak sama kamu, sama diri aku sendiri. Karena aku nggak becus menjaga dan mempertahankan berlian ceperti kamu.

-Rayhan Marianto-

---

Pagi ini menunjukkan pukul 5 Pagi, Namun Isyana sudah sibuk di dapur rumahnya, ia sedang merebus kacang panjang, memotong apel dan memasak makanan sehat lainnya.

Fani yang juga sedang berada di dapur tersenyum melihat anak gadisnya yang akhir-akhir ini begitu bersemangat setiap pagi untuk memasak.

Saat jam menunjukkan pukul jam 6 pagi, Isyana tersenyum melihat makanan yang telah usai ia buat, ia memasukan makanan-makanan yang ia buat ke dalam tempat makan, "Akhirnya jadiiii."

Setelah Isyana siap menyiapkan makanan, ia beranjak untuk mengganti pakaiannya dengan kaos lengan pendek dan celana laging.

"udah siap syan?"

Isyana mengangguk, "Udah mi! Isyan pergi dulu yaaaa!"

Cup.

Ciuman singkat di pipi Fani sebagai tanda pamit dari Isyana.

"Hati-Hati Syan,"

Isyana mengangguk dan menunjukkan ibu jarinya kepada Fani, sebagai tanda bahwa ia mendengar dan akan menuruti pesan Fani.

Tingnung.. Tingnung..

Suara bell rumah Rayhan bergema, tak lama kemudian Rayhan keluar dari rumahnya, pertama kali yang Rayhan lihat saat ia keluar rumahnya adalah gadisnya yang tersenyum amat sangat manis, membuat dada Rayhan berdegub lebih cepat, bukan karena sakitnya, namun karena senyuman Isyana yang begitu memikat dan mempesona.

"Hai.. Udah siap?"

Rayhan mengangguk, "Udah dong.."

"Yuk jalan..."

Rayhan lagi-lagi mengangguk dan tangannya bergerak untuk menggandeng tangan Isyana.

"RAY! JAGAIN ISYAN YA!" Tak mereka sadari, sedaritadi Herman mengamati Rayhan dan Isyana sedaritadi, Herman senang melihat anaknya dan anak sahabatnya sekarang menjalin kasih, mereka berdua sangat menggemaskan menurut Herman.

Rayhan mengangguk dengan penuh senyuman," Siap Pa!" Rayhan amat sangat bahagia memiliki ayah yang tidak menganggap dirinya sakit dan tetep memperlakukan ia seperti biasa, Seperti Rayhan yang sehat.

"PAMIT YA OM!" Teriak Isyana sambil melambai-lambaikan tangannya kepada Herman.

Herman membalas lambaian Isyana, "Tiati ya calon mantu!"

Seketika wajah Isyana memerah, sontak Herman dan Rayhan kompak tertawa, memang ayah dan anak samasama suka sekali menjahilnya.

Akhirnya Isyana dan Rayhan melanjutkan perjalanan mereka, Mereka berniat pergi ke taman kota untuk berolahraga, hanya olahraga ringan agar Rayhan sedikit lebih bugar dan tentu menjadi lebih sehat.

Hanya membutuhkan waktu 10 menit mereka berjalan kaki menuju taman kota, untungnya taman kota tak begitu jauh dari kompleks perumahan mereka.

"Yuk olahraga..."

Rayhan mengangguk, mereka menghampiri kumpulan ibu-ibu yang sedang senam aerobik,

"Bu..Ikutan ya." Izin Isyana ke salah satu anggota senam aerobik.

NEVER LET GOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang