BAGIAN KESEMBILAN.

181 13 27
                                        

---

Dia memintaku jadi pacarnya? Apa aku bermimpi?

-Isyana Sarasvati Wardhana-

---

Matahari pagi bersinar sangat terang, dan mengundang semangat didiri Isyana. Setelah selesai sarapan Isyana berpamitan dengan Fani dan berjalan keluar rumah.

Di depan rumahnya ia sudah menemukan Rayhan yang sedaritadi sudah menunggunya, Rayhan tersenyum kecil, "Good morning."

Isyana menjawabnya dengan senyuman yang paling lebar yang ia miliki, "Morninggg!!"

Rayhan tertawa kecil melihat Isyana yang amat sangat bersemangat, Rayhan memberikan Isyana helmnya.

"Helm yang biasa mana?" Tanya Isyana yang masih berusaha melepskan kaitan Helm.

"Dicuci..."

"Yah... Yang ini susah gue bukanyaa."

Rayhan mengambil helmnya dari tangan Isyana.

"Tunggu dulu" Tangan Rayhan bergerak kearah rambut Isyana, dan menyelipkan rambut Isyana kebalik telinganya. Dan mulai memasangkan Helmnya ke kepala Isyana.

Tangan Rayhan sedikit gemetar saat jemarinya menyentuh pipi lembut Isyana.

Ceklek.

"thank you." Ucap Isyana dengan penuh senyuman.

Rayhan membalas senyuman Isyana singkat, dan naik ke atas motornya, "Naik syan"

"Eh... Ntar dulu. Lo udah sembuh Ray?" Tanya Isyana sambil melihat wajah Rayhan yang masih sedikit pucat.

"Udah gakpapa kok."

"beneran? Kalau lo masih sakit gau--"

"cepet naik atau gue tinggal nih?"

Isyana memutar bolamatanya, "Yaudah iya!" dan naik ketas motor Rayhan.

Dan tak lama kemudian motor Rayhan berjalan dengan kecepatan sedang.

Tiba-tiba ada anak kecil yang menyebrang.

"RAY AWAS!!!"

Rayhan yang kaget langsung memencet rem dengan kuat.

Akhirnya motornya berhenti beberapa meneter dari anak kecil itu, nafasnya beradu cepat. Rayhan menurunkan pandangannya kebawah, dan mendapati ada tangan yang melingkari perutnya dengan kencang.

Rayhan menikmati pelukan itu untuk beberapa saat,  Ia tak bisa menahan senyumannya yang mengembang, ia merasakan kenyamanan yang luar biasa walaupun jantungnya melompat-lompat kegirangan didalam sana. kemudian ia mengenggam tangan itu, "Gakpapa syan, adeknya ga kenapa-kenapa."

Isyana sedekit mengintip pandangannya ke arah depan dengan tangan yang masih memeluk Rayhan erat. Saat Isyana dapat melihat adik itu dengan jelas, ia melepaskan pelukannya kepada Rayhan dan turun menghampiri adik kecil itu.

NEVER LET GOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang