part 38

11.4K 248 12
                                    

Giliran Ara yang melotot terkejut dan gugup karena wajahnya berdekatan dengan David.

Melihat reaksi Ara yang cukup lucu di matanya, David pun menaikkan ujung bibirnya. "Kau mulai nakal, ya Sayang? Tadi siang kau duluan mencium bibirku, barusan kau seenaknya mencium pipiku."

Ara mengerjap tak mengerti. "Lho, memangnya kenapa? Kau tidak suka?"

David mengeratkan pelukan posesifnya di pinggang Ara, sengaja membuat posisi keduanya semakin berdekatan. "Siapa bilang aku tidak suka? Aku justru sangat menyukainya dan berniat mengulanginya."

Ara hendak membuka mulut untuk menanyakan maksud David bicara begitu, tapi deretan kata-kata tak pernah sempat terlontar dari sana sebab lelaki itu sudah lebih dulu menarik tengkuknya dan menyatukan bibir mereka. Tentu saja Ara terkejut oleh aksi David yang terkesan tiba-tiba, tapi ia sama sekali tak memrotes atau bahkan menolak kelembaban yang ditawarkan kepadanya. Sebaliknya, dengan senang hati ia membalas perlakuan pria tersebut sambil mengalungkan lengan ke sekeliling lehernya.

Berawal dari kecupan ringan bertubi, David kini mulai menyesap bibir atas dan bawah Ara secara bergantian. Tangan David semakin menekan tengkuk sang Gadis dan berniat memperdalam ciuman mereka. Ara melakukan apa yang pria itu mau, ia membuka mulut agar David bebas mengeksplorasinya.

Setelah beberapa saat berciuman dengan cukup intens, David pun memutuskan tautan keduanya. Sambil terengah-engah ia menatap Ara yang kondisinya juga sama kacau dengan dirinya. David menatap Ara dengan begitu dalam. Tangannya yang masih berada di tengkuk Ara kini mulai menjalar ke depan, tepatnya wajah. David mengusap wajah Ara penuh kelembutan.

Sambil berbisik cukup rendah David katakan, "Aku menginginkanmu,  sayang. Jadilah milikku!"

Mata Ara sedikit melebar mendengarnya. Ia paham betul apa makna konotasi yang disampaikan oleh David. Tiba-tiba saja sekujur tubuh Ara berdesir. Pipinya memanas. Ara ingin sekali merespon David dengan bentuk kata-kata, tapi nyatanya ia tak sanggup. Ia hanya bisa meneguk saliva gugup.

"Katakan, apa kau juga menginginkanku?" David kembali melancarkan suara rendahnya. Membuat Ara semakin kehilangan kata-kata.

Berhenti menggunakan suara rendahmu, Sayang! Ingin sekali dia memrotes seperti itu. Tidak tahukah David kalau saat ini ia sedang mati-matian menahan lonjakan hormonnya yang datang secara tiba-tiba? Ya, bohong kalau Ara berkata bahwa tawaran David tidak mendengar menggoda. Suara David serupa bisikan setan baginya. Ara berada di posisi antara ingin dan tidak.

Di tengah perang batin yang masih berlangsung, David dengan sengaja mengusap bibir ara. Mengakibatkan gadis itu refleks memejamkan mata, sedikit terlena.

"Jawab aku dengan bibir ini, Sayang!"

Ara membuka mata ketika suara rendah bercampur frustrasi milik David kembali menyapa indera pendengarannya. Ia menatap bola mata David secara bergantian sambil menggigit bibir. Sungguh, ia kebingungan saat ini.

Akhirnya, tanpa perlu basa-basi lagi Ara pun mengangguk walau sedikit ragu. "Aku juga ingin … memilikimu. Tolong jadikan aku milikmu seutuhnya!"

David menyunggingkan senyum puasnya. "As you wish, Baby!"


                      ~~o0o~~



My Teacher is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang