part 16

14.3K 380 6
                                    

Ara dan David duduk di salah satu restoran yang paling ramai dikunjungi. Gadis itu segera memesan dua porsi makanan dan minuman.

"Lebih baik kita pulang saja, ini sudah terlalu malam" David berkata sebelum Ara mulai makan.

Ara memutar bola mata. "Santailah sedikit, David. Ini hanya sebentar, kita hanya makan saja" oceh Ara.

Sang pria memberikan tatapan tak percaya, kemudian menghabiskan minuman nya. Ia mengawasi Ara dengan ketat, tepatnya apa saja yang gadis itu masukkan ke dalam mulut.

"Kau masih ingat, saat ayah ku bilang bahwa aku telah menjadikan mu poros , di hidupku?" celetuk Ara. Gadis itu memotong kepiting nya. Ia tampak kesulitan, untung David bergegas menolong sebelum si gadis melukai tangannya sendiri.

"Terima kasih, kau kuat ternyata," vokal si gadis setelah melihat David yang cekatan.

"Aku mengerti cara menggunakan otak dan tanganku. Tidak seperti dirimu yang sangat ceroboh," balas David yang membuat Ara cemberut. "Aka heran, kenapa kau bisa menyukai mu?"
"Mungkin karena aku cantik?" ujar Ara sambil terkekeh .

David mengangguk. "Mungkin, entah mata ku yang bermasalah, atau pesona mu yang tak bisa ku tolak" jelasnya.

"Aku harap kehidupan kita kan bahagia" timpal ,Ara.

"Maka dari itu, aku mengatakan bahwa kau sudah menjadi poros dalam hidup ku" Ara mengungkapkan yang ia pikirkan. Gadis itu meminum minuman nya.

"Iya, kau pernah mengatakan nya, bahwa sejak awal kau telah suka rela menyerahkan hati dan tubuh mu untuk terikat dengan ku" jawabnya. Ia meminum jus nya, lalu melanjutkan, "Maka dari itu, Terima kasih telah menjadikan diriku sebagai orang terpenting dalam hidup mu. Jadi sekarang aku harus terus membagiakan mu, Ara"

Ara tersenyum. Ada rasa bahagia di hatinya. Tak hanya haru yang mereka alami, namun cara David mengunkapkan perasaan nya, membuat diri nya semakin yakin pada sosok di hadapan nya ini. David menjadi pribadi yang hangat serta berbeda ketika dirinya bersama Ara.

"Aku akan terus  untuk menganggumu,dan menyusahkan mu" jawab Ara. Ia tersenyum.

"Aku  tahu ini akan sangat sulit. Tapi, berjanji padaku Kau tidak akan melepaskan aku"lanjut Ara yang lantas memancing David menarik senyum tulus.

Perbincangan pun terhenti ketika wanita paruh baya mengantarkan beberapa makanan lagi untuk mereka. Wanita yang dikenali sebagai pemilik restoran pun tersenyum pada pasangan muda tersebut. " Apa ini liburan pertama kalian?" tanya si wanita pada Ara dan David.

Ara hendak menjawab, namun David lebih dulu membuka mulut. "Kami sedang bulan madu. Dia istriku," ucap David ramah.

Wanita itu mengangguk. "Kalian sangat serasi. Aku akan memberikan minuman penambah tenaga untuk kalian agar sepulang dari sini mendapatkan hasil," balasnya yang lantas membuat Ara bertanya-tanya.

"Ah, tidak perlu repot-repot," tolak David halus. Ia memahami benar apa yang dimaksud oleh si wanita.

Sementara Ara menyahut dengan suka cita, walaupun ia sama sekali tidak mengerti hal yang sedang dibicarakan. "Apa diberikan secara gratis?" tanya Ara yang langsung mendapatkan anggukan dari si wanita. Ara tertawa gembira. "Kalau begitu boleh aku menyicipinya? Karena aku butuh tenaga ekstra untuk menghadapi laki-laki ini, Bibi. Aku sangat kualahan karena dia kasar dan"

"Gadis gila," David memotong ucapan istrinya.

"Astaga, kau hebat sekali sampai membuat istrimu kualahan," timpal si wanita, ia tertawa sembari menepuk bahu David. "Lakukan dengan pelan-pelan masih banyak waktu. Tunggu sebentar, ya. Aku ambilkan minuman nya," lanjutnya sambil berlalu tanpa mendengarkan penjelasan David.

Ara mengacungkan sepasang ibu jarinya pada wanita yang ia panggil bibi tadi.

David meraup wajah. Ia merasa sangat malu. Pandangan tajam ia tujukan untuk gadis yang tengah mengunyahistri nya seolah-olah tidak melakukan kesalahan sama sekali. "Kalau kau paham apa yang dimaksud bibi itu, kau pasti enggan makan dengan lahap seperti sekarang," ujar David putus asa.

"Memangnya kenapa?" balas Ara, nadanya lugu.

David menjelaskan. "Minuman penambah tenaga itu digunakan untuk hal-hal yang berkaitan dengan hal dewasa," jawab David, ia meminum air yang ada digelasnya hinga tandas.

"Apa maksudmu?" Ara berucap. Dia merenung sebentar. "Jadi, bibi itu mengira kita membuat bayiastagaini gila. Tapi yang kumaksud kasar danoh, dia salah mengartikan," Ia mengoceh. Ara menutupi wajahnya. "Sangat memalukan," bisik si gadis. Ara mencuri pandang pada David. Harga dirinya jatuh sekali lagi di hadapan pria itu. Tampa sadar ia makan udang yang berakibat fatal baginya

                        ___o0o___

Ara yang pingsan adalah mimpi buruk bagi David. Tulang-tulang di punggung David rasanya ingin lepas dari tempatnya. Dia harus menggendong Ara kembali ke villa yang letaknya lumayan jauh dari tempat di mana mereka makan.

David menidurkan Ara di ranjang. Ia menghela napas kasar ketika si gadis mulai demam karena alergi nya.

"Kau benar-benar merepotkan," kata David sembari berkacak pinggang di hadapan istrinya. Jari-jari David merapikan anak rambut Ara yang berantakan. Netranya tertuju pada sepatu yang masih dikenakan si gadis. "Bahkan aku harus melepas sepatumu," gumam David dengan cekatan berjongkok lalu menanggalkan sepatu Ara.

Ia mengusap pelipis Ara yang berpeluh. David pun sengaja menyentuh alis Ara yang mengkerut. "Kenapa aku bisa menikah dengan gadis ceroboh seperti mu?"

David tak pernah menikmati menonton orang yang sedang terlelap, ini pertama kalinya ia tidak bosan. Padahal, David hanya duduk bersandar di tepi ranjang mengamati istrinya. Sesekali pria itu tidak dapat mengendalikan jari-jarinya hanya untuk menyentuh pipi Ara atau surai halus gadisnya.

Si gadis pun mendekap tangan suaminya membuat David tidak bisa pergi dari sana.

"Aku mencintai mu" bisik Ara.

David menyerah. Ia berbaring di samping gadis yang kini menghadap ke arahnya. Paras mereka sejajar. David sangat terkejut ketika kelopak mata Ara tiba-tiba  terbuka. Dia dapat menagkap indahnya pupil yang kini hanya ada bayangan David di dalamnya.
Dia tidak menyangka jika gadis itu semakin mendekatkan diri. Biasanya, David akan bisa mengendalikan keadaan, namun otak nya membuat tubuhnya berkhianat.

Ara memang sakit, tapi ia tahu siapa yang ada di hadapannya. Gadis itu mengalahkan logikanya yang memintanya berhenti. Ara paham jika mereka sedang dalam kondisi yang  sedang dipertanyakan. Tubuhnya menginginkan David.

Ara menarik kerah David. Ia menyatukan bibir mereka. Gadis itu bisa merasakan betapa lembut dan lembabnya David. Entah keberanian dari mana, ia berusaha melumat bibir David yang sama sekali tak melawan dirinya. Naluri mengendalikan sepenuhnya, dia mengatur posisi berada di atas David yang diam. Ara mengiggit bibir luar David, perahanan pertahanan si pria hancur.

"David," ucap Ara di tengah kecupannya.








To be continued

My Teacher is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang