David sedang mengetik pesan ketika satu buah pesan diterima ponselnya. Pesan dari seseorang yang dia tunggu selama beberapa hari ini.
From:SweetHeart
Ada apa?
Pria itu langsung menghubungi si pengirim pesan. "Kau dimana? Kenapa tidak menelfon ku"
"Aku disekolah. Maaf, tapi aku masih sibuk sampai sore."
David menggigit bibir bawahnya, mendengar suara parau dari seberang hanya semakin membuatnya ingin bertemu gadis itu. "Aku mengerti."
Dia menyimpan ponselnya ke dalam saku celana. Kini pikirannya hanya terpusat pada Ara, beberapa minggu tidak mendengar suara gadis itu, beberapa minggu tidak melihat senyum gadis itu, ah, bahkan dia lupa kapan terakhir melihat senyumnya.
"Apa dia menghindariku?" ucapnya gusar Perasaannya mulai tidak enak. Firasatnya buruk.
===ooo===
"Aku pulang."
Zirma menoleh dari mangkuk sup yang baru saja dia letakkan di meja makan. Tersenyum menyambut kedatangan adiknya yang tampak lelah. Dia hanya tidak mau membuat Ara semakin sedih.
"Kau sudah pulang? Aku baru saja menyiapkan makan malam." Zirma menyambut adiknya dengan senyum ceria. "Ah, aku sudah memasak makanan untuk mu"
"Bagai mana hari ini" Ferdi bersuara dari belakang Ara, menepuk kepala anaknya itu pelan dengan senyum hangat.
"Ayah.." gadis itu ikut tersenyum kemudian memeluk Ayah dan ibunya. "Kapan kalian, pulang aku merindukan kalian"
"Tadi siang"
"Lebih baik sekarang kau mandi kemudian kita makan bersama-sama. Tenang saja, ada oleh-oleh untukmu" ujar Annis kemudian.
"Hu.um, kalau begitu aku naik dulu."
"Dia terlihat lebih sedih dari perkiraanku."
Ferdi menoleh, menatap istrinya bingung. "Apa maksudmu? Dia terlihat baik-baik saja."
Annis menunduk, menjatuhkan tatapannya pada Ferdi. "Sayang kau hanya melihat dari senyumnya. Lihat matanya, aku bahkan yakin jika sebenarnya dia sangat ingin menolak makan malam bersama kita agar bisa mengurung diri di kamar. Kurasa dia butuh suaminya, tapi menantumu itu malah sibuk dengan pekerjaannya. Jika bukan karena masa depan anak kita, aku pasti sudah menyeretnya pulang."
Ferdi terdiam, menerawang menatap tangga yang beberapa saat lalu dinaiki putrinya. Dia menyadari hal itu, bahkan sangat. Hanya saja, dia pun tidak ingin memperkeruh keadaan dengan ikut menunjukkan raut sedih di hadapan putrinya. Ia hanya bisa berharap menantunya itu segera pulang.
===ooo===
Ara duduk bersandar diambang pintu sambil menatap pemandangan langit malam. Dia memeluk tubuhnya sendiri, menikmati kesendiriannya yang begitu menyenangkan. Telinganya tersumpal earphone, mendengarkan alunan musik instrument dan kumpulan beberapa lagu yang dia sukai akhir-akhir ini.
Suasana semakin terasa dingin dari kemarin. Entah karena memang ini masih musim hujan atau karena hal lain. Tangannya memegang ponsel, menatap layarnya yang hitam. Seharian ini pria itu hanya menghubunginya sekali. Siang tadi, sekali ia malah menghindarinya.
Ara menarik napas dalam sampai memenuhi paru-parunya, kenapa rasanya begitu sepi? Kenapa dia begitu ingin menangis? Kenapa dia sangat ingin berteriak? Dia bahkan ingin mengomel pada pria itu tapi tidak sanggup."Sedang apa?"
Sapaan sang ayah membuatnya menoleh, tersenyum tipis sambil melepaskan earphone dari telinga. Kepalanya menggeleng pelan lalu menyandarkan kepala di bahu pria paruh baya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher is My Husband
Novela JuvenilBagai mana Rafailah Inayah Ulfah yang masih berstatus sebagai pelajar, bisa menikah dengan laki-laki bernama Zidan David Virlando, yang usianya terpaut 7 tahun lebih tua dari nya. Lelaki yang awalnya bersetatus sebagai guru magang di sekolahnya ki...