part 8

18.8K 556 6
                                    

   Ara membuang nafasnya kasar. Ia sangat ingin pergi berlibur dengan teman-teman sekolahnya. Tapi dia takut meminta ijin pada David, apa lagi sudah seminggu ini kakaknya menitipkan dirinya di rumah David.

Kini otaknya sedang berkerja dengan keras. Mencari cara untuk mendapatkan ijin dan beberapa lembar uang dari kekasihnya itu.

Ara pun turun dari ranjang, berjalan mengendap-endap menuju pintu kamar. Ia mengintip lewat celah pintu, mengamati kekasihnya yang terlihat masih sibuk dimeja ruang tengah.

Ara menarik napas sejenak, berusaha menetralisir detak jantungnya agar kembali normal.

Ara keluar dari kamar, melirik sekilas pada David yang sepertinya tidak peduli dengan keberadaannya.

"Kau tidak tidur?"

David menggeleng, masih fokus dengan laptop dan lembaran-lembaran kertas.

"Kenapa kau tidak tidur? Memangnya harus selesai sekarang?" Tanya Ara yang duduk di samping David, sembari menyandarkan kepalanya pada bahu kekasihnya.

"Deadline-nya besok. Dan masih ada beberapa yang harus ku kerjakan lagi." Ucapnya sembari mengambil mug yang sudah kosong.

"Kau mau minum? Biar ku buatkan."

Ara buru-buru mengambil alih mung milik David. Tersenyum lebar sebelum akhirnya pergi menuju dapur.

David menaikan satu alisnya, heran. Merasa aneh dengan sikap kekasihnya, yang tiba-tiba mau mengambilnya minum.

"Kau mau ku buatkan apa teh hangat, coklat hangat, atau kopi?" Seru Ara yang masih ada di dapur.

"Terserah kau saja."

"Oke... Oh kau mau  aku bawakan kue sekalian?"

Dahi David berkerut. Ara benar-benar terlihat aneh pagi ini.

"Ini dia, teh hangat dan kue untuk kekasihku."

Ara membawakan teh dan kue kering, meletakkannya di meja samping David.

"Kau mau aku suapi?"

David memutar setengah tubuhnya, agar bisa berhadapan dengan Ara. Ia menatap binggung pada kekasihnya.

"Ada sesuatu yang kau mau dari ku?"

"Hah? Tidak, memangnya kenapa?"

"Sikapmu terlalu aneh hari ini.  Pasti ada sesuatu yang kau inginkan, benarkan?"

Ara terdiam. Memikirkan perkataan David yang memberinya kesempatan untuk meminta sesuatu.

"Tidak, tapi...."

"Katakan saja." David mengambil mug yang berisi teh, dari tangan Ara.

"Aku mau pergi berlibur." Ucapnya dengan hati-hati.

David kembali menatap  Ara setelah meneguk teh hangatnya.

"Dengan teman mu? Mau apa kau pergi kesana?"

"Hanya main saja."

My Teacher is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang