10-MENDEKAT

147 9 0
                                    

Karena mencintaimu tidak membutuhkan sebuah alasan

Ari tidak bisa menahan senyumnya saat dirinya terus-menerus men-scroll layar handphonenya. Menimbulkan kerutan didahi Zohar dan Abel.

"Si bos kenapa, bel? ". Bisik Zohar ditelinga Abel. Cowok itu hanya mengendikkan bahu, tanda ia tak tahu.

Zohar kembali menatap Ari, ditatapnya wajah sahabatnya itu lamat-lamat. Lalu-

Braakk...!!

"Gue akhirnya tau kenapa Ari jadi rada gila gini!! ". Ucap Zohar lantang setelah memukul meja kantin dengan keras. Menyebabkan anak Alexas terkejut, kecuali Ari yang masih sibuk dengan handphonenya.

"Tau sih tau. Tapi, gak usah mukul meja juga, bambang!". Abel menjitak kepala Zohar.

"Aduh, kok gue dijitak?. Emang lo kira pala gue apaan maen jitak-jitak aja. Gue aduin ke KOMNAS HAM tau rasa lo ".

"Bodo". Jawab Abel singkat.

"Berisik lo pada. Ganggu gue aja". Ari bangkit dari duduknya dan berjalan menjauhi meja yang berisikan sebagian anak Alexas.

Ia berjalan di sepanjang koridor tanpa menghilangkan senyumnya. Hingga sebuah suara yang amat ia kenal memasuki gendang telinganya.

"Kak, ini aku buatin bekel. Dimakan ya". Bulan memberikan senyum terbaiknya pada Angga. Sebuah senyum yang manis hingga memperlihatkan lesung pipinya.

Angga menerima sodoran tempat makan dari Bulan itu dengan senang hati. "Thanks, ya. Pasti gue makan".

Senyum Bulan semakin lebar. "Ya udah, kak. Aku mau ke Nada dulu ya. Bye! ". Bulan melangkah menuju koridor yang berlawanan dengan arah Angga.

"Gimana?, diterima gak? ". Tanya Nada saat Bulan sampai di hadapannya. Bulan mengangguk.

"Tuh kan, gue bilang juga apa. Kalo bekel yang lo buat itu pasti diterima sama dia".

"Trus kalo udah diterima. Lo seneng?, kan belum tentu si Angga nya juga mau makan bekel buatan lo". Suara bariton milik Ari menginterupsi percakapan ke dua gadis tersebut.

Sedari tadi, memang cowok itu menguping pembicaraan Angga dan Bulan hingga gadis itu juga berbicara pada sahabatnya, Nada.

Membuat Bulan mencebik kesal dan berkacak pinggang di hadapan Ari. "Eh, pantat panci. Bilang aja lo sirik sama Angga. Secara, Angga kan banyak fans nya sementara lo banyak haters nya".

"Eng... Lan kayaknya kita pergi aja deh". Bujuk Nada. Bulan mengendikkan bahunya. Ia berbalik dan berjalan menjauhi Ari.

Meninggalkan Ari yang bingung akan perasaannya. Perasaan yang dulu pernah dirasakannya bersama orang itu.

🌞🌞🌞

Lagi dan lagi Bulan harus menelan kekecewaan terhadap kakaknya yang tidak bisa menjemputnya pulang sekolah.

Padahal sang kakak telah berjanji padanya untuk selalu mengantar jemputnya sekolah.

Gadis itu berusaha menghubungi kakaknya. Walau ia tahu itu adalah hal yang mustahil. Mengingat terakhir kali kakaknya memberi kabar bahwa Arkan akan ada meeting penting dengan rekan bisnisnya yang berasal dari luar negri.

Sun And Moon(COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang