Bukan luka itu yang membuatku menderita tapi, rasa sakit akibat bekasnya lah yang terus menerus menorehkan perih
Bulan membuka matanya secara perlahan, berusaha menyesuaikan cahaya dengan retina matanya. Ia berusaha untuk mendudukkan dirinya hingga merasakan sesuatu menahannya.
Ia menoleh, menemukan Ari yang tengah tertidur sembari memegang tangan kanannya. Bulan tersenyum, ia harus berterima kasih pada
cowok itu karena sudah mau menjadi tempatnya menumpahkan tangis.Bulan merasakan hatinya berdenyut sakit kala mengingat hal yang terjadi kemarin. Seandainya yang ia lihat kemarin adalah mimpi. Maka itu adalah mimpi terburuknya.
"Ngh.. ". Ari membuka matanya lalu menguceknya. "Lo udah bangun? ".
Bulan terkejut saat mengetahui di wajah Ari ada bekas luka lebam. "Muka lo? ". Ia berusaha menyentuhnya walau ditepis oleh cowok itu sendiri.
"Oh, ini bekas kemaren nyerang anak Rawles". Bulan menyentuhnya. "Aww.. Sakit, bego! ".
"Tuh kan!, pasti belom di obatin. Sini biar gue obatin". Bulan turun dari tempat tidurnya dan mengambil kotak P3K yang memang selalu ada di kamarnya.
"Tumben lo baik sama gue".
Bulan duduk di depan Ari. "Kan gue anak PMR jadi, kalo ada yang terluka harus segera ditolong. Lagian, anggep aja ini balesan gue karena semalem lo udah dengerin gue nangis. Soalnya gue biasanya bakalan ditemenin bang Arkan kalo lagi mewek".
Ari mendengus. Bulan mulai mengobati luka-luka Ari dengan cairan antiseptik. "Daripada mikirin luka orang lain. Kenapa lo gak coba obatin luka hati lo?, mumpung masih anget-anget tai ayam".
Gerakan tangan Bulan yang mengobati Ari terhenti sesaat setelah sebelumnya kembali mengobati lagi. Setelah merasa selesai, Bulan membalutnya dengan plester luka lantas setelah itu ia menutup kotak P3K nya dan meletakkannya di pangkuan.
"Luka di hati itu gak bisa langsung sembuh. Justru, karena masih baru dia jadi rentan buat tersakiti lagi. Karena masih belum bisa percaya dengan apa yang terjadi". Jawab Bulan.
Ari menatap Bulan lama. Dilihat dari manapun, Bulan adalah seorang gadis yang memiliki kharisma tersendiri yang membuatnya menarik.
Dia cantik, manis, juga sempur-, tunggu gue ngomong apaan sih. Ari menggeleng-gelengkan kepalanya. Menampik sesuatu yang baru saja hinggap di pikirannya.
"Ri, gue kurang apa? ". Isak kecil Bulan mulai terdengar. "Gue kurang cantik?, kurang menarik?, atau kurang seksi?, sampe-sampe kak Angga lebih milih tidur sama cewek yang gak gue kenal".
Ari membawa tubuh mungil Bulan kedalam pelukannya. "Shuutt..!, lo sempurn, lan. Lo cantik, menarik, wlaupun emang kurang seksi tapi kalo Angga begitu berarti Angga yang salah karena udah nyia-nyiain sebuah permata untuk sebuah kerikil".
Bulan tersenyum sesaat mendengar penuturan Ari. Ia mengurai pelukannya. "Apaan lo?!, main peluk-peluk gue aja!, jangan ngambil kesempatan dalam kesempitan ya!! ". Omel Bulan.
Ari tersenyum. Rembulan Angkasa telah kembali. Inilah sosok Bulan yang ia kenal, bukan gadis cengeng yang hanya karena cinta monyet bisa nangis bombay.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sun And Moon(COMPLETED)
Novela Juvenil|BUDAYAKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA YA| Dear, Saat aku yakin bahwa kamulah orang yang paling aku percaya. Namun, ternyata aku salah kamu malah membuatku kecewa dan sakit hati. Sebuah cerita yang mengisahkan seorang gadis yang terus menerus berh...