16-MAAF

143 7 0
                                        

Kamu adalah orang pertama yang aku pikirkan kala aku membuka mata

Ari memutar-mutar kunci motornya pada telunjuk tangan kanannya. Pikirannya melayang entah pergi kemana. Zohar dan Abel menukikkan alisnya ketika melihat Ari yang terus melamun.

"Kita gak bisa kayak gini terus". Abel berjalan mondar-mandir layaknya sebuah setrikaandan ia tampak sangat frustasi.

"Kata gue mah, kita harus nyerang anak Rawles lebih dulu, biar pada tau rasa!". Kali ini Guntur ankat suara. Anak-anak Alexas sontak menganggukkan kepalanya tanda setuju.

"Tapi keputusan nyerang atau enggaknya Alexas ditentuin sama bos kita". Rian, salah satu anak Alexas menoleh pada Ari, lalu diikuti oleh yang lain.

Jiwa Ari masih belum berada di raganya. Ia masih melamun dan pandangan matanya masih kosong. Dekarang yang ada di pikirannya adalah tentang seorang gadis yang bernama Rembulan Angkasa. Satu-satunya gadis yang berani melawannya.

Zohar mendesah lantas memukul punggung Ari dengan keras hingga siapapun yang mendengarnya ngilu. "Woy, kebanyakan makan micin?!, bengong aja!, ditanya noh sama anak-anak! ". Zohar menunjuk genk Alexas yang menunggu keputusan darinya. "Percuma lo mikirin do'i. Sampe bapaknya khong guan ketemu juga, tuh cewek kagak bakalan suka sama lo, karena cewek itu udah kena pelet musuh lo".

Ari mendelik pada Zohar. Ia bangkit dari duduknya. "Kumpulin anak Alexas. Kita serang Rawles sekarang! ". Cowok urakan itu berjalan menuju motor kebanggaannya yang diikuti oleh puluhan anggota genk Alexas yang sudah siap dengan peralatan masing-masing.

Suara mesin motor yang menggerung begitu memekakkan telinga mulai bersahut-sahutan. Zohar yang diboncengi oleh Oji mengibarkan bendera Alexas dengan bangga.

Tak luput dasi sekolah yang biasanya berada di leher pun kini berpindah tempat menjadi di kepala. Beralih fungsi menjadi ikat kepala. Di bawah pimpinan komandan tempur Matahari Apollo, Alexas siap bertempur.

🌞🌞🌞

Bulan tersenyum bahagia. Ia memasukkan hasil masakannya ke dalam sebuah tempat makan lantas menyusunnya berdasarkan ukuran. Dari yang besar ke yang kecil.

"Nasi?, udah. Sayur?, juga udah, kayaknya udah semua deh. Langsung OTW aja kalo begitu. Mumpung Ari belom pulang".

Bulan keluar dari rumahnya lalu menyetop sebuah Taxi. Gak usah ngasih tau kak Angga aja deh, biar surprise.

Awan mendung mulai terlihat menghias langit yang mulai menghitam. Bulan membayangkan dirinya dan Angga yang tengah berpelukan di tengah dinginnya hujan. Ah, so sweet. Pikir Bulan.

Bulan membayar Taxi setelah ia sampai di depan gedung apartemen Angga. Senyum hadis itu semakin merekah kala membayangkan Angga yang terkejut dengan kedatangannya.

Dengan hati senang, ia menekan tombol angka di lift yang menunjukkan lantai tempat apartemennya Angga. Bulan terus melangkah dengan pasti.

Ia sampai di depan pintu apartemen Angga. Walau pintu itu memiliki kunci password tetapi, Bulan tahu password nya karena ia sudah sering kesini.

Tanpa pikir panjang lagi, ia melangkah masuk lantas mengedarkan pandangannya. Kak Angga mana?, sepi amat. Bulan mendengar suara-suara aneh dari dalam kamar Angga.

Apa didalem ya?, kagetin aja deh, biar kak Angga shock. Bulan mendekati pintu kamar Angga lantas langsung membukanya begitu saja.

"Kak Angg-.. ".

Praanngg.....

Suara benda nyaring yang jatuh membuat kedua insan yang tengah bergumul di atas tempat tidur terkejut. Dengan spontan sang wanita menutupi dirinya yang polos dengan selimut, sementara sang laki-laki hanya bisa diam di tempat.

"Lan..., gue bisa jelasin".

Tanpa ba-bi-bu lagi, Bulan berlari keluar dari apartemen Angga dengan air mata yang mengalir deras menelusuri kedua pipinya.

Angga yang berusaha mengejar Bulan tampak kesusahan karena harus mengenakan pakaian terlebih dahulu.

Hujan turun dengan deras membasahi ibu kota yang akhir-akhir ini jarang diguyur oleh hujan. Seorang gadis dengan bodohnya membiarkan dirinya basah kuyup oleh hujan, saat orang lain mencari tempat untuk berteduh.

Air mata gadis itu terus jatuh bercampur dengan air hujan yang mengenai tubuhnya. Hatinya sakit, sakit sekali ketika mengingat apa yang baru saja dilihatnya.

Kak Angga dan cewek itu baru saja-

Bahkan untuk mengucapkannya saja, Bulan tak mampu. Tangannya terus menerus melambai pada jalan raya, berharap sebuah Taxi berhenti dan segera membawanya pulang. Petir mulai menggelegar membuat tubuh gadis itu gemetar ketakutan. Siapapun yang melihatnya akan tau jika gadis itu adalah pengidap penyakit astraphobia.

Bodoh!, memangnya Taxi mana yang akan menerima penumpang dengan kondisi basah kuyup begitu?!.

🌚🌚🌚

Ari baru saja memyerang markas Alexas. Ia memakirkan motornya di carport rumah Bulan. Karena Arkan yang tengah pergi, ia diberi kebebasan untuk keluar-masuk rumah gadis itu.

Ari berlari-lari kecil menuju pintu utama dengan menutupi kepalanya dengan kedua tangan karena hujan yang belum juga reda. Ari membuka pintu lantas mengernyit heran kala matanya menangkap sesosok gadis yang tengah tengkurap di sofa ruang tamu.

"Lan?, lo ngapain disini?". Ari menyentuh bahu gadis itu. Basah dan bergetar?.

"Rembulan! ". Ari menarik tubuh Bulan untuk duduk. Nampaklah wajah gadis itu yang sembab karena menangis. "Lo, kenapa? ".

Bulan memeluk tubuh Ari. Cowok itu terkejut tapi ia membalas pelukan Bulan. Membiarkan gadis itu ikut membasahinya. "Lo kenapa?, cerita sama gue".

Bulan terisak. "Angga, ri, Angga. Dia... Dia.. ". Tangis Bulan mengencang. Gadis tak mampu menjelaskan perbuatan yang telah Angga lakukan.

Akhirnya hari yang Ari takutkan datang juga. Hari dimana Ari melihat luka yang sama. Dan Ari melihat kembali derita yang dialami saudara kembarnya.

Ari berusaha menenangkan Bulan. Pelan-pelan tangis gadis itu mereda dan akhirnya jatuh tertidur di pelukan Ari.

Cowok itu menggendong Bulan ala bridal style menuju kamar gadis itu. Ia memanggil mbok Ayu untuk menggantikan pakaian gadis itu yang basah kuyup.

Setelah memastikan Bulan akan baik-baik saja. Ari memutuskan untuk keluar dari rumah Bulan saat hujan masih mengguyur deras. Menuju tempat yang dulu juga ia datangi.

#bacotnyaauthor
Thanks kalian para readers yang udah baca my story yang gaje dan abal-abal ini. Dan buat kalian juga jangan lupa komen. Biar kedepannya aku jadi makin bagus😁😁(author bahagia).

Pokoknya don't forget comment, follow, and vote ya😘😍

Sun And Moon(COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang