Karena kamu adalah salah satu kelemahanku.
Ari menatap pantulan dirinya di cermin. Kemeja sekolah dimasukkan, memakai dasi, rambut di sisir rapi. Ia berdecak, Ini benar-benar bukan dirinya.
Tetapi hari ini, dia melakukan semua ini karena bundanya yang mengancam akan mengambil semua fasilitasnya sebab dia kemarin mengusir Bulan dari kamarnya.
Tak disangka, anak itu mengadu pada bunda. Ari keluar dari kamarnya. Dia turun menuju ruang makan yang berada di lantai satu untuk sarapan.
Ayah dan bunda telah menunggunya di ruang makan. Ari duduk seberang bundanya.
" pagi yah, bun! ". Sapa Ari. Dia mengambil beberapa roti. Ayahnya yang sibuk dengan tabloid kerjanya menjawab dengan gumaman tak jelas.
" pagi juga Ata!, nah gitu dong rapi. Oh ya, bunda mau nitip makanan dong sesuatu buat Bulan". Anita memberikan sebuah tempat makan ke Ari.
"sebenernya anak bunda tuh Ata atau Bulan sih? ". Jengkel Ari. Dia menatap benci ke arah tempat makan tersebut.
" Husshh.. Kamu kalo ngomong. Kan sekarang Bulan itu yatim-piatu lagian dulu orang tuanya Bulan itu udah nolong keluarga kita jadi kita juga harus nolong Bulan". Jawab Anita pada putra semata wayangnya.
Ari hanya mengangguk -angguk paham. Dia memasukkan tempat makan tersebut kedalam tasnya.
Ari menghabiskan sarapannya. " Ya udah, yah, bun. Ari berangkat dulu! ". Setelah pamit pada kedua orang tuanya. Ari mengeluarkan motornya dari garasi dan melajukannya menuju SMA Harapan Bangsa.
🌞🌞🌞
Bulan duduk dikursinya dengan lesu. Nada yang menyadari mood sahabatnya itu menghentikkan aktivitas membaca novelnya.
" Kenapa lo? Ketinggalan nonton Naruto?".
Bulan menghela napas gusar. " bukan tapi gara-gara bang Arkan, gue belom buka mata dia udah capcus-ngeng ke kantornya. Gimana gak gondok coba?! ".
Nada mengusap-ngusap punggung sanabatnya itu. " Udah lo sabar aja. Lagian kan bang Arkan juga kerja buat lo sekolah, buat lo dapet fasilitas yang layak".
Bulan mengangguk-angguk mendengar nasihat Nada.
Tak lama bu Varida pun masuk ke dalam kelas Bulan. Membuat seluruh fokus hanya terpusat padanya. Bulan mencoba untuk konsentrasi pada pelajaran, walau berulang kali dia melamun.
1 jam terasa 1 abad bagi Bulan. Untuk pertama kalinya, dia begitu menginginkan untuk pergantian pelajaran. Karena setelah jam bu Varida adalah jam pak Sobur, guru olahraga.
" Yeah, akhirnya jam olahraga. Pusing gue di kelas mulu". Bulan merenggakan otot-otot nya.
Nada menatap Bulan seolah-olah Bulan adalah alien dari Mars. " Gak salah denger gue?, seorang Rembulan pusing belajar?, biasanya lo paling anti sama yang namanya olahraga".
"Yailah, Nad. Gue juga manusia kali". Bulan dan Nada berjalan menuju loker mereka untuk mengambil baju olahraga dan berganti baju di dalam kamar mandi.
Bulan dan Nada berjalan menuju lapangan outdoor basket yang telah diisi oleh teman mereka dan kelas lain.
Karena murid-murid SMA Harapan Bangsa yang banyak membuat setiap pertemuan pelajaran olahraga di isi oleh dua kelas sekaligus.
" Lan!, gue denger-denger kelas kita sekarang olahraganya bareng sama kelasnya kak Ari. Soalnya kelas yang sebelumnya minta ganti jadwal". Ujar Nada.
Bulan yang merasa mendengar nama Ari langsung menatap ke arah Nada." Yakin lo kelas kita bareng dia? ".
Nada mengangguk. Bulan mendesah kecewa. "Kenapa lo?, gitu banget denger nama Ari".
" Jangankan denger namanya, gue denger tapak kakinya aja udah eneg banget". Bulan dan Nada mengikuti gerakan pemanasan yang di instruksikan oleh pak Sobur.
" Apalagi gue!". Sebuah suara bariton mengagetkan Bulan dan Nada. Mereka menoleh dan menemukan Ari yang tengah mengikuti pemanasan dari pak Sobur sama seperti mereka.
Anjritt.. Gue kepergok lagi ngomongin dia.
" Apaan sih lo nyambung-nyambung aja kayak tiang listrik". Ucap Bulan sarkatis.
"Ari!, Bulan! ". Panggil Pak Sobur membuat keduanya sontak menoleh ke sumber suara.
" I-iya pak? ". Bulan menjawab takut-takut.
" Kalian berdua lari keliling lapangan 10 kali karena mengobrol saat pemanasan. Cepat lakukan!". Perintah pak Sobur.
Bulan menghela napas lalu mulai berlari mengelilingi lapangan yang disusul oleh Ari.
" Gara-gara lo nih!. Gue jadi dihukum". Gerutu Ari sambil menyejajarkan larinya dengan Bulan.
" Yailah baru juga 5 puteran udah ngeluh capek. Situ cowok apa cewek. Badan doang gede, tenaga mah kecil. Malu sama badan!!". Semprot Bulan pedas.
Ari terdiam lama sambil berlari. Dia berusaha menahan emosinya. Emang dasar nih cewek mulut mercon, kalo ngomong kagak pake saringan dulu.
Sesekali Bulan melirik ke Ari yang terdiam di samping nya. Jangan-jangan nih cowok bisu tiba-tiba?.
"kenapa lo? Mendadak bisu?". Tanya Bulan sambil terus berlari karena pak Sobur yang terus memperhatikan.
Ari hanya terdiam, tidak ingin membalas perkataan gadis songong disampingnya.
Bulan yang merasa tak perlu bicara lagi, juga terdiam hingga hukuman lari mereka selesai. Gadis itu mendekati sahabatnya yang tengah menunggu panggilan praktek bola basket dari pak Sobur.
"capek gue, njirr". Bulan terduduk disamping Nada. Dengan senyum diwajah, Nada menyerahkan sebotol air mineral pada Bulan.
" wah tau banget lo, nad. Gue lagi aus. Begini terus ya ampe gue lulus sekolah". Bulan membuka botolnya dan mengak isinya.
"mau lo itu mah". Nada mengedarkan pandangan. Matanya menangkap sesuatu yang aneh. Ia yang tengah berdiri menendang kecil kaki Bulan.
"apaan sih,nad?. Pake nendang -nendang segala?". Bulan bersungut sambil berdiri. Ia menepuk-nepuk celana olahraganya yang kotor dari debu.
" lo diliatin dari tadi sama kak Ari". Bisik Nada di telinga kanan Bulan. Secara otomatis, kepala Bulan menoleh ke arah kerumunan kelas Ari yang tengah berteduh dibawah pohon.
Mata tajam bak elang milik Ari menatap intens Bulan membuat gadis itu merasa risih. Mampus gue, eh- tapi kok gue jadi takut gini ama tuh orang? Apa gara-gara gue aduin dia ya? Tuh orang jadi dendam?.
Nada membalik tubuh Bulan dan mengajak gadis berlesung pipi itu berbisik." lo gak buat sesuatu yang aneh kan,lan?".
Bulan tersenyum penuh misteri."enggak. Gue cuma aduin aja ke nyokapnya kalo gue diusir dari kamarnya".
Nada sontak menjitak kepala sahabatnya itu." bego dasar. Lo ngapain lagi pake aduin dia segala. Kan tuh orang punya peluang besar buat bales dendam. Gue gak mau lo kenapa-kenapa".
Bulan mengendikkan bahu." lagian gue kesel. Gue kan minta bantuan buat ketemuan sama kak Angga, eh malah dikacangin. Kan kencan pertama gue sama kak Angga jadi gugur tuh. Yaudah gue lampiasin ke dia".
Nada mengeleng-gelengkan kepalanya mendengar jawaban Bulan. Entah apa yang ada dipikiran sahabatnya hingga melakukan hal yang menurutnya nekat .
# bacotnya author
Sorry buat kalian yang baca cerita ku. Aku jarang update. Soalnya lagi sibuk sama UN. Lagian aku juga sekolahnya yang berbasis asrama jadi gak boleh bawa barang elektronik sejenis handphone,laptop, dan semacamnya. Jadi, sorry banget ya buat kalian para readers matahari dan bulan.Intinya dont forget comment, vote and follow ya😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Sun And Moon(COMPLETED)
Teen Fiction|BUDAYAKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA YA| Dear, Saat aku yakin bahwa kamulah orang yang paling aku percaya. Namun, ternyata aku salah kamu malah membuatku kecewa dan sakit hati. Sebuah cerita yang mengisahkan seorang gadis yang terus menerus berh...