Hanya dengan melihatmu, itu sudah lebih dari cukup untukku
Bulan tersenyum puas menatap hasil kerjanya selama sehari penuh. Sudah 3 hari ini, ia pulang ke Indonesia dan selama itu pula ia juga mengonsumsi segal macam jenis obat, baik itu herbal ataupun yang diberikan oleh dokter Fero-dokter yang direkomendasikan oleh dokter Irene di Indonesia-.
Bulan tak ingin ada yang tau tentang penyakitnya, termasuk itu Arkan dan Ari. Oh ya, tentang Ari, sejak Bulan pulang kembali, cowok itu seakan-akan menjauhinya dan sudah beberapa kali ia melihatnya berbicara dengan Angga.
Malam ini, ia akan dinner bersama dengan Ari, anggap saja ini mengganti kehadirannya karena tak dapat hadir di ulang tahun Ari.
Dia sudah mendekorasi taman kompleknya seindah mungkin. Balon-balon yang menggantung indah di setiap lampu taman, meja makan dan kursinya yang sudah dihias agar ronantis, pita-pita yang ia pasang di sepanjang jalan setapak, juga lilin merah yang berada di tengah meja makan.
Setelah menghubungi Ari untuk datang dan memastikannya agar tidak terlambat, Bulan duduk di kursi meja makan sembari bersenandung, membayangkan seromantis apa dinner nya nanti.
Jam 8 tepat, Ari masih belumvjuga menghubunginya. Padahal mereka membuat janji jam 7. Bulan menelpon Ari dan hasilnya, suara operator-lah yang ia dengar.
Gadis itu tetap menunggu dengan sabar, tak ingin menghilangkan senyum di wajahnya. 2 jam berlalu, namun Ari tak kunjung menampilkan diri. Angin malam yang dingin mulai menusuk kulitnya, karena Bulan hanya memakai dress tanpa lengan.
Ia meremas kotak kado yang berada di tangannya. Bulan melirik arlojinya, jam 10 malam. Sudag 3 jam ia menunggu. Balon-balon yang sebelumnya menggantung indah mulai kehilangan udara dan jatuh, pita-pitanya pun mulai mengendur dari ikatannya, tak luput lilin merah pun padam.
Setelah bertarung dengan hati dan otakny. Akhirnya, tepat pukul 11 malam, dengan perasaan kecewa, Bulan meninggalkan taman. Ia berjalan lunglai di jalan setapak. Pikirannya penuh dengan cowok itu.
Mengapa, Ari tak datang?
Bulan tercekat, tubuhnya membeku di ujung jalan setapak, kala matanya menangkap dengan jelas pemandangan mengerikan di hadapannya. Karena kaca mobil itu terbuka, Bulan dapat melihatnya dengan jelas dan nyata, walau keadaan agak sedikit gelap.
Ari memeluk gadis yang waktu tidur dengan Angga.
Hatinya remuk, hancur sudah bayangan indah tentang hubungannya dengan Ari. Air mata itu sudah membentuk aliran di kedua pipinya. Dengan mengumpulkan sisa tenaganya, Bulan berlari menjauh dari ujung jalan setapak.
Ia terus berlari, tak peduli kini ia sekarang berada dimana. Tapi, yang pasti Bulan jatuh terduduk di dekat sebuah danau kecil yang memang sengaja dibuat. Ia menenggelamkan wajah diantara lutut dan lengannya. Isakan gadis itu berubah menjadi tangisan pilu.
Untuk kedua kalinha, ia dikhianati. Kedua kalinya, ia disakiti. Kepalanya mulai merasa pusing, pandangannya memburam, telinganya berdengung, tapi ia tak peduli. Suara kilat mulai terdengar, menandakan langit akan menumpahkan tangisnya, tapi gadis itu tetap tak peduli. Ia masih bergeming di tempatnya tanpa ada niat untuk beranjak.
Hujan mulai turun membasahi bumi, tubuh gadis itu basah kuyup. Astraphobia dan Nyctophobia nya mulai bekerja. Tubuhnya menggigil. Tiba-tiba gadis itu merasakan hujan sudah tak membasahi tubuhnya.
Bulan mengangkat wajahnya, melihat dokter fero yang tengah memayunginya dengan sebuah senyum di wajah tampannya. Dokter muda itu menyampirkan jaketnya di bahu Bulan dan membantunya berdiri.
![](https://img.wattpad.com/cover/170640837-288-k435680.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sun And Moon(COMPLETED)
Fiksi Remaja|BUDAYAKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA YA| Dear, Saat aku yakin bahwa kamulah orang yang paling aku percaya. Namun, ternyata aku salah kamu malah membuatku kecewa dan sakit hati. Sebuah cerita yang mengisahkan seorang gadis yang terus menerus berh...