Di langit yang engkau tatap, ada rindu yang ku titip. Engkau adalah seseorang yang ku kejar mati-matian sebelum akhirnya membuat jiwaku mati sungguhan
"Ah, yang bener lo? Hoax kali". Bulan tertawa lebar sembari menselonjorkan kakinya. Sama seperti kemarin, ia sedang berlatih basket dengan Angga. Dan baru saja Angga menceritakan aib-aib anak basket yang tak pernah ia ketahui.
Angga melemparkan sebotol minuman yang ditangkap Bulan. Gadis itu langsung meneguknya hingga setengah. "Lo masih mau lanjut latihan? ".
Bulan mengangguk. "Iya, soalnya minggu delan gue tes nya".
Angga ber-oh ria, dia manggut-manggut paham. Tiba-tiba wajahnya mendadak kaku lalu kembali seperti biasa.
"Eh, ga. Tapi, lo jangan bilang Ari ya kalo gue latihan bareng lo". Ujar Bulan.
Angga menaikkan sebelah alisnya. "Lho, kenapa? ".
"Ada deh alasannya, ribet gue jelasin".
Angga membentuk mulutnya menjadi huruf O. "Kalo gitu, kenapa lo gak ngomong aja? Mumpung orangnya ada disini. Ya gak, ri? ".
Bulan mematung. Ri?, maksudnya disini ada Ari? Gak mungkin, kan Ari lagi bimbel sekarang. Perlahan Bulan menoleh ke belakang dan menemukan wajah datar Ari. Bulan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Eh, ada Ari". Ari berjalan ke arah mereka. "Kamu gak bimbel? Hari kamis lho ini. Nan-"
Bugghh....
Tinju Ari mengenai pipi kanan Angga, membuat cowok itu sedikit terhuyung ke belakang. Ari mencengkram kerah baju Angga.
"Ngapain lo? Hah?!! Berani ganggu hubungan gue sama Bulan?!! ".
Angga ber-evil smirk. "Gue cuma mau ngajarin dia doang. Trust me".
Ari maju dan memberikan kembali satu bogem mentah pada pelipis kanan Angga, darah sedikit mengucur dari sana karena robek. Ari tak memberi Angga kesempatan. Ia memukul wajah Angga lagi.
Angga membalas Ari dengan memberikan satu pukulan di perut Ari. Jika berhubungan adu jotos, ia pasti akan kalah dengan Ari. Bulan tak mampu melihat perkelahian itu lebih lama lagi.
"Ari cukup! Angga udah babak belur! ". Bulan mencoba melerai keduanya dengan menarik tubuh Ari menjauh dari Angga. Tetapi Ari sama sekali tak bersuara apapun. Gadis itu kewalahan menahan Ari yang masih terus memukuli Angga.
Ari sama sekali tidak menoleh pada Bulan. Wajah cowok itu mengeras sambil menatap Angga. Ada sebersit perasaan kecewa saat mengetahui Bulan bersama Angga dan gadis itu tak memberitahunya melainkan orang lain lah yang memberitahunya.
"Inget, sekali lagi lo ketemu dia, abis lo sama gue. Camkan!!!! She Is My Mine!! ".
🌚🌚🌚
Bulan menghela napas, ia sibuk mengobati luka memar di wajah Ari. Ari sama sekali belum menoleh pada gadis di sampingnya. Matanya hanya memandang lurus ke depan.
"Ri, udah dong ngambeknya. Kamu marah aja deh daripada diem. Aku siap dimarahin sama kamu". Bulan menutup kotak P3K. Mereka sekarang tengah berada di UKS.Ari masih terdiam. Ia masih belum menjawab perkataan Bulan. Di otaknya terus berputar pertayaan yang sama. Kenapa Bulan mau diajari Angga?
"Kamu kenapa mau diajarin Angga? ". Akhirnya Ari membuka suaranya setelah lama mendiamkan Bulan.
Bulan tersenyum bahagia. "Kan kamu bimbel, aku harus diajarin siapa dong kalo bukan Angga? ".
"Kan ada Abel. Aku udah minta tolong dia buat ajarin kamu". Ari mengerucutkan bibirnya.
"Dih.. Gak mau Abel mah. Galak dia, nanti aku diapa-apain lagi".
"Tapi, Angga lebih berpotensi ngapa-ngapain kamu".
Bulan terkekeh. "Trust me. Aku sama Angga cuma latihan doang, gak ada apa-apa. Lagian, aku gak bakal bisa lari dari seorang Matahari Apollo". Ia mengakhiri ucapannya dengan senyuman. Membuat Ari percaya pada gadisnya. Ari mengangguk.
"Yaudah, pulang yuk". Bulan bangkit dari posisinya, ia berjalan mendahului Ari.
Cowok itu menatap punggung gadisnya. Tanpa gue sadari, dia udah menjadi bagian tak terpisahkan dari diri gue, gue takut kehilangan dia melebihi apapun. Dan gue janji, gue gak bakalan biarin dia pergi sekalipun.
🌞🌞🌞
Angga pulang ke apartemennya dengan wajah penuh luka. Zohal yang menyambut Angga terkejut melihat wajah Cowok itu yang babak belur. Ia mendudukkan Angga di sofa dan segera mengobati luka-lukanya."Kamu abis ngapain sampe bonyok kayak gini? ". Raut wajah khawatir Zohal tercetak jelas membuat Angga tersenyum tipis.
"Abis dihajar Ari gara-gara deketin pacarnya". Jawab Angga santai. Ia meringis kecil saat Zohal menekan lukanya.
"Ngapain kamu deketin pacar Ata? ". Tanya Zohal. Ia masih fokus mengobati luka yang robek di pelipis Angga.
"Ngajarin pacarnya main basket. Kasian, si Ari sibuk bimbel jadi dia gak ada yang ngajarin". Sambungnya.
Zohal ber-oh ria. "Pacarnya yang waktu itu aku liat di parkiran, bukan? ".
Angga mengangguk."lebih tepatnya, pacarnya itu cewek yang waktu itu mergokkin kita".
Zohal terkejut. Jangan bilang, ia menyakiti seseorang lagi? Oh tidak, setelah menyakiti Ari, sekarang ia menyakiti pacar Ata. Zohal berusaha tersenyum, ia harus terus tersenyum bila bersama Angga.
"Ga, kapan-kapan kenalin aku dong sama dia. Aku mau ketemu". Pinta Zohal.
Angga menaikkan sebelah alisnya. Mempertemukan Bulan dengan Zohal? Itu sih sama saja dengan membangunkan singa yang tidur.
"Oke, nanti coba aku tanya dia". Jawab Angga, ia tak bisa menolak binar penuh harap milik Zohar.
"Dah, selesai! ". Zohal merapikan kembali alat-alat yang ia pakai untuk mengobati Angga.
Angga mengangguk. Ia berterima kasih pada gadis itu karena sudah mengobatinya.
#bacotnyauthor
Ah... Sorry ya readers. Sedikit ya. Sumpah ide lagi buntu, gak tau pada lari kemana. Tapi, semoga aja chapter selanjutnya lebih baik lagi deh. Jangan lupa Vomment nya guys..... Kalo bisa follow.Share juga cerita ini ya, biar tambah rame. Kalo banyak yang tanggepin aku jadi lebih semangat updatenya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sun And Moon(COMPLETED)
Подростковая литература|BUDAYAKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA YA| Dear, Saat aku yakin bahwa kamulah orang yang paling aku percaya. Namun, ternyata aku salah kamu malah membuatku kecewa dan sakit hati. Sebuah cerita yang mengisahkan seorang gadis yang terus menerus berh...