#62.

10.8K 1K 268
                                    


Adakah yg minta sekuel Violet setelah cerita ini tamat? Tolong komen.

•••

Ace berkali-kali mengumpati pengendara lain yang menurutnya lambat, bahkan dia tidak segan-segan memberi jari tengah kepada orang-orang yang ia salip. Sedangkan Zeevana berusaha menghentikan tangisan Violet, Rega memangku kepala Fira di pahanya. Lima menit lagi mereka akan sampai di Rumah Sakit.

Seumur-umur, Rega tidak pernah melihat Fira terluka apalagi sampai seperti sekarang. Pasti ada yang salah dengan pisau yang Delano gunakan, pikir Rega. Fira kembali sadar, meskipun dengan mata yang terbuka sedikit.

"K-epal-a ak-u s-sakit" Rintih Fira. Rega mengecup seluruh wajah istrinya, merapalkan kata-kata yang membuat Fira lebih tenang.

"Ace, kau membawa pisau tadi kan?" Tanya Rega, Ace mengangguk.

Mereka sampai di Rumah Sakit, dengan cepat Rega membopong tubuh lemah istrinya. Berteriak memanggil suster dan dokter, salah satu suster membawakan brankar. Kemudian keempat suster lainnya mendorong brankar secara bersamaan, Ace dan Rega membantu mendorong brankar.

Fira dimasukkan kedalam ruangan IGD, Ace dan Rega terpaksa menunggu diluar karena mereka tidak diperbolehkan masuk. Zeevana terus mengusap air mata yang mengalir di pipinya, Violet juga tidak berhenti menangis. Dengan senyum paksa Rega mengambil Violet dan bercanda dengan bayinya. Bayi itu berhenti menangis, menatap polos Rega yang sedang mengusap pipinya yang basah.

"Mama mama" Celoteh Violet. Rega menggesek hidungnya dengan hidung Violet.

"Mama lagi tidur sebentar, Violet tidur juga ya?" Violet tertawa sambil bertepuk tangan. Bayi itu kemudian menguap kecil, Rega menutup mulut bayinya dengan tangan besarnya. Dengan perlahan, mata bulat kecil itu tertutup.

"Pa, Mama pasti baik-baik saja kan?" Tanya Zeevana dengan suara serak. Ace memeluk adiknya dengan erat.

"Mama kita kuat kok, dia pasti bisa melewati ini" Ucap Ace menenangkan Zeevana yang semakin terisak. Rega menatap anak-anaknya prihatin, entah kenapa. Tapi perasaannya gelisah membuatnya tak nyaman. Ada sesuatu yang menganggunya.

Tiga jam kemudian, pintu IGD masih setia tertutup selama tiga jam. Membuat perasaan gelisah Rega semakin meningkat. Irfan, Kinan, Robin, Luna, Mark, dan Yuri. Datang dua jam yang lalu, mereka sama-sama gelisah. Belum pernah mendengar Fira terluka, dan itu semakin membuat semua keluarga khawatir.

Lampu merah diatas pintu ruangan kini telah berganti menjadi hijau, jantung mereka berpacu dengan cepat. Menunggu dokter yang akhirnya keluar dari ruangan, wajah sedih sang dokter membuat semua keluarga diam.

"Maaf–" Dokter menghentikan ucapannya. Menghela nafas pelan dan kembali bersuara.

"Kami tidak bisa menolong Nyonya Fira, beliau meninggal"

Hening. Hanya suara jam tangan Rega yang terdengar dalam kesunyian malam itu, semuanya terdiam. Mencerna perkataan dokter yang mengobrak-abrik perasaan mereka semua. Tidak ada yang bicara, bahkan ketika Rega masuk kedalam ruangan dan berteriak memilukan. Isak tangis mulai terdengar dari Zeevana, gadis itu melangkah pelan masuk kedalam ruangan. Melihat tubuh Ibunya yang tertutupi kain putih.

"Ini pasti mimpi" Gumam Zeevana. Ia tersenyum dan mendekat ke tubuh Fira.

"Mama pasti bercanda kan? Gak lucu tau Ma, Zeevana lagi gak mau tertawa"

"Mama!" Zeevana tiba-tiba berteriak dan mengguncang tubuh Fira. Gadis itu seperti kehilangan kesadaran, terus berteriak dan mengguncang tubuh Fira.

A & Z ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang