#60.

11K 960 68
                                    


Konflik dimulai. Are you ready guys?

*———*

Zeevana langsung merapikan berkas-berkas dihadapannya saat jam sudah menunjukkan pukul tiga sore, jadwal untuk semua pegawai pulang ke rumah masing-masing. Dengan penuh semangat Zeevana membuka pintu ruangan dan berlari menuju ruangan Ace berada. Ia melihat Jennie di tempat kerjanya, tepatnya didepan ruangan Ace berada. Tanpa menghiraukan Jennie, Zeevana langsung masuk ruangan Ace.

"Kakak! Ayo pulang!" Ace terlonjak kaget, ponselnya hampir saja jatuh jika dia tidak cepat menangkapnya. Mengelus dada sabar, Ace tersenyum lembut kearah Zeevana dan merapikan meja kerjanya sebelum pulang.

"Ayo!" Seru Ace sambil mengulurkan lengannya kepada Zeevana. Dengan cepat Zeevana memeluk lengan Ace dengan erat dan juga semangat. Mereka berdua keluar dan melihat Jennie yang tengah menenteng tas jinjingnya.

"Ace, sudah mau pulang?" Tanya Jennie sambil tersenyum. Zeevana mendengus pelan, ia ingin segera pulang. Tapi nenek lampir Jennie menghadang mereka berdua dengan senyum menyebalkan.

"Iya, kau juga mau pulang kan? Dengan siapa?" Tanya Ace. Niatnya hanya berbasa-basi. Tapi pertanyaannya membuat sebuah lampu muncul diatas kepala Jennie.

"Aku memang mau pulang, tapi sepertinya sopirku belum datang" Jawabnya. Zeevana bersorak dalam hati, memberi jempol kepada alasan yang Jennie buat. Karena memang dalam mode lemot, Ace dengan polosnya berkata.

"Mau aku antarkan?" Pelukan Zeevana di lengan Ace mengerat. Memaki kebodohan Ace berulang kali. Tentu saja Jennie menerima ajakan Ace dengan anggukan dan juga kedua mata penuh binar. Zeevana bertanya dalam hati. Apa pizza tadi dicampuri oleh obat lain? Kenapa kak Ace menjadi goblok? Kemana IQ 169 itu? Apa hilang? Apa sekarang sudah pindah ke otakku? Oh yatuhan. Aku harap itu tidak terjadi!.

Jennie berjalan dibelakang Ace dan Zeevana, senyum miring menghiasi wajahnya yang terlihat angkuh. Tunggu saja, Ace akan segera berpaling kepadaku. Akan kubuat Ace membenci Kayla, atau sebaliknya?

*———*

Fira membuka pintu mansion dengan kasar, Rega menutup kedua kuping Violet saat suara pintu tadi menggema didalam mansion. Fira berjalan menuju lantai atas, tujuannya adalah kamar Delano. Ia membuka pintu kamar Delano, tapi sepertinya pemilik kamar sedang keluar.

"Carina!" Panggil Fira dengan berteriak. Tapi pemilik nama tidak menyahut.

"Sudahlah Fir, lebih baik kau istirahat dulu. Violet juga sedang haus" Fira mengatur nafasnya yang memburu, ia menghela nafas pelan. Menatap putri kecilnya yang tengah mengulum jari-jari mungilnya sambil menatap polos kearahnya.

"Violet lapar ya?" Tanya Fira sambil menggendong Violet. Bayi itu memeluk leher Fira dan menggumam tidak jelas. Fira menyuruh satu pelayan untuk membuatkan bubur bayi, karena Violet pasti lapar. Sambil menunggu bubur, Fira memberikan ASI terlebih dahulu.

Rega membuka jas yang ia pakai, dan menggantungkannya menggunakan hanger di dalam lemari. Kemudian ikut duduk di ranjang memperhatikan Violet yang asik minum. Sambil memainkan rambut Fira. Pintu diketuk dari luar, Rega segera membukanya dan berterima kasih kepada pelayan wanita paruh baya. Rega mengaduk bubur bayi rasa ayam itu. Kemudian memberikannya kepada Fira.

"Kau tidak makan?" Tanya Fira.

"Kita makan bersama, setelah Violet makan" Jawab Rega. Fira mengangguk mengerti, ia meniup pelan bubur milik Violet.

Kejanggalan terjadi, Fira mencium bau bubur tersebut. Matanya melotot, kemudian wanita itu melangkah kasar menuju lantai bawah.

"Bi Roffi!"

"Iya nyonya?" Tanya wanita paruh baya tersebut, badannya gemetar ketakutan. Rega berlari menyusul Fira yang tengah meledak, ia mengambil Violet dari gendongan Fira karena bayi itu hampir menangis saat mendengar teriakan Fira.

"Siapa yang membuat bubur ini?"

"Maaf nyonya, yang membuatnya adalah pelayan baru. Kebetulan saya tadi sedang belanja ke supermarket"

"Dimana dia sekarang?"

"Di taman belakang mansion nyonya" Fira berlari dengan cepat menuju taman belakang mansion. Nafasnya memburu, wajahnya memerah menahan amarah.

"Dimana pelayan baru?!" Tanya Fira menghentikan dua pelayan yang tengah bercanda. Sontak kedua pelayan tersebut menghentikan acara canda mereka, kemudian menunduk takut saat melihat kilatan amarah dari mata nyonya mereka. Sebelum langkah Fira sampai di tempat kedua pelayan itu, salah satu pelayan mengambil sesuatu dari balik bajunya. Membuat Fira menghentikan langkah dan waspada, pelayan tersebut tersenyum miring dan meminum sebuah pil.

Fira berlari menuju pelayan tersebut, tapi terlambat. Pil telah ditelan, dan tubuh pelayan itu ambruk di rumput halus.

"Sialan!" Maki Fira sambil menancapkan ujung high heelsnya di perut mayat pelayan tersebut. Sontak satu pelayan yang ada disana memekik takut, melihat darah yang muncrat dari perut temannya.

"Dari awal aku sudah curiga dengan pelayan ini. Rega! Bisa kau ambilkan data-data milik pelayan ini?" Rega mengangguk.

"Tunggu sebentar" Rega pergi entah kemana. Seorang laki-laki masuk dan berdecak malas. Sebelum Fira berucap, laki-laki itu memotongnya terlebih dahulu.

"Aku sudah tahu, aku akan membersihkan mayat ini" Ucap Irfan. Fira menggeleng, membuat Irfan mengernyit heran.

"Panggil saja Edward" Irfan mengangguk. Tidak lama datang anjing husky yang memiliki badan besar dan kuat. Fira mengelus bulu-bulu halua Edward dengan sayang.

"Eat this corpse!" Perintah Fira. Seolah mengerti, anjing husky itu langsung memakan mayat pelayan tadi. Membuat beberapa pelayan yang baru datang memekik jijik.

Rega datang sambil membawa sebuah berkas yang berisi data milik pelayan tadi, Fira dan Irfan membacanya bersama.

"Aku rasa ada yang janggal dengan alamatnya" Ucap Irfan yang diangguki oleh Fira. Wanita itu kemudian mengusap tulisan yang berisi alamat milik mayat pelayan dengan kukunya, kertas tipis mulai mengelupas dan memperlihatkan alamat yang asli.

"Dia dari Cardiff, kota sebelah. Bisakah kau mengeceknya?" Pinta Fira. Irfan mengangguk dan mengambil berkas tersebut dan pergi meninggalkan mansion Fira.

Fira melihat Edward yang masih makan, mayat pelayan tadi sudah tidak terlihat seperti manusia. Karena daging ditubuhnya sudah dimakan oleh Edward, menyisakan tulang-tulang yang dilumuri oleh darah.

"Edward! Done, you can play with you're friends" Ucap Fira sambil mengelus bulu Edward. Anjing itu langsung berlari keluar dari mansion dengan semangat, dan bermain bersama anjing lainnya.

"Bereskan tulang-tulang itu!" Perintah Fira kepada pelayan yang masih muda. Pelayan tersebut mengangguk patuh.

Fira segera melangkah menuju dapur, membuatkan bubur baru untuk Violet. Ia mengecek dapurnya, mencari wadah racun yang pelayan tadi taruh di bubur milik Violet. Tapi tidak ada, mungkin pelayan tadi membakarnya. Rega berjalan menuju lantai atas, sambil menimang Violet yang sepertinya sedang mengantuk.

Seseorang membekap mulut Fira dari belakang. Fira menoleh dan meninju perut orang tersebut.

"Awws"

"Delano! Apa yang kau lakukan?"











Tbc.

Hiyahiyahiya part ini sedikit. Next part ciki usahain lebih dari dua ribu kata oke?  :)

A & Z ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang