#64.

11.5K 1K 82
                                    


Violet merangkak menaiki tangga, ketiga pamannya menjaga bayi tersebut dari belakang. Karena sepertinya Violet sedang ingin berusaha sendiri, sedari tadi bayi itu terus menangis saat di gendong.

"Ji ji ji" Violet sudah sampai di tangga paling atas. Sebuah keajaiban karena sepertinya Violet tidak merasa lelah sekalipun. Bayi itu kembali merangkak menuju pintu kamar Zeevana. Dengan tangan mungilnya ia mengetuk pintu kamar Zeevana.

"Ji ji ka ka" Celotehan tersebut tidak menghasilkan apapun. Karena pintu sedari tadi belum dibuka. Karena tidak tega melihat Violet terus memandang pintu, Irfan membuka knop dan memutarnya. Bisa mereka lihat Zeevana yang tengah tertidur pulas dengan selimut tebalnya.

"Kak Zee lagi tidur, Violet main sama uncle aja ya?"

"Ji ji" Bayi itu kembali merangkak menuju ranjang. Irfan menghela nafas dan membuntuti bayi itu. Geo dan Farrel juga pasrah dan mengikuti Princess Zevallo. Irfan menggendong Violet dan menaruh bayi itu disamping Zeevana.

"Ji ji ji ji" Violet berceloteh diiringi nada kecil. Tangan mungilnya menarik baju yang dikenakan Zeevana. Merasa terganggu, Zeevana bangun dan mengusap matanya.

"Maaf Zee, sepertinya Violet ingin bermain denganmu" Ucap Geo yang diangguki Irfan dan Farrel.

"Baiklah, aku akan bermain dengan Violet. Paman-paman bisa pergi"

"Baiklah" Jawab ketiganya. Ketiga paman itu langsung keluar kamar dengan wajah lega. Kecuali Irfan, laki-laki itu berjalan paling belakang. Matanya menatap kedepan, tapi pikirannya melayang entah kemana. Aku melihat setetes darah di dekat jendela, tapi darah siapa?.

"Irfan!" Irfan tersentak dari lamunannya saat Geo membentaknya.

"Apa yang kau pikirkan?" Tanya Geo. Irfan menggeleng, tidak mungkin dia mengatakan apa yang ia lihat tadi. Karena dia akan menyelidikinya sendiri.

***

Zeevana mencubit kedua pipi Violet dengan gemas, membuat bayi itu tertawa dengan senangnya. Zeevana berhenti tertawa, gadis itu berlari menuju toilet sambil menutup mulutnya. Mual, ingin muntah. Itu yang dirasakan oleh Zeevana. Sampai di toilet, ia tidak mengeluarkan apa-apa. Hanya cairan putih.

Zeevana keluar dari kamar mandi dan menghampiri Violet, membuang pikiran buruknya jauh-jauh. Pintu kamar tiba-tiba terbuka, menampilkan Ace yang sedang mengusap kasar rambutnya.

"Zee"

"Hm?"

"Kau sudah dengan kabar?"

"Kabar apa?"

"Tentang Delano"

"Delano? Tentu saja, dia membunuh Mama kan?"

"Bukan, Delano meninggal." Ace mengutuk mulutnya yang tiba-tiba mengeluarkan kata-kata tersebut. Tapi bukan sebuah tangisan yang Ace lihat, melainkan Zeevana yang menutup mulutnya dan berlari menuju toilet. Berbagai macam pikiran melayang di otak pintar Ace. Laki-laki itu berlari menyusul Zeevana, dan melihat Zeevana yang memuntahkan isi perutnya.

"Jawab dengan jujur, apa kau berhubungan badan dengan Delano?" Nada yang dilontarkan Ace memang terdengar pelan. Tapi mampu membuat Zeevana bergetar ketakutan.

"JAWAB ZEE!"

"I-iya"

"Kapan?"

"D-dua bulan yang lalu"

"Kau–" Ace menunjuk wajah Zeevana dengan wajah merah padam. Kemudian mengusap kasar wajahnya. Ace membuka pintu kamar mandi, dan melihat Violet yang berada didepan pintu tengah menatapnya polos.

A & Z ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang