#8.

16.2K 1.3K 92
                                    


Suara tangisan bayi menggema diseluruh koridor rumah sakit, kedua mata Natasya yang terpejam langsung terbuka saat mendengarnya, ia melepas pelukan Irfan dan segera berdiri dari duduknya. Berusaha melihat apa yang terjadi didalam ruangan melalui pintu kaca ruangan. Tangannya gemetar, air matanya kembali turun. Anak sahabatnya menjadi yatim karena kesalahannya, ia tidak pantas diampuni. Natasya tidak akan menyesal jika ia membunuh laki-laki lain kecuali orang yang dicintai sahabatnya.

Pintu ruangan dibuka oleh Natasya tanpa menunggu perintah, siapa yang akan memarahinya. Bahkan ia bisa membeli rumah sakit ini sekarang juga. Natasya mencoba untuk tersenyum walaupun sangat susah sekali untuk ia lakukan. Carina ikut tersenyum saat melihat sahabatnya tersenyum, kemudian disusul Irfan dibelakang Natasya. Salah satu suster yang akan menegur Natasya menutup kembali bibirnya dan menelan ludah kasar saat melihat mata biru itu menatapnya tajam.

Natasya mati-matian menahan tawa saat melihat wajah Reyhan yang memerah, bahkan ia bisa melihat rambut Reyhan disela jari-jari Carina. Apalagi cakaran yang ada ditangan Reyhan.

"Tertawa saja sepuasmu, aku tidak melarang kok" sinis Reyhan kepada Natasya, Carina juga ikut tertawa geli melihat wajah Reyhan yang juga ikut berkeringat.

"Maafkan aku Rey" ucap Carina sambil mengusap dahi Reyhan yang berkeringat. Reyhan diam mematung, ia merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya. Natasya yang melihat hal tersebut tertawa licik. Hehe, sepertinya menjodohkan mereka akan terlihat lebih baik. Bisik Natasya dari dalam hati yang paling dalam.

"Aku boleh menggendong bayimu?"

"Tentu saja"

Lalu Natasya menggendong bayi Carina, kulit bayi itu terlihat merah dan pasti saat besar nanti akan sama dengan kulit Carina.

"Tampan ya, matanya bulat. Btw namanya udah kamu siapin belum?"

"Delano, Delano Justin Cromwell"

Natasya terdiam, anak sahabatnya tidak memakai marga milik ayahnya. Bukankah hidup Carina mirip dengannya? Natasya memakaikan marga milik dirinya sendiri, bukan milik Rega. Padahal mereka masih menjadi suami istri.

"Jangan dipikirkan Fir, aku sudah mengikhlaskannya. Dan jangan merasa bersalah seperti itu, semuanya salah. Jangan merasa tertekan sendiri"

Natasya mengangguk dan mengusap air matanya yang jatuh dengan kasar. Reyhan menatap Carina dengan tatapan lembut. Aku tidak menyangka ia orang yang pemaaf, aku bahkan berpikiran yang tidak-tidak tentangnya.

"Aku yang akan menanggung hidupmu Rin" ucap Natasya tapi Carina menggeleng dengan kuat.

"Tidak, kau cukup menanamkan saham kepada kantor kecilku"

"Aku sudah melakukannya tanpa kau suruh"

Carina menangis terharu begitu juga dengan Natasya, mereka berdua bahkan tidak menghiraukan para suster dan satu dokter yang menyimak sedari tadi.

"Aku rasa kau harus menginap dimansionku untuk sementara, sampai kau merasa baikan. Aku ingat kau tidak suka berada lama-lama dirumah sakit"

Carina hanya bisa mengangguk mengiyakan, menolak pun tidak ada gunanya. Ingatkan kalau Natasya adalah orang paling keras kepala didunia.

"Hah, kau langsung pulang?!" tanya Reyhan terkejut.

"Dia akan dirawat dimansion, bahkan perawatannya akan lebih baik dilakukan dimansion. Kenapa kau sangat terkejut Reyhan?"

"T-tidak, aku hanya b-bertanya saja"

"Dokter, bolehkan?"

"Tentu saja nona, kenyamanan lingkungan juga penting untuk kesehatan pasien"

"Terima kasih dok, sejujurnya kalau kau tadi menjawab tidak boleh aku akan membeli rumah sakit ini sekarang juga"

Dokter hanya bisa tersenyum dan mengangguk canggung, tidak tau menahu sedang berhadapan dengan siapa sekarang ini.

"Reyhan, tolong gendong Carina menuju mobil ya?"

"Baik tuan putri"


-A&Z-


Rega menatap mansion dihadapannya dengan menelan ludah kasar, ia tau ini adalah keputusan yang tepat untuknya. Jika ia akan mati ditangan para kakak Fira pun ia akan rela setelah melihat kedua anaknya, yang penting ia bisa menyentuh dan melihat wajah anak-anaknya barang satu menit. Bayu yang berada disampingnya sebenarnya juga takut, tapi demi teman apapun akan ia lakukan. Mereka berdua melangkah dengan pelan dan mulai menekan bel pintu mansion.

Seorang lelaki yang lebih tinggi dari Rega membukakan pintu dan menatap datar Rega dan Bayu, tanpa bicara ia melangkah masuk kedalam mansion. Merasa tidak ada yang mengikutinya, Farrel menghadap kebelakang dan mengangkat satu alisnya.

"Ada apa? Silahkan masuk" ucapnya sambil tersenyum tipis, tipis sekali sampai Rega merasa tidak melihat senyuman itu. Berbeda dengan sambutan hangat Farrel, satu orang lagi menatap mereka berdua dengan datar. Sangat datar dan terkesan dingin, apalagi alis tebalnya membuat ia semakin terlihat sangar.

"Ada apa?" tanya Geo sambil menepuk-nepuk bokong Zeevana yang tengah menatap Rega tanpa kedip, tidak ada yang tau kalau jantung anak itu berdetak kencang. Seperti merasakan hubungan antara ayah dan anak. Rega menatap kedua anak itu dengan tatapan lembut, ingin sekali menggendong kedua anaknya sekarang juga, apalagi melihat binar dimata Zeevana membuatnya meneteskan air matanya dan ia segera mengusapnya kasar.

"Aku ingin minta maaf kepada Fira, bukan hanya Fira. Semuanya, aku ingin minta maaf yang sebesar-besarnya. Aku salah, aku tau itu. Karena itu tolong beri aku kesempatan untuk menebus kesalahanku, dan jika kalian akan membunuhku pun aku rela. Yang penting kalian memberikan aku waktu untuk bersama Fira dan anak-anakku"

"Kau-"

"Tunggu apa yang akan ditentukan Fira, jika ia memilih untuk membunuhmu maka kau harus rela dan berserah diri. Dan jika ia menyuruhmu untuk pergi, kau juga harus rela. Itu kesalahanmu, kau harus berani menanggung apapun itu"

"Dimana dia?"

"Sedang pergi"

"A-apa aku boleh menggendong mereka?" Farrel memberikan alih gendongan Ace kepada Rega. Rega menerimanya dengan senang hati. Air matanya menetes tanpa henti saat merasakan bagaimana tubuh gembul itu berada dalam gendongannya. Ia memohon pada tuhan untuk menghentikan waktu barang sebentar saja, ia ingin memeluk anaknya terus menerus. Tangan mungil Ace menyentuh hidung Rega dan kemudian menyentuh mata Rega, tangannya berhenti dimata Rega, Rega memejamkan mata merasakan bagaimana tangan mungil itu menyentuh matanya dengan lembut.

"Papa"

Tangis Rega pecah seketika, ia langsung memeluk Ace dengan erat dan bergumam lirih. Farrel menghadap keatas agar air matanya tidak ikut jatuh mengenai pipinya. Ia juga orang tua, ia tau bagaimana rasanya mendengar anaknya mengatakan kata-kata tersebut untuk pertama kalinya. Entah apa yang terjadi, hati Geo sedikit melunak melihat hal tersebut. Ia kemudian berdiri dan menyerahkan Zeevana ketangan kanan Rega lalu kembali duduk ditempatnya. Rega melihat mata Zeevana yang mirip dengannya, sangat mirip.




"Mama pulaaaaang~"









Tbc

Voment plis deh ya❤

A & Z ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang