7. Tugas dimulai

13.4K 845 6
                                    

Pak Hasan baru memberitahuku setelah aku kembali ke pantry bahwa tugasku membersihkan ruangan pak Pram setiap hari dan semua keperluannya dari makan minum dan semua kenyamanan di ruangannya. Semua itu tanpa digaji selama dua bulan. Aaaargh. Mimpi apa aku semalam. Nasib...nasib.

Impian membeli sepatu baruku sirna. Untuk meminta uang lagi ke umi aku nggak berani. Beliau pasti bertanya uang yang sudah diberinya kemarin dipakai untuk apa kalau sepatu nggak jadi beli. Aaaaaaa !!! Semua ini karena Pramudya sialan itu. Umpatku kesal. Aku benar-benar benci dengan manusia satu itu.

Hari ini aku datang pagi sekali, setelah kulkasnya ku bersihkan kemarin hari ini sudah penuh dengan isi yang baru. Makanan dan minuman sebanyak ini emang dia yang konsumsi apa. Isi kulkas yang kemarin aja banyak yang kadaluarsa. Mubazir aja. Sikap mubazir itu temannya syaiton. Eh aku nggak bilang kalau dia syaiton lho. Hahaha.

Pertama aku akan mengepel lantai ruangannya. Ugh rumahku aja jarangku pel, lha ini ngepel kantor orang. Nasib-nasib daripada pengangguran nggak jelas juntrungan. Aku nggak bilang ke umi kalau kerjaku di hotel sebagai OG, wah bisa diomelin seharian mending bantuin beliau di toko.

Sambil mengepel, biasalah aku sambil membayangkan pekerjaanku yang makin lama makin membosankan. Ini mah nggak ada bedanya jadi babunya si Pramudya itu. Aku mundur-mundur sambil mengepel.

Bughhh!! Aku menabrak dan menginjak sesuatu, kayaknya bukan pintu masuk deh yang ku tabrak. Aku berbalik dan melihat objek yang ku tabrak. Mataku membulat.

“Pak Pram!! Maaf pak” aku menutup mulutku melihat wajahnya sedikit meringgis. Oyah rupanya yang kuinjak tadi adalah kakinya.

“Kamu itu bisa ngepel nggak sih” gerutunya kesal lalu berjalan ke kursinya.

“Bisa, pak. Kan bapak yang ada di belakang saya, harusnya bapak yang menghindar ketika melihat saya ngepel” sela ku tak mau disalahkan.

“Kamu itu ya...”ujarnya geram.

Situ aja yang ngelamun kali...kok nggak bisa lihat orang lagi ngepel.

“Eh..bunga di mejaku ini cepat diganti dengan yang baru. Nggak lihat apa udah layu kayak gini” perintahnya.

“Baik pak direktur yang terhormat. Saya selesaiin dulu tugas mengepel ini” kataku menahan emosi.

Setelah selesai aku langsung keluar dari ruangannya.

Continue

Paradise (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang