15. Menikah dadakan

15K 910 7
                                    

“Baiklah karena nanti siang akad nikah Fathur, jadi akad nikah Pram dan Lovi dilakukan secara agama saja. Secara negara kita urus nanti setelah kembali dari Yogya” ujar pak Haya.

“Iya mas” kata pak Chandra setuju.

“Ayo Pram” ajak pak Haya.

“Pramudya Putra Haya, Saya kawinkan dan nikahkan anak saya Lovita Chandra dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang 10 juta dibayar tunai” ucap pak Chandra.

"Saya terima kawin dan nikahnya Lovita Chandra dengan mas kawin tersebut dibayar tunai” balas Pram lantang.

“Alhamdulillah, sekarang kalian udah sah secara agama sebagai suami istri, mau tidur sekamar juga nggak apa” ujar pakde. Pram hanya tersenyum kecil.

Lovita Pov

Aku masih terisak di dalam kamar. Entah apa yang terjadi di bawah sana. Sepertinya tidak ada pertikaian. Pintu kamarku diketuk. Bude Ningsih dan umi masuk menemuiku.

“Nduk, udah nggak usah nangis lagi” ujar bude mengusap punggungku.

“Lovi, Pram sekarang udah jadi suamimu. Kamu nggak usah malu lagi” sambung umi.

Aku tercengang. Bagaimana mungkin. Ini pasti mimpikan. Tidak..aku tidak mau jadi istrinya. Tapi dia sudah melihat auratku dan aku juga sudah memeluknya.

“Ternyata walaupun Fathur udah mempersiapkan pernikahannya hampir 3 bulan, kalau jodoh bisa dalam hitungan menit ya, sekarang udah ada yang resmi jadi suami istri” ujar bude menggodaku. Aku tersenyum kecut.

Aku tidak berani menceritakan kepada mereka kalau aku dan pak Pram sebenarnya sudah saling kenal.

“Mba kita keluar dulu, itu ada Pram mungkin mereka mau ngobrol untuk saling kenal” sela umi.

Aku melihat ke arah pintu kamar pak Pram berdiri disana. Mata kami bertemu. Dia masuk setelah bude dan umi keluar lalu menutup rapat pintu kamar. Jantungku berdetak kencang. Apa yang mau dia lakukan.

“Maaf jika kamu tidak berkenan, mereka semua mendesakku untuk bertanggung jawab” katanya.

“Oh..jadi pak Pram terpaksa menikah denganku. Kenapa pak Pram tidak menolaknya saja” kataku marah membelakanginya. Memangnya siapa yang mau jadi istrinya.

“Lagian kamu juga ngapain ada di kamarku. Mana aku tahu kalau ada kamu disini”

“Bapak juga ngapain ada disini. Bude Ningsih yang menyuruhku tidur di atas. Mana aku tahu juga kalau kamar ini ada yang punya. Emang Gue Pikirin”  dengusku kesal.

“Bude Ningsih itu kakak dari mamaku. Kalau aku menginap di rumahnya aku  selalu tidur di kamar ini. Meskipun kamu kunci dari dalam aku tetap bisa masuk karena ada kunci cadangannya” jelas pak Pram ikut kesal.

Ya Tuhan jadi bude Ningsih itu keluarganya. Artinya aku yang tamu disini. Aaaargh. Menyebalkan. Aku memasang aksi diam. Percuma debat dengannya aku tidak akan menang.

“Sudahlah...semuanya toh sudah terjadi. Aku bisa apa jika semua orang tua menyudutkanku. Kita sudah menikah secara agama dan sah sebagai suami istri. Setelah pulang dari Yogya kita akan nikah secara resmi” Katanya pelan. Aku tidak mau mendengarnya.

“Aku lapar, cepat ambilkan suamimu ini makanan” lanjutnya. Aku melotot mendengarnya.

“Pak Pram ini bukan kantor, ambil sendiri” kataku kesal berjalan keluar kamar.

“Hei Lovi tunggu, tapi aku kan suamimu. Tolong jangan panggil bapak disini” teriaknya.

“Bodo” balasku meninggalkannya.

Pram tersenyum melihat Lovita berjalan kesal meninggalkannya di kamar.

Continue

Paradise (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang