17. Berdebat lagi

14.6K 891 5
                                    

Setelah ke dua orang tua Pram pulang dari Lombok jeda satu minggu mereka berdua melakukan akad nikah lagi secara negara. Sehingga pernikahan mereka sudah resmi secara agama maupun negara.

Acara akad kedua Pram dan Lovita dilaksanakan secara sederhana hanya kedua belah keluarga yang diundang dan beberapa teman dekat. Resepsi pernikahan dilaksanakan dua bulan ke depan atas kesepakatan kedua mempelai.

Sebenarnya itu keinginan Lovita, dia ingin melihat selama 1 bulan lebih apakah Pram berubah dan mencintainya. Jika Pram hanya akan mempermainkan perasaannya ketika Lovita menggugat cerai setidaknya tidak banyak orang yang tau jika dia nanti menjadi jandanya Pram. Waduh udah jauh banget pikiran Lovita yak.

“Pak Pram tidur di sofa atau aku yang tidur disana” kata Lovita.

Pram terkejut, Lovita sudah membuat aturan sendiri. Sebelum nikah aja Lovita udah berani peluk-peluk dia kayak bantal guling, masa udah halal dia harus tidur di sofa. Nggak banget.

“Maksud kamu apa, ini kamarku. Aku tidur di ranjang. Kamu juga” tegas Pram.

“Ya udah berarti aku tidur di sofa” Lovita bersih keras mengambil bantal.

“Aku tidak mau bertengkar” Pram menarik bantal di tangan Lovita.

“Pak Pram!!” teriak Lovita kesal.

“Bisa tidak memanggilku sebutan lain, ini bukan kantor” balas Pram berteriak menatap tajam Lovita.

Lovita menekuk mukanya. Orang dihadapannya bisa membuat dia darah tinggi.

“Aku hanya belum terbiasa” gumam Lovita lalu menghempaskan badannya ke ranjang membelakangi  Pram.

“Tidur pake jilbab? Udah tau juga bentuknya untuk apalagi ditutupi” sindir Pram tersenyum.

Aaaargh. Lovita menutup kepalanya dengan bantal dia tidak mau lagi mendengar ucapan Pram selanjutnya.
***

Setelah sholat subuh Lovita ke dapur membantu mertuanya menyiapkan sarapan pagi.

“Ma, aku bantu ya” kata Lovita mendekati mama mertuanya.

“Oh..Lovi udah bangun ya. Pram masih tidur?” tanya mamanya.

“Udah aku bangunin ma, kayaknya lagi sholat” jawab Lovi.

“Kayaknya sejak kenal kamu, Pram sekarang rajin sholat” puji mama mertuanya.

Ah masa. Perasaan mereka baru berumah tangga baru dua minggu, jadi selama itu juga mertuanya tau bahwa mereka berdua baru kenal selama dua minggu. Pram dan Lovi sama-sama tidak menceritakan bahwa mereka adalah atasan dan bawahan di hotel Paradise.

“Ma, aku minta maaf kalau aku bukan menantu idaman mama dan papa karena insiden di rumah bude. Mas Pram terpaksa menikahiku. Keluarga kami tidak terpandang seperti keluarga besar mama dan papa” Lovi mengungkapan isi hatinya. Mama Pram terkesima mendengar penuturan menantunya.

“Mas Pram tidak mencintaiku ma, dia kan udah punya kekasih. Pasti kekasihnya terluka jika tahu aku sudah merebut mas Pram” lanjut Lovita sedih.

Pram yang berjalan ke dapur menghentikan langkahnya ketika mendengar percakapan mamanya dengan Lovita. Dia tidak menyangka jika Lovita menganggap dia memiliki kekasih. Siapa? Stella? Mungkin Lovita masih mengira kalau Stella adalah pacarku. Batin Pram.

Lovita salah jika menganggap Pram tidak mencintainya. Diam-diam Pram telah jatuh hati dengan Lovita tanpa dia sadari.

“Lovi, kenapa berpikiran seperti itu sayang. Mama justru senang Pram punya istri berjilbab seperti kamu, pandai menjaga diri. Soal kekasih, Pram udah lama kayaknya nggak punya kekasih” ujar mama mertua Lovita.

Aku masih tidak percaya, mamanya bisa saja tidak tahu. Kita lihat saja suamiku tersayang, kalau sampai aku melihatmu dengan perempuan lain. Habis kau. Batinku.

Continue

Paradise (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang