"Lovita!!” panggil suara wanita memanggil Lovita sedang berjalan menuju lift.
“Bu Silvi” gumam Lovita.
Ngapain perempuan itu memanggilku. Manager humas hotel Paradise. Yang ku dengar dari selentingan para karyawan dia naksir pak Pram, suamiku.
Waspada pelakor. Bodinya bak gitar dengan pakaian blazer ngepas di badan memperlihatkan lekuk indah tubuhnya. Bisa-bisanya pak Pram punya pegawai seperti dia.
“Ibu memanggil saya” toleh Lovita.
“Oh..jadi kamu OG yang naik jabatan jadi aspri pak Pram” katanya sinis menatap Lovita.
Ya elah cepat banget beritanya nyebar. Perasaan aku belum cerita ke siapa-siapa bahkan Anita temanku saja belum tahu, ini nenek sihir udah tahu duluan. Hmm jangan-jangan dia nguping tadi di depan kantor pak Hasan.
“Ya..begitulah” kata Lovita santai. Wajah Silvi menegang menahan emosi.
“Kamu...pakai pelet ya sampai pak Pram mau menjadikanmu asprinya” tuduh Silvi.
“Ibu jangan memfitnah saya, silahkan tanya sendiri ke pak Pram langsung. Permisi” Lovita meninggalkannya masuk ke dalam lift.
Memangnya salah kalau pak Pram menjadikanku asprinya, ada apa dengan nenek sihir itu kenapa dia panas kayak ulet bulu. Alah apa nggak nyambung banget gue. Hahaha.
Acara syukuran pak Wisnu, manajer marketing di mulai. Tamu undangan yang notaben para manajer hotel dan stafnya mulai berdatangan. Acara di lantai 8 khusus ruangan seperti aula terbuka di lengkapi dengan kolam renang di luarnya.
Lovita membawa nampan air minum untuk para tamu, tiba-tiba Silvi menghampirinya di dekat kolam renang. Mau apa lagi nenek sihir itu.
“Apa yang kau lakukan disini, mau cari perhatian Pram ya” tuduhnya.
“Sudahlah bu Silvi aku tidak mau ribut” elakku mau menghindarinya.
“Sok banget sih gadis miskin kayak kamu nggak usah caper sama Pram” Silvi mendorong badan Lovita sehingga Lovita mundur dan terpeleset masuk ke dalam kolam renang.
Sayangnya Lovita tidak bisa berenang. Silvi tersenyum sinis melihat Lovita tenggelam, lalu dia pura-pura teriak.
“Tolong ada yang tenggelam!!” teriak Silvi tanpa rasa bersalah.
Pramudya Pov
Sebenarnya aku tersinggung sekali dengan ucapan Lovita ketika aku selesai sholat subuh di kamar. Aku kesiangan. Sebenarnya dia sudah membangunkanku tapi aku tidak menggubrisnya. Lovita menyindirku, sejujurnya memang aku merasa tersindir dengan ucapannya bahwa laki-laki itu wajib sholat di masjid. Tapi apa dia tidak bisa ngomongnya baik-baik kayaknya masih sentimen aja tuh anak denganku.
Baiklah aku akan mengikuti permainanmu sayang. Aku tersenyum di mejaku. Ruanganku sudah bersih, rapi dan wangi. Ya dia pergi pagi sekali, bohong kalau dia janjian dengan temannya mau pergi bareng. Itu hanya alasannya saja agar tidak pergi bareng denganku.
Aku memanggil pak Hasan dan menyampaikan keinginanku agar Lovita menjadi asisten pribadiku. Jadi kalau dia selalu ada di ruanganku atau aku pergi berdua dengannya orang lain tidak curiga toh dia aspriku merangkap istri. Hehehe.
Dia berusaha menghindariku tapi aku justru membuatnya tidak bisa menghindariku lagi. Lovita sayang aku akan membuatmu jatuh cinta kepadaku.Sore ini Pak Wisnu, manajer marketing mengadakan acara syukuran di ruang outdoor dekat kolam renang. Acara kecil-kecilan itu hanya mengundang para manajer dan staf saja. Aku yang tidak lupa diundangannya ikut serta dalam acara tersebut. Sambil ngobrol aku melihat sekilas ada Lovita melintas di antara para tamu undangan membawa nampan berisi air minum.
Kulihat Silvi menghampirinya. Sepertinya mereka berdua beradu mulut. Sambil ngobrol aku masih sempat memperhatikan arah kolam renang. Jeda 5 menit aku mendengar Silvi berteriak.
“Tolong ada yang tenggelam!!”
Astaga aku baru sadar Lovita sudah tidak ada lagi di depan Silvi, jangan-jangan yang tenggelam di kolam renang itu Lovita. Aku segera berlari ke arah kolam renang dan melihat Lovita mengap-mengap mengambil nafas di kolam.
Ya Tuhan dia tidak bisa berenang. Aku melompat ke kolam dan meraih badannya dan membawanya ke tepi kolam. Badannya berat sekali karena pakaian dan jilbabnya yang basah. Semua karyawan mendekati kami. Aku menekan dadanya, dia banyak terminum air kolam.
“Lovi, bangun!!” teriakku panik. Air kolam keluar dari mulutnya.
“Pak Pram, kasih nafas buatan saja” kata pak Hasan yang sudah tau kalau lovita adalah istriku.
Tanpa pikir panjang aku memberinya nafas buatan. Satu kali dua kali baru Lovita terbatuk-batuk dengan mata yang sudah memerah. Aku lalu mengangkat badan basah Lovita ke kamar privacyku di hotel.
“Lanjutkan saja acaranya” pesanku sambil menggendong Lovita yang belum sadar 100%.
“Silvi, aku akan buat perhitungan denganmu nanti” kataku melewatinya.
Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Paradise (Complete)
Fiksi UmumApa jadinya jika menikah dengan pria yang menjengkelkan bagi Lovita. Pria yang bisa membuatnya darah tinggi. Apalagi mereka menikah karena accident memalukan. Salah masuk kamar ??? Baca cerita serunya... Rank #31 - hotel 17 Juni 2019 Rank#69 - acci...