31. Membuka identitas

14.3K 819 3
                                    

Pramudya Pov

Meskipun aku telah memberitahu Lovita bahwa aku tidak lagi tidur di Room Privacy, tapi diam-diam aku tetap tidur disana dan aku menyimpan kunci cadangannya. Aku lebih nyaman tidur disana.

Malam ini aku kembali lagi kesana. Ketika aku masuk. Lampu tidur sudah menyala dan Ya Tuhan ada Lovita terbaring tidur di ranjang. Tubuh mulusnya tersingkap dari selimut. Kebiasaan buruknya kalau tidur di tempat lain selalu memakai tanktop dan hotpant. Membuat darahku berdesir melihatnya. Aku membuka baju yang ku pakai dan hanya mengenakan boxer minimalis. Aku benar-benar merindukannya. Kenapa dia bisa tidur disini. Ah pasti dia sangat merindukanku makanya dia mau tidur disini. Aku menutup badannya dan badanku dengan selimut. Ku tatap wajahnya, masih terlihat gurat kesedihan yang mendalam. Tiba-tiba tangannya meraih badanku. Dia memelukku.
“Mas, aku merindukanmu” bisiknya. Aku terkesima Lovita sepertinya sedang mengigau.

“Mass...” dia semakin erat memelukku “Jangan tinggalkan aku lagi. ”aku terpana menatapnya.

Ya Tuhan Lovita benar-benar belum melupakanku. Hatiku teriris melihatnya.
Ku dekatkan wajahku dan kucium bibirnya yang sudah lama ku rindukan. Dia membalas ciumanku.

Stop Pram !! Apa yang dia lakukan tanpa dia sadari, penyamaranmu bisa terbongkar kalau kau tidak bisa menahan diri. Lovita terlelap tidur dalam dekapanku. Aku mencium keningnya. Aku tersenyum mengingat kejadian di rumah bude yang membuat aku harus bertanggung jawab untuk menikahinya. Kejadiannya sama persis seperti sekarang. Dia memelukku bagaikan memeluk bantal guling. Bagaimana aku bisa tidur nyenyak kalau begini.
Lovita melepaskan pelukannya dan membuka matanya melihatku.

“Aaaaaaaa!!! Pak Ayyass” jeritnya.

Aku langsung membekap mulutnya, kalau sampai teriakannya terdengar di kamar sebelah bisa gawat.

“Sssst tenang” kataku menatap matanya yang ketakutan. Perlahan ku lepaskan tanganku setelah dia tenang.

“A..apa yang sudah kamu lakukan. Oh Tuhan...” Lovita menangis.

Dia menarik selimut menutupi badannya.
Tinggallah badanku yang terbuka hanya bertelanjang dada.

“Kenapa kamu bisa masuk?” tanyanya terisak menutup wajahnya dengan tangan.

“Aku punya kuncinya” jawabku.

Aku tidak mau dia nanti membenci diriku sebagai Ayyass, aku akan memberitahu yang sebenarnya kepada Lovita. Aku juga sudah tidak tahan lagi menyembunyikan identitasku kepadanya.
Aku membuka tangan yang menutupi wajahnya.

“Lovita Chandra lihat aku, aku suamimu Pram” kataku pelan.
Lovita menatapku tidak percaya.

“Suamiku sudah meninggal, kau memang mirip dengannya tapi bukan mas Pram ku” balas Lovita masih terisak.

“Bagaimana aku membuktikannya, oya hanya suamimu yang tahu letak tahi lalat di badanmu. Dan aku tahu itu” kataku menyakinkannya.

Lovita berhenti menangis dia menatapku seolah bertanya apakah memang aku tahu.

“Satu tahi lalat ada di bawah pusarmu dan satu lagi di paha kananmu” tatapku.

Dia melongo tidak percaya menutup mulutnya. Kalau aku bukan suaminya mana mungkin aku tahu.

“Sayang, perhatikan benar-benar wajahku”

Aku meraih kedua tangannya agar memegang wajahku. Lovita mengamati wajahku, airmatanya mengalir lagi dari sudut matanya.

“Mas...mas Pram. Kau memang benar mas Pramku” Lovita lalu memelukku sambil terisak.

Aku membalas erat pelukannya. Akhirnya dia percaya bahwa aku adalah suaminya. Aku menghapus airmatanya.

“Mas..bagaimana mas bisa..”

“Sssst, nanti aku ceritakan. Aku merindukanmu sayang” kataku menempelkan jari telunjukku ke bibirnya.

“Aku juga merindukanmu mas” tatapnya.

Aku melumat bibirnya melepaskan kerinduanku selama ini. Ku ciumi seluruh tubuhnya dan melanjutkan aktivitas intim kami yang sudah lama tertahan di balik selimut.

Continue

Paradise (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang