12. OTW Yogyakarta

13.2K 851 5
                                    

"Lovi, kamu minta izin tiga hari gih. Kita mau ke Yogya ke tempat bude Ningsih. Kamu masih ingatkan?” kata umi mendekatiku lagi duduk santai di teras belakang rumah.

Meskipun rumah kami mungil tapi ada teras belakang yang asri dan hijau. Aku menggendikkan bahu. Aku lupa bude Ningsih yang mana?

“Kamu pasti lupa. Itu lho sahabat umi sekaligus tetangga kita dulu. Bude Ningsih itu ibunya mas Fathur, Vi” kata umi coba mengingatkanku.

“Oh..ibunya mas Fathur ya” aku baru ingat.

Mas Fathur itu kalau nggak salah seumuran dengan mas Thoriq, kakakku.

“Terus ngapain kita ke Yogya, Mi?” tanyaku.

“Fathur mau nikah, kita sekeluarga diundangnya. Malah udah dibeliin tiket PP, jadi nggak enak kan kalau menolak datang” jawab umi.

Horee ke Yogya, yo wes sekalian jalan-jalan dan bebas dari si songong. Hahaha.

“Vi, kok ngelamun”

“Eh..iya mi. Nanti Lovi telpon pak Hasan minta izin” kataku bersemangat.

Terserah urusan dengan pak Pram, toh kerja nggak digaji dan aku cuma izin tiga hari juga. 

Bude Ningsih itu baik banget waktu masih jadi tetangga kami, aku sering diajak main ke rumahnya. Bude Ningsih nggak punya anak perempuan makanya dia sayang banget denganku. Kalau nggak salah aku waktu itu masih SD. Ya wajar kalau sekarang agak lupa.
***

Sampai di Yogya, keluarga kami disambut hangat oleh Bude Ningsih dan Pakde Mukhtar. Acara akad nikah mas Fathur dilaksanakan dikediaman mempelai wanita. Wah udah lama nggak ketemu mas Fathur tambah cakep aja. Calonnya kalau menurutku standar aja tapi dia perempuan berhijab. Yup kesholehan itu lebih penting daripada wajah yang rupawan.

“Lovi, udah besar tambah cantik aja nih” goda mas Fathur.

“Ih mas Fathur bisa aja. Udah mau nikah masih suka godaiin anak orang” sungutku. Ayah dan umi tersenyum melihatku.

“Lovi udah ada calon belum dek?” tanyanya.

“Calon apa mas?. Mas Fathur apa punya stok cowok ganteng dan sholeh?. Boleh deh ditawarin ke Lovi” jawabku asal. Pakde dan Bude terkekeh mendengar ucapanku.

“Udah malam, kalian istirahatlah. Oya Lovi kamar kamu di atas soalnya di bawah udah penuh.” Ujar Bude.

“Ya mba, kami istirahat dulu” pamit umi.

Aku juga udah lima watt. Perjalanan dari bandara ke rumah bude cukup jauh juga. Semua badan rasanya capek banget.

Aku berjalan gontai menaiki tangga menuju lantai dua. Rumah bude Ningsih memang besar dan mewah. Dia orang kaya dan tidak sombong yang pernah ku kenal.

Continue

Paradise (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang